10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Janger Menyali, Setelah Rekonstruksi, Setelah PKB, Setelah Bulfest, Lalu Apa?

Eka PrasetyabyEka Prasetya
February 2, 2018
inEsai

Foto-foto; Kardian Narayana

116
SHARES

 

PROSES rekonstruksi Janger Menyali tunai sudah. Setelah berproses sejak Februari 2017 lalu, kesenian ini akhirnya dipentaskan pada Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-39, medio Juni lalu.

Selama berproses, tari klasik ini sempat mencicipi beberapa panggung. Pertama panggung peringatan Hari Galungan dan Kuningan yang digelar Pasemetonan Sudamala Menyali (PSM) pada April. Kedua, panggung Pesta Kesenian Bali (PKB) tingkat Kabupaten Buleleng di Eks Pelabuhan Buleleng.

Ketiga, mesolah di Pura Munduk Desa Pakraman Menyali. Setelah itu baru tampil di Kalangan Angsoka Taman Budaya Bali. Dianggap sukses, Janger Menyali dapat bonus tampil di panggung utama pada Bulfest 2017 lalu.

Sejujurnya, proses merekonstruksi Janger Menyali adalah ironi. Tari Janger lahir di Desa Menyali, kemudian menyebar ke seluruh Bali. Sayang di tanah kelahirannya, Janger Menyali justru kehilangan kekhasannya.

Janger Menyali terpapar gaya Janger Peliatan, Janger Singapadu, dan Janger Kedaton. Pada era 1970-an hingga 1980-an, semua kesenian yang berkembang di Bali Selatan dianggap bagus. Semuanya dianggap benar. Akhirnya seniman Bali Utara mengadopsi gaya Bali Selatan. Hal ini juga terjadi pada gong kebyar. Terbukti dengan banyaknya perangkat gong yang menggunakan gong gantung.

Sekedar flash back, Janger Menyali mulai dikenal sebagai tontonan pada tahun 1920-an dan mencapai masa kejayaannya pada periode 1930-an. Berabad-abad sebelumnya, Janger sudah muncul di Desa Menyali dan dikenal sebagai kesenian sakral.

Usai mencecap masa jaya pada 1930-an, pamor Janger Menyali mulai redup. Kesenian ini akhirnya mengibarkan bendera putih setelah sendratari dan televisi muncul pada tahun 1960-an. Lama kelamaan Janger Menyali terkubur dan tergantikan dengan Janger gaya Peliatan dan Janger gaya Singapadu.

Terpendam selama puluhan tahun, kesenian ini kemudian direkonstruksi. Proses rekonstruksi berpijak pada selembar foto yang diabadikan oleh Colin McPhee – komposer asal Kanada yang melanglang buana di Bali. Dari foto yang disimpan Arsip Bali 1928 itu, kenangan para tetua desa yang pernah bersentuhan dan menyaksikan janger dibangkitkan kembali.

Gerakan tari mulai dingat satu demi satu. Gending-gending janger mulai muncul satu persatu. Tabuh diingat kembali. Gaya pakaian diadopsi sedekat mungkin dengan yang diingat oleh pertapa desa. Tak lupa memohon doa dan restu kepada Sang Hyang Janger yang di-sungsung masyarakat setempat.

Bukan perkara mudah merekonstruksi kesenian ini. Prosesnya seperti menggali sebuah kubur, mengais tulang demi tulang, dan menyusun satu persatu hingga menjadi sebuah bentuk utuh. Tak jarang ada potongan-potongan yang hilang.

Proses rekonstruksi Janger Menyali tunai sudah. Pertanyaan sesungguhnya mulai muncul. Setelah direkonstruksi lalu apa? Apakah cukup tampil di PKB? Apakah sudah puas dengan tampil pada panggung utama Bulfest?

Kerja keras dari proses merekonstruksi sebuah kesenian klasik, bukan saat awal merekonstruksi. Kerja berat justru setelah kesenian itu selesai direkonstruksi. Bagaimana melestarikannya? Jangan-jangan setelah pentas di PKB, punah lagi.

Syukurnya nasib Janger Menyali cukup baik. Kesenian ini lahir sebagai kesenian wali di Menyali, lalu bergeser menjadi seni balih-balihan di saentero Bali. Di Desa Menyali, kesenian ini tergolong seni bebali. Jadi kesenian ini tidak akan punah lagi dalam waktu dekat ini. Setiap tahun kesenian ini akan dipentaskan saat piodalan di Pura Munduk Desa Pakraman Menyali.

Masalah kelestarian bisa terjawab. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana memasyarakatkan Janger Menyali?

Butuh proses bertahun-tahun memasyarakatkan kesenian ini. Selama ini, di pikiran masyarakat janger yang “benar” adalah Janger Peliatan, Janger Singapadu, dan Janger Kedaton. Padahal Buleleng punya Janger Menyali. Pikiran itu bukan hanya melekat di warga kebanyakan, tapi juga di kalangan seniman.

Ketua Listibiya Bali, Prof. I Made Bandem secara tegas menyebut Janger Menyali sebagai kesenian yang unik dan menjalani proses metamorfosis yang berbeda dengan seni Bali kebanyakan. Janger Menyali, kata Bandem, gending-nya bersumber dari lagu-lagu rakyat, yang dinyanyikan dalam laras syailendra, laras angklung, atau laras gender wayang.

Gaya pakaiannya, sejak awal 1900-an memang kontemporer. “Seni yang lain biasanya berangkat dari klasik akhirnya jadi kontemporer. Berbeda dengan Janger. Saat berkembang di Buleleng pakaiannya kontemporer lalu jadi klasik ketika dibawa ke Bali Selatan,” kata Bandem saat kami berbincang di kediamannya, beberapa bulan lalu. Bisa dibilang Janger adalah kesenian yang terpapar kebijakan Baliseering alias Balinisasi yang dicetuskan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.

Merujuk penjelasan Bandem, ada baiknya digelar sebuah seminar yang mengupas tentang Janger Menyali. Seminar menerbitkan poin-poin mengenai gaya Janger Menyali yang secara prinsip berbeda dengan janger kebanyakan.

Setelah seminar, beri pemahaman kepada para seniman mengenai Janger Menyali. Selanjutnya adopsi gaya Janger Menyali dalam lomba janger kreasi yang diselenggarakan pada HUT Kota Singaraja setiap tahunnya. Setidaknya cara itu yang saat ini paling efektif untuk memasyarakatkan Janger Menyali.

Belum lama ini, saya berbincang dengan salah seorang seniman di Buleleng. Saya sempat menantang dia mementaskan janger kreasi dengan gaya Janger Menyali. Dia menyatakan siap, asal janger itu tidak dipentaskan dalam acara lomba. Kalau dalam acara lomba, dia khawatir akan kalah.

“Kalau untuk lomba tidak berani. Iya kalau jurinya paham Janger Menyali. Kalau tidak, bisa kalah. Syukur kalau dapat juara, kalau nomor buncit repot urusannya,” kata seniman tari yang sebaiknya tidak saya tulis namanya.

Sebagai penutup, izinkan saya mengutip kata-kata Jro Kubayan Nariasa, pemangku pelinggih Dewa Ayu Janger di Desa Pakraman Menyali. Saat melakukan matur piuning di pelinggih itu pada awal Maret lalu, Jro Kubayan melontarkan kata-kata yang membuat darah saya berdesir.

“Sejelek apa pun Janger Menyali, kita harus tetap bangga. Karena itu warisan leluhur kita, harus kita yang meng-ajeg-kan. Tidak perlu ikut-ikut gaya dari luar. Yakin saja di dalam hati bahwa janger kita yang paling bagus. Astungkara Beliau akan memberkati”. (T)

Tags: bulelengbuleleng festivaljangerPesta Kesenian Bali
Previous Post

Wartawan (Bermimpi) Kaya?

Next Post

Menyelami Doa Puisi Saras Dewi – Ulasan Kecil Buku “Kekasih Teluk”

Eka Prasetya

Eka Prasetya

Menjadi wartawan sejak SMA. Suka menulis berita kisah di dunia olahraga dan kebudayaan. Tinggal di Singaraja, indekost di Denpasar

Next Post

Menyelami Doa Puisi Saras Dewi – Ulasan Kecil Buku “Kekasih Teluk”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co