2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Putri Maestro Gde Manik Miskin – Apakah Tari Teruna Jaya Tak Menghasilkan Royalti?

Kardian NarayanabyKardian Narayana
February 2, 2018
inEsai

Ptu Resik, putri maestro tari dan tabuh Gde Manik, saat dikunjungi pejabat Dinas Sosial Buleleng. /Foto: Kardian

4k
SHARES

 

SIAPA yang tak tahu nama besar Gde Manik? Ia maestro tari dan karawitan asal Desa Jagaraga, Buleleng. Sudah lama dieluelukan sebagai simbol kebanggaan Buleleng di bidang seni. Nama Gde Manik bahkan diabadikan sebagai nama Gedung Kesenian di Jalan Udayana, Singaraja, berdekatan dengan kampus Undiksha.

Teruna Jaya adalah salah satu karya tari Gde Manik. Sejak diciptakan tahun 1946, tari ini mungkin sudah dipentaskan jutaan kali pada ribuan event dan tempat. Mulai dari event kelas dusun hingga pada event kelas dunia. Mulai dari event sosial (ngayah) hingga event komersial yang menghasilkan banyak uang. Bahkan pada ajang Buleleng Festival (Bulfest) pertama tahun 2013, tarian ini dipentaskan secara massal – ditarikan oleh sekitar 1.000 penari.

Itu baru tari Teruna Jaya. Belum lagi karya Gde Manik yang lain. Coba buka http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/2015/12/18/i-gede-manik/)

  • Pada Tahun 1925: Menciptakan Tari PALAWAKYA Yaitu Tari yang menggabungkan gerak tari menabuh terompong sambil mewirama (membebasan).
  • Pada Tahun 1946 : Alm Gede Manik Menciptakan Tabuh dan Tari TRUNAJAYA yang mengisahkan seorang pemuda yang menginjak Remaja dengan jiwa yang keras, emosional, enerjik dan lemah Lembut yang di tuangkan dalam bentuk gerakan tari TRUNAJAYA.
  • Di samping menciptakan Tari Juga menciptakan Tabuh Singa Ambara Raja Dan Banyak Tabuh-Tabuh Lainnya yang di Bina di Buleleng sehingga dulu ada istilah Gong mebarung dangin jung dan dauh jung

Penghargaan yang pernah diperoleh:

  • Anugrah Seni, 17 Agustus 1969 (Mendikbud) Mashuri
  • Wija Kusuma, 30 Maret 1981 (Bupati Buleleng) Drs. I Nyoman Tastra
  • Dharma Kusuma, 18 September 1981 (Gubernur) Prop. Dr. Ida Bagus Mantra
  • Satya Lencana, 12 Agustus 2003 (Presiden RI) Megawati Soekarno Putri

Seluruh informasi tentang karya dan penghargaan Gde Mani cukup mudah kita dapatkan di internet, tapi tak banyak yang mengetahui tentang kehidupan keluarga Gde Manik saat ini.

Putri Maestro yang Miskin

Maka kagetlah kita ketika diketahui bahwa Gde Manik memiliki putri tunggal bernama Putu Resik. Lebih kaget lagi ketika mengetahui Putu Resik kini hidup dengan kondisi miskin. Kondisi yang berbanding terbalik dengan ciptaan tari dan tabuh dari ayahnya yang kerap masuk ke wilayah gemerlap, bahkan kerap mendatangkan uang bagi sejumlah orang.

Informasi yang tak banyak diungkap, Gde Manik pernah menikah sebanyak tiga kali, dan hanya memiliki satu putri, yakni Putu Resik. Putu Resik lahir atas pernikahan Gde Manik bersama Putu Karti. Dulu, pada zaman yang tak begitu maju, hidup sebagai seniman yang dijalani Gde Manik bersama istri dan anaknya Putu Resik, adalah hidup yang keras. Tak bisa dibilang sejahtera.

Kini, anak semata wayang sang mahestro berumur 85 tahun dan hidup serba kekurangan. Kondisi Putu Resik pun sudah tak bugar lagi, Putu Resik mengalami kelumpuhan setelah terjatuh di dapur, dan mengalami cedera pada kaki. Ia tak lagi mampu menggerakkan kakinya dengan baik. Untuk melakukan aktifitas setiap hari ia harus merangkak dengan menyeret tubuhnya.

Kemana saja Putu Resik selama ini? Kenapa baru sekarang “terdengar” namanya?

Setelah gagal mengarungi bahtera rumah tangga, ia diajak oleh kerabatnya merantau ke Jakarta, untuk membantu mengasuh anak dan bersih-bersih rumah. Resik pun disebut lama di Jakarta. Lima tahun lalu ia diantarkan pulang, karena kondisinya yang sudah tua.

Putu Resik pernah menikah sebanyak tiga kali dan sebanyak tiga kali pun ia diceraikan oleh sang suami. Putu Resik pernah mempunyai satu orang putra, manum malang, putranya harus pergi untuk selamanya di saat berusia empat tahun.

Lima tahun terakhir Putu Resik dirawat oleh sepupunya Ketut Patria di Banjar Dinas Kauh Luan, Desa Jagaraga. Kehidupan Ketut Patria pun tampaknya penuh dengan kekurangan. Ketut Partia yang hanya bekerja sebagai buruh di tempat penggilingan padi tidak dapat berbuat banyak.

Penghasilannya perhari pun sangat minim untuk memenuhi kebutuhan hidup Resika dan satu putranya, yang hanya Rp 30 Ribu perhari. Penghasilan itu juga tidak selalu didapatkan karena pekerjaan di tempat penggilingan padi hanya ada saat musim panen padi.

“Kalau tidak ada musim panen ya saya kerja serabutan, mencari rombeng atau apa saja yang bisa mendatangkan uang,” ujarnya.

Dengan kondisi perekonomian keluarga yang seperti ini, Ketut Partia tak jarang meninggalkan Putu Resik sendirian di rumah saat ia harus mencari kerja.

Saat dikunjungi pejabat dan wartawan dari Dinas Sosial Kabupaten Buleleng, Putu Resik masih mampu mendendangkan tabuh Teruna Jaya, Oleg, dan sedikit gending janger. Sebagai anak seorang seniman tari dan karawitan, Putu Resik tentu saja punya keahlian menari dan menabuh, walau tak pernah diajarkan secara langsung oleh sang ayah Gde Manik.

Saat kecil, Putu Resik hanya mengintip dari balik jendela, melihat ayahnya mengajarkan para muridnya menari. Namun darah seni yang telah mengalir dari sang ayah, Putu Resik saat muda pun mampu menarikan seluruh karya sang ayah dan bahkan masih mampu mengingat seluruhnya hingga saat ini.

Dinas Sosial saat berkunjung memberikan bantuan kursi roda, permakanan, karpet dan pakaian Putu Resik, saat dikunjungi, sempat meminta kepada kepala Dinas Sosial Buleleng agar dirinya dibawa ke panti jompo. Kepala Dinas Sosial Gede Komang menanggapi dengan penuh simpati dan akan mengkoordinasikan dengan pihak panti jompo. “Sayang sekali kami baru tahu sekarang. Padahal secara historis beliau tidak boleh lepas dari tanggungan pemerintah,” kata Gede Komang.

Royalti Hak Cipta

Sudah jamak, karya seni di Bali, baik tari, tabuh atau nyanyian, tidak memiliki hak cipta sesuai undang-undang. Para seniman masa lalu bukanlah seniman yang pelit. Karyanya boleh saja dijiplak, boleh ditarikan atau dipentaskan kapan saja, oleh siapa saja. Jangankan menyisihkan royalti dari hasil pementasan (yang mendatangkan keuntungan materi), bahkan nama si pencipta kerap tak disebutkan.

Maka sering terjadi kehidupan para seniman pencipta, tak sejalan dengan kehidupan seniman penari atau penabuh atau sanggar seni yang sering mementaskan seni-seni hasil karya seniman masa lalu itu. Banyak ahli waris dan keluarga seniman pencipta justru miskin, karena mereka tak bisa mendapatkan “hasil” (atau sebut saja royalti) dari “penjualan” karya-karya seni ciptaan masa lalu itu.

Sejumlah lembaga, termasuk lembaga pemerintah, memang beberapa kali punya program yang memberi perhatian kepada keluarga dan ahli waris seniman besar masa lalu. Misalnya memberikan beasiswa sekolah. Namun program itu biasanya berupa program musiman dan tak semua ahli waris seniman tersentuh program mulia tersebut dengan berbagai alasan.

Salah satu alasannya, lembaga pemerintah dan lembaga lain, justru kadang tak punya data yang lengkap tentang seniman dan ahli waris seniman yang seharusnya mendapatkan perhatian. Buktinya, Putu Resik, anak dari Gde Manik, justru baru diketahui kehidupannya dengan cukup detil.

Dengan cara apa pun, pemerintah sudah selayaknya berjuang agar ahli waris para seniman itu mendapatkan royalti dari hasil karya orang tua mereka. Jika dipandang terlalu ruwet, setidaknya pemerintah dan lembaga-lembaga tertentu bisa menggugah hati para seniman sukses atau entrepreneur art untuk turut memberikan royalti. Jika bukan royalti resmi sebagaimana hitung-hitungan sesuai undang-undang, setidaknya royalti diberikan sesuai “hitung-hitungan persaudaraan”. (T/editor Ole)

Tags: balibulelengSeniseni tari
Previous Post

Laut, Aku Bercerita Padamu

Next Post

Strategi Pencitraan Budaya – Tanggapan untuk Tulisan “Catatan Buleleng Festival”

Kardian Narayana

Kardian Narayana

Hobinya serabutan, dari teater, menari, musik, pramuka, fotografi, film, hingga dunia tulis-menulis. Kini bekerja agak tetap menjadi video jurnalis di sebuah TV nasional

Next Post

Strategi Pencitraan Budaya – Tanggapan untuk Tulisan “Catatan Buleleng Festival”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co