11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Desa Sudimoro: Di Sini Jawa di Sana Madura, di Tengah-tengahnya Sawah Tebu

Ozik Ole-olangbyOzik Ole-olang
February 2, 2018
inTualang

Palng nama di Balai Desa Sudimoro, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur

9
SHARES

 

BERADA di kampung orang, awalnya memang serasa sebagai orang terbuang. Sebagian besar orang seperti memandang sinis, layaknya mereka berkata dalam batin: siapa sih orang ini? Menerka batin orang, siapa yang bisa tahu jika bukan Tuhan.

Berawal dari tugas atau semacam acara kampus yang rutin setiap tahun, di mana mahasiswa “dipaksa” belajar bermasyarakat dengan ekspektasi menyejahterakan dan mengentaskan masalah-masalah yang masyarakat, terutama masalah di sektor ekonomi.

Kegiatan tersebut adalah KKM, Kuliah Kerja Mahasiwa. Yah, mirip-mirip Kuliah Kerja Nyata (KKN) gitu dah. Bedanya, KKM berdurasi satu bulan. Berbeda dengan KKN yang biasanya berjalan selama tiga bulan. Dengan segenap harapan dan ekspektasi hasil pelatihan sebelum pelepasan, kami sekelompok yang beranggotakan 11 orang (4 laki-laki dan 7 perempuan) berangkat menuju kampung orang.

Setidaknya kurang lebih 250 kelompok disebar di seluruh desa yang ada di Kabupaten Malang. Kebetulan kami kebagian nomor 58 dan ditempatkan di Kecamatan Bululawang dan lebih tepatnya di Desa Sudimoro. Yang laki-laki menginap di kantor ta’mir masjid Al-Muttaqin yang kebetulan sedang tidak ditempati, sementara yang perempuan ditempatkan di salah satu rumah warga di sekitar masjid Al-Muttaqin.

Sebagai lelaki berdarah campuran Jawa dan Madura yang tinggal di Madura, saya tentu lebih terbiasa dengan adat, budaya, dan segenap kebiasaan ala Madura. Mulai dari kondisi geografis dan cuaca, sampai kondisi masyarakat, apalagi bahasa, saya lebih terbiasa dengan apa yang ada di tempat tinggal saya.

Sementara di Desa Sudimoro yang saya tinggali (sementara) kebanyakan atau bahkan hampir semua orang menggunakan bahasa Jawa. Toh, saya bisa berbahasa Jawa dengan lancar, tetapi untuk berbahasa Jawa halus saya tak begitu menguasai. Untung ada banyak teman menguasai bahasa Jawa halus, sehingga ketika saya berkomunikasi dengan beberapa orang, dan merasa harus menggunakan bahasa Jawa halus, saya akan menanyakan arti beberapa kosa kata yang tidak saya ketahui pada teman saya.

Kondisi yang dirasakan sangatlah jauh berbeda dengan apa yang saya rasa di rumah kontrakan yang terletak di pusat Kota Malang. Di kota tentu tidak akan merasa canggung ketika menggunakan bahasa Indonesia, tetapi ketika di kampung yang mayoritas adalah pengguna bahasa Jawa, saya lebih memilih diam daripada berbahasa Indonesia, apalagi berbahasa Jawa sekenanya dengan orang yang lebih tua dengan saya. Sebab ketika pertama kali saya sampai di lokasi KKM dan saya menggunakan bahasa Jawa apa adanya, selalu ada teguran dari salah satu teman saya agar saya menggunakan bahasa Jawa halus. Barangkali begitulah situasi yang semacam sengkarut ketika akan berkomunikasi dengan orang yang lebih tua.

Banyak orang berkata bahwa orang Madura adalah miniatur dari bangsa “penjajah”, sebab di manapun berada, di sana pasti ada orang Madura atau paling tidak ada yang berbau-bau Madura, misal bahasa Madura. Bahkan pada beberapa kabupaten di Jawa Timur, bahasa lokal yang digunakan adalah bahasa Madura. Seperti di Probilinggo, Bondowoso dan Situbondo. Atau paling tidak, ada sebuah kampung di beberapa kota yang memang khusus berisi orang Madura dan bahkan sampai diberi nama “Kampung Madura”, macam kampung Arab gitu deh.

Pada awal survey tempat KKM saya mendapat kabar bahwa ternyata ada juga beberapa orang yang biasa menggunakan bahasa Madura di wilayah itu. Kampung kulon mayoritas berbahasa Jawa dan kampung kidul mayoritas berbahasa Madura, hanya dibatasi hamparan sawah yang banyak ditanami tebu. Begitulah berita yang saya dapat.

Kemudian terbersit hasrat identititas sebagai orang Madura pada diri saya. Saya seperti berambisi untuk mecari orang-orang yang berbahasa Madura di wilayah itu, hitung-hitung kan bisa buat teman ngobrol biar tidak lupa bahasa Madura. Bahkan setelah beberapa hari kegiatan KKM berjalan, ketika saya berpapasan dengan salah satu volunter (semacam relawan pengurus KKM), dia bertanya apa saya sudah menemukan orang yang sebangsa dengan saya, maksudnya orang Madura.

Dan sampailah saya pada momen itu. Ketika itu ada sebuah acara rutin warga, semacam tahlian dan doa bersama. Lokasinua di rumah salah satu warga yang terletak di seberang jalan raya tak jauh dari Masjid tempat mukim peserta KKM laki-laki. Ketika itu semua teman laki-laki saya mengikuti acara tersebut. Berkumpul dengan para warga yang belum kami kenal, agak risau juga sebenarnya, tetapi karena untuk misi mendekati warga kami pun menghadiri acara itu.

Awalnya kami mempunyai rencana untuk mengenalkan diri pada para warga yang berkumpul di acara rutinan tersebut, namun karena kalah oleh rasa malu, kami berdiam diri sembari menunggu barangkali ada waktu yang dirasa tepat untuk berkenalan. Kalau memang tidak ada, ya, terpaksa kami pulang dengan label “mission failed”.

Sampai beberapa saat kemudian pembawa acara yang biasa dipanggil Pak Sukadi itu memanggil salah seorang dari kami dan menanyakan apakah kami akan memperkenalkan diri atau tidak. Sontak teman saya memjawab iya. Awalnya saya agak gugup sebab harus berkenalan di hadapan orang banyak yang asing dan umurnya rata-rata 10 tahun di atas umur saya. Sungkan sekaligus malu bercampur. Namun setelah saya mendengarkan teman saya yang memegang mic, ternyata dia memperkenalkan diri sekaligus memperkenalkan teman-teman semuanya.

Kejadian tak terduga kemudian datang begitu saja. Setelah teman saya yang memperkenalkan diri, dan menyebut nama saya dan asal saya, tiba-tiba beberapa orang bersuara dan semacam meneriakkan sebuah kata dalam bahasa Madura: “Toreh, toreh!” Itu ucapan bahasa Madura yang artinya: “Mari, mari!”. Dalam telinga saya logatnya agak aneh. Sebab mendengarkan orang Jawa yang berbicara bahasa Madura logatnya akan terasa asing dan aneh. Begitu pula bila orang Madura yang berbicara bahasa /jawa.

Sampai acara berakhir, suasana terdengar riuh. Ada yang tertawa terbahak-bahak, ada pula yang berbincang-bincang dengan bahasa yang keras, yang semua terdengar seperti membahas tentang Madura. Ada pula sebagian orang mencoba-coba menirukan bahasa Madura, sebagaimana yang saya obrolkan dengan sebagian orang. Setidaknya ada dua orang yang saya dengar lancar berbahasa Madura walau logat mereka agak sedikit kaku. Beberapa orang juga mengaku mempunyai darah keturunan Madura.

Ternyata kemudian saya mendengar dari salah satu warga bahwa orang-orang yang ngobrol menggunakan bahasa Madura dengan saya biasa disebut “dhuroan” (orang yang identik dengan Madura).

Dalam benak saya timbul kesan lega sekaligus kagum. Lega, karena misi pencarian “bangsa sejenis”, yakni orang yang bisa berbahasa Madura, sudah saya selesaikan. Kagum, karena dari sebuah perkumpulan rutinan yang dihadiri orang sedusun, banyak orang terdengar berbahasa Jawa dan banyak orang berbahasa Madura, bercampur, membaur, tanpa ada ego kesukuan atau kelompok. Saya pikir, hal itu semacam bentukan sebuah transformasi kebudayaan yang berbasis harmonisme. Beberapa orang bisa berbahasa Jawa sekaligus Madura, beberapa pula hanya bisa berbahasa Jawa.

Seusai pulang dan berkumpul bersama teman sekelompok, baik laki-laki atau perempuan, saya menemukan sebuah hidangan di meja yang mengingatkan saya akan keharmonisann Madura dan Jawa itu. Ada roti bakar dan ada roti goreng, di tengah-tengahnya mug berisi teh sari wangi hangat. Semacam menggambarkan apa yang ada di pikiran saya perihal Desa Sudimoro: di sini Jawa di sana Madura, di tengah-tengahnya sawah tebu. Roti bakar dan roti goreng memang berbeda tapi masing-masing mempunyai rasa yang berbeda dan perihal enak atau tidak itu tergantung objektifisme masing-masing orang, relatif.

Sama seperti Madura dan Jawa yang berbeda dan tidak pantas dibandingkan lebih bagus mana antara ke duanya, masing-masing mempunyai ciri khas dan kebudayaan. Dan yang terpenting ialah adanya teh manis harmonisasi di antara keduanya yang akan melahirkan rasa transformasi yang baru dan lebih nikmat. Sekian. (T)

Tags: BahasajawakebudayaanKKNMaduramahasiswa
Previous Post

Pentas Arja Cupak Kerobokan Badung – Peliknya Seni Klasik

Next Post

Anomali Kucing

Ozik Ole-olang

Ozik Ole-olang

Pemuda asal Madura yang lahir di Lamongan dan berdomisili di kota Malang.

Next Post

Anomali Kucing

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co