10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Menyanyikan “Bagimu Negeri”: Maaf, Kami Lupa Bagian yang Satu itu…

Gede Gita WiastrabyGede Gita Wiastra
February 2, 2018
inOpini
230
SHARES

NEGERI, dengarkanlah curhatan kami. Akhir-akhir ini kami merasakan sesuatu yang aneh dalam diri kami. Ini benar-benar aneh. Seken-seken aneh! Mengapa tiap bernyanyi lagu wajib nasional “Padamu Negeri (Bagimu Negeri)”, kami selalu lupa lirik ketiga?

Ah, situ memangnya ingat? Coba nyanyi!

//Padamu negeri kami berjanji/Padamu negeri kami berbakti/ Padamu negeri kami mengabdi/ Bagimu Negeri jiwa raga kami…//

Eh, ingat? Jadi, Anda benar-benar ingat? Yah, kalau Anda ingat, tak jadi dong saya cerita. Ah, jangan dengarkan dia, Negeri! Cukup dengarkan curhatan kami!

***

Suatu kali dalam upacara, dinyanyikanlah lagu “Padamu Negeri (Bagimu Negeri)”. Kami (para peserta) bersiap. Tatapan mata lurus ke depan, tak lupa dada dibusungkan dan tangan memeras santan (bukan susu). Napas dalam dada telah siap menjelma nada.

Setelah aba-aba diisyaratkan, maka bernyanyilah kami: “Padamu negeri kami berjanji. Lirik itu tentu diucapkan dengan pasti dan tegas. Pun pada lirik kedua: Padamu negeri kami berbakti. Rasanya bulu kuduk mulai merinding, mata mulai berbinar, langit berubah nyala merah, kami merasa hanyut dalam suasana patriotik. Tentu, nada dan lirik yang kami ucapkan benar.

Nah, giliran lirik ketiga dilantunkan: Padamu negeri kami meng…, tiba-tiba kami mengubah notasi menjadi ritardando. Suara melemah dan hampir hilang. Kami tak bisa mengucapkan lirik itu. Kami lupa. Tetapi, sampai pada lirik terakhir, tiba-tiba kami kembali ke jalan yang benar, dengan yakin, keras, dan membahana mengucapkan: Bagimu negeri jiwa raga kami…

Begitulah, Negeri. Begitulah ilustrasi yang bisa kami gambarkan tentang fenomena menyanyikan lagu sakral karya Pak Khusbini, yang sejak kecil telah kami dengar dan nyanyikan itu. Semestinya, karena begitu akrab di telinga, kami tak melupakannya. Namun, pada kenyataannya kami benar-benar lupa. Sekian kali bernyanyi, sekian kali lupa. Lupa lirik ketiga: Padamu negeri kami mengabdi.

Di sanalah kadang kami merasa aneh. Ya, memang soal lupa lirik saat bernyanyi adalah hal yang biasa. Tapi, tiap nyanyi lagu itu kok selalu lupa lirik yang itu. Sekali lagi lirik yang itu: Padamu Negeri kami mengabdi. Lupa yang terjadi secara kolektif, bukankah itu hal yang aneh, Negeri?

Kami jadi curiga. Jangan-jangan, ini bukan lupa biasa, tetapi lupa yang telah mendarah daging, mungkin sampai ke tulang. Kami sengaja tidak mengingat itu. Kami sengaja melupakan “Padamu negeri kami mengabdi”.

Ah, jangan-jangan ini cerminan kami, Negeri. Iya, cerminan kami. Kami menemukan pola yang sama antara cara kami menyanyikan lagu “Padamu Negeri (Bagimu Negeri)” dengan cara kami menjadi anakmu (baca: Anak Negeri)”

Padamu Negeri Kami Berjanji

Seperti ilustrasi di atas, “padamu negeri kami berjanji”” diucapkan seterang janji-janji yang ditebarkan. Yang terang dan tegas hanya janjinya, soal menepatinya biarkan diterbangkan angin lalu. Mungkin jumlah janji yang (hanya) diucapkan melebihi jumlah hutang yang dibuat atas namaku, negeri yang katanya tanah surga ini. Munculnya, istilah “obral janji”, menandakan betapa mudahnya kami berjanji. Nasib janji di negeri ini, layaknya lapak baju di pasar, diobral murah-meriah-menanah, membusuk (Selain membuat program seribu rumah bersubsidi, tampaknya pemerintah juga perlu membuat toko-toko yang khusus mengobral janji. Kalau yang ini bukan tokonya yang disubsidi, tapi janjinya. Hohoho). Begitulah, Negeri. Namanya juga usaha!

Padamu Negeri Kami Berbakti

Lirik “padamu negeri kami berbakti” juga diucapkan dengan benar dan tepat. Begitu juga dengan kami yang juga benar-benar berbakti padamu, yang disebut negeri yang bisa menyulap tongkat kayu dan batu menjadi tanaman. Tak boleh ada satu orang pun yang menghinamu (padahal mengkritik). Lihatlah! Betapa gemasnya kami mengejek dan menghukum orang yang telah melakukan kesalahan sekecil apapun terhadapmu. Betapa marahnya kami, terhadap tetangga yang mengklaim milik kami. Betapa berangnya kami ketika kau diobrak-abrik oleh segelintir orang. Bukankah itu mencerminkan bahwa kami telah berbakti?

Padamu Negeri Kami Lupa yang Satu ini

Waduh, untuk yang satu ini, begini Negeri. Ini sungguh-sungguh Negeri, dalam diri kami masih ada kok rasa ingin mengabdi itu, hanya saja kami lupa (untuk tidak menyebut sengaja). Seperti kata Teori Interferensi, “Memori yang disimpan dalam jangka panjang masih tersimpan dalam gudang memori. Proses lupa terjadi karena memori yang satu mengganggu proses mengingat memori yang lainnya. Barangkali itu yang terjadi pada kami, ada satu hal baru yang mengganggu kami untuk mengingat “mengabdi””itu.

Dulu kami memang punya memori bersama Eyang John F. Kennedy. Saat itu, kami duduk bersama di bawah pohon yang rindang, belajar bersama Eyang. Sebelum kami berpisah, Eyang berkata, “”Jangan tanyakan apa yang diberikan negeri kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negerimu!”. Memori itu masih tersimpan, hanya saja diganggu memori baru yang diberikan si Hedonis kepada kami. “Jangan tanyakan apa yang diberikan negeri kepadamu, cukup tanyakan berapa yang diberikan negeri kepadamu!”, begitu katanya.

Tapi memori yang diberikan si Hedonis itu, benar adanya. Gara-gara itu, kami punya harapan baru yang membuat kami senang. Omong kosong kata si Eyang itu, Tapi, tenang saja negeri, jiwa raga kami tetap dirimu kok!”

Sekian, Negeri. Terima kasih telah mendengarkan! Da da…

***

Setelah mendengar curhatanku, Negeri pun berbisik dalam hati:

“Memang benar kata George Orwell, “Manusia hanya mengabdi pada dirinya sendiri”. Hohohoho. Seperti ilustrasi di atas setelah kalian lupa mengabdi, lagi-lagi dengan yakin, keras, dan membahana kalian mengucapkan: BAGIMU NEGERI JIWA RAGA KAMI! Ambil smartphone, berswafoto berlatar merah-putih-buka media sosial-unggah foto. Tak lupa dengan #SayaIndonesiaSayaPancasila.” (T)”

 

Tags: Indonesialagulagu wajibNegeri
Previous Post

Kambali Zutas# Camar-Camar di Teluk Benoa, Kepada Gadis Seksi Kolong Underpass

Next Post

Pada Bagian itu, Yo Terbunuh

Gede Gita Wiastra

Gede Gita Wiastra

Suka bercerita, suka melucu, suka tertawa. Pernah menulis puisi, tapi lebih jago memusikkan atau melagukan puisi. Status menikah dengan (baru) satu anak

Next Post

Pada Bagian itu, Yo Terbunuh

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co