SELAMA sekitar dua hari ini, timeline social media khususnya Facebook disibukkan dengan perbincangan tentang Bahasa Bali. Yang memperbincangkan, ya, tentu orang Bali sendiri. Mungkin baru kali ini ada perbincangan tentang Bahasa Bali yang bisa dibilang cukup viral dalam kurun waktuyang singkat, bahkan mungkin akan tetap viral beberapa hari ke depan.
Ini berawal dari adanya aplikasi id.testony.com yang berisikan konten untuk mengetes atau mengecek beberapa hal yang ingin diketahui oleh pemilik akun facebook. Setelah hasilnya diperoleh, seperti juga banyak konten sejenis lainnya, pemilik akun akan membagikannya di laman facebook.
Hasil tes itu menggunakan bahasa Bali dan tergolong dalam tingkatan bahasa Bali kepara (biasa dalam keseharian). Karena menggunakan bahasa keseharian, kesannya jadi lucu. Sisi positif memang pengguna akun facebook yang notabena dari daerah Bali bisa diingatkan kembali untuk menggukan bahasa Bali. Namun karena pertanyaan dan hasil tes kemudian berkembang dengan bahasa menjurus kasar bahkan jaruh alias porno, sejumlah pengamat Bahasa Bali kemudian merasa khawatir.
I Nyoman Suka Ardiayasa, Ketua Aliansi Peduli Bahasa Bali, merasa harus memberikan sikap dan somasi terkait dengan adanya aplikasi tes tersebut. Ia menulis sikapnya di facebook. “Saya selaku generasi muda Bali yang peduli terhadap keberadaan dan eksistensi bahasa Bali meminta kepada akun-akun pribadi pembuat aplikasi online yang berkonten tidak pantas di laman id.testony.com agar menghapus tes online yang telah dibuatnya itu dan agar tidak lagi membuat tes online yang berkonten tidak pantas.” Begitu somasi yang dituliskannya di timeline Aliansi Peduli Bahasa Bali.
“Kata-kata porno, kata-kata kasar tidak sepantasnya dikonsumsi oleh publik. Bahasa Bali sebagai identitas yang menunjukan etika dan kesantunan masyarakat Bali harus dijaga dan dijunjung oleh seluruh masyarakat Bali. Secara kebahasaan penggunaan bahasa Bali diatur dalam anggah-ungguhing basa Bali. Untuk penggunaan bahasa kasar hanya digunakan di ranah privat dan bagi kalangan-kalangan tertentu saja, bukan di ranah-ranah publik. Termasuk kata-kata yang berkonten porno hanya boleh di konsumsi oleh orang dewasa saja.” Begitu lanjut Suka Ardiyasa menulis dalam timeline Aliansi Peduli Bahasa Bali.
Jelas memang benar apa yang diungkapakan oleh Suka Ardiyasa karena beberapa hari belakangan ini tes online yang dihasilkan oleh id.testony.com kebanyakan menggunakan bahasa Bali yang dainggap tidak layak dipergunakan di ranah publik seperti social media. Bahasa Bali sebagai akar budaya Bali seharusnya memang dilestarikan dan dijaga dengan baik keberadaannya. Akan tetapi dengan cara yang baik dan benar pula, karena bahasa Bali sebagai cerminan karakter orang Bali.
Hal yang aneh pula dilakukan oleh pengguna akun-akun pribadi di facebook yang melakukan tes tersebut dan membagikan hasil yang menjelaskan tentang mereka masing-masing. Dengan ditambahkan caption yang kata-katanya ada setuju maupun tidak setuju dan kebanyakan mengatakan “ah ade-ade gen ne, facebook sok tau” diiringi dengan emoji-emoji yang unik.
I Gede Gita Purnama yang merupakan salah satu pemerhati bahasa Bali dan tenaga pengajar di Fakultas Sastra Udayana juga memberikan komentar terkait dengan hal tersebut. Menurut Gede Gita Purnama yang sering disapa Bayu ini, penggunaan tes untuk kepentingan sekedar suka dan bercanda itu sih tidak masalah sebenarnya. Tapi ketika kecenderungan kata-kata dalam tes berkonotasi negatif (kasar/porno) dan kemudian dipublikasikan secara luas di media sosial akan menjadi sebuah persoalan yang cukup serius, terlebih lagi bahasa Bali sebagai media penulisannya.
Secara politik kebahasaan bahasa Bali diuntungkan dengan berkembangnya pola-pola penyampaian bahasa Bali ke ranah publik melalui media sosial. Akan tetapi jika hal yang dikembangkan berbau negative (kasar/porno) maka hal itu akan mengerdilkan perkembangaan bhasa Bali itu sendiri. Sebab kecenderungan penggunaan bahasa Bali di dunia maya hanya akan menjadi menarik jika diikuti dengan konten yang negatif (kasar/porno).
Jika ditinjau kembali kita sebagai pengguna media social harus berpikir kritis terkait dengan adanya hal-hal seperti ini. Benar memang yang dijelaskan oleh Nyoman Suka Ardiyasa dan Gede Gita Purnama karena kesan yang muncul dalam tes yang tersebar itu akan kebanyakan berbau negatif (kasar/porno) karena konten yang diberikan kebanyakan negatif (kasar/porno). dan sangat perlu diingat dalam bahasa Bali kosa kata yang berkonotasi sangat banyak bahkan berlimpah dan hanya boleh hadir dalam ranah privat, dalam konteks bercanda, marah dengan psikologi yang terbatas.
Jadi kalau marah boleh berkosakata kasar, akan tetapi alangkah baiknya itu jangan diumbar di social media jika memang sehat secara psikologi. Apalagi kosa kata yang berkonotasi porno saat bertutur kata sebaiknya digunakan dalam tingkat kedekatan atau keakraban tertentu saja, baiknya juga jangan diumbar di ruang publik, dan sekali lagi memang kondisi psikologi sedang sehat. 😀 hahahaa
Tes online ini ternyata juga menjadi perhatian mantan anggota KPU, I Gusti Putu Arta. Di laman facebooknya dengan nama Igusti Putu Artha, ia beberapa kali menulis status dengan latar berwarna untuk menanggapi id.testony.com itu.
Kata dia: “Testony. com jangan dinilai serius mau rusak Bahasa Bali. Kan aneh gegonjakan pakai Bahasa Bali halus. Kalo porno ya jangan share.” Begitu kata tulis dia di statusnya.
Dalam status yang lain ia menulis lagi: “Bagaimana caranya memberitahu Testony. com agar tak menampilkan konten porno dan jorok? Gokil sih oke.”
Lalu ia kembali menulis status yang lebih memberi renungan dan pelajaran: “Fenomena “viral” menjadi indikator bahwa pencipta opini publik milik medsos bukan media mainstream.”
Yang lucu, Artha juga mencoba ikut tes. Ia menjawab pertanyaan “Kenyataan bikas ci di gumine?” (Kenyataan tabiatmu di bumi ini?”
Lalu jawaban dari tes itu yang kemudian di-share: “patut dicontoh kebaikan ci ne” (patut dicontoh kebaikanmu ini).
Setelah itu Artha menulis status lagi dengan bahasa Bali. “Jeg bangkis-bangkis ben kedek ulian time line petenge ne. Ulian celepuk testony.”. Artinya, “bersin-bersin karena tertawa akibat time line malam ini. Akibat burung hantu testony”. (T)