2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Okokan dan Rintih Merdu “Lelakut Nyuling” dari Kediri – Catatan Festival Tepi Sawah

Agus WiratamabyAgus Wiratama
February 2, 2018
inFeature

Atraksi Okokan di Festival Tepi Sawah, Pejeng, Gianyar/ Foto-foto: Agung Putradhyana

245
SHARES

SUASANA hening. Sejumlah orang menikmati malam di tepi sawah, di atas dangau kayu tanpa atap. Mata sejumlah orang tertuju pada sosok lelakut yang tertancap di tengah sawah nyarang, dengan air bening tanpa riak. Sosok patung orang-orangan sawah itu memantulkan pemandangan magis ditimpa lampu yang dihasilkan dari panel surya. Orang-orang pun mengambil HP, lalu selfie.

Malam itu, senja baru saja surup, Minggu 4 Juni 2017. Di sela Festival Tepi Sawah di areal sejuk Omah Apik, Pejeng, Gianyar, orang-orang sedang menunggu sekelompok seniman dari Banjar Delod Puri, Kediri, Tabanan. Seniman yang tergabung dalam Sekaa Okokan Brahma Diva Kencana sesuai jadwal acara hendak menampilkan atraksi okokan dan tari-tarian.

Dan seakan menyambung suasana di persawahan belakang stage, masuklah sejumlah penari ke arena. Seniman-seniman muda dari daerah agraris itu berkostum lelakut, lalu meliukkan tubuhnya di tengah arena. Sejumlah orang yang sebelumnya suntuk memandang lelakut yang tertancap di tengah sawah, langsung mengalihkan pandangannya ke arena: menonton lelakut yang menari.

Penari itu melangkah pelan ke arena, meliukkan sedikit tubuhnya, terkadang sambil tersenyum yang agak dipaksakan. Mereka kadang beku seperti lelakut yang sesungguhnya, kadang bergerak seperti petani yang tak bisa diam. Tarian itu seakan mengungkapkan rasa rindu yang besar terhadap sawah-sawah yang subur, lingkungan yang asri, air melimpah dan udara yang sejuk.

Kerinduan itu makin terasa ketika lelakut itu meniup seruling. Suara seruling yang dimainkan dengan apik, kadang terdengar seperti keriangan, kadang terdengar seperti rintih yang merdu. Suara-suara yang seakan member pesan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi terhadap alam dan lingkungan pertanian, di Bali, khususnya di Tabanan.

Usai penari lelakut beraksi, usai tepuk tangan yang kompak, suasana hening kembali. Lalu, orang-orang yang berada di Omah Apik dikejutkan dengan gema suara okokan. Suaranya menggelegar, ritmis dan hidup. Dari stand makanan yang agak jauh dari stage, sekitar 50 pemuda berbaris, Sebanyak 32 orang memanggul okokan besar, sisanya memainkan alat tabuh yang lain seperti kempul, kendang dan ceng-ceng kopyak.

Tari Lelakut

Itulah yang disebut seni okokan. Okokan adalah benda yang mirip keroncongan sapi dengan ukuran jumbo. Para pemain okokan mengenakan celana panjang berwarna dasar putih yang dihiasi dengan warna merah dan hitam atau yang biasa disebut dengan warna tridatu lengkap dengan baju kaos tak berlengan dan udeng poleng.

Mula-mula para pemain okokan berbaris di dekat stand dagang. Lalu dengan hitungan beberapa detik setelah benda itu dimainkan para pengunjung sontak merapat memperhatikan pementasan tersebut. Sembari memainkan okokan dengan suara menggelegar, para pemain langsung menuju arena di depan Uma Stage. Mereka bermain di bawah karena stage tidak cukup menampung jumlah pemain dan gaya permainan seperti itu.

Suara okokan yang dipadukan dengan beberapa terompong, kendang, dan klening membuat suasana menjadi bersemangat. Bagaimana tidak, suara okokan yang menggetarkan dada itu diiringi dengan gerakan meliuk-liuk para pemain sehingga keperkasaan para pemain okokan mengundang para penonton untuk bersemangat menyaksikannya.

Awalnya, semua pemain memang hanya tetap pada barisan, kemudian mereka memberi kejutan dengan gerakan-gerakan meliuk-liuk sembari menggoyang-goyangkan okokan agar tetap bersuara dengan sempurna. Beberapa gerakan seperti inilah yang membuat penonton terlebih penonton dari mancanegara berdecak kagum dengan pementasan itu. Di samping kekuatan pemain dalam mengangkat benda itu, tempo permainan pun tetap terjaga hingga keindahan permainan okokan itu tak memberi kesempatan para penonton memalingkan pandangan.

Wayan Juni, pengurus Sekaa Okokan Brahma Diva Kencana, mengatakan permainan ini di desanya di Kediri, Tabanan, biasa digunakan dalam kegiatan mengarak ogoh-ogoh pada hari pangrupukan menjelang Hari Nyepi. Namun, okokan juga akan dimainkan apabila desa tempat mereka tinggal mengalami bencana bertubi atau biasa disebut dengan istilah grubug. Jika grubug terjadi, permainan okokan bisa dilakukan dari pagi hingga pagi kembali, bahkan bisa dilakukan berhari-hari.

Okokan yang biasa dimainkan dalam hari pangrupukan ini tentu memberi aroma semangat dengan tabuh yang dimainkan. Para pemain musik tradisional ini memperlihatkan keperkasaannya sebagai pemain dengan raut wajah yang tak berubah meski durasi yang dimainkan cukup lama. Raut wajah yang bertahan dan diikuti dengan tetesan keringat di dahi itu justru memperlihatkan betapa mereka adalah orang-orang yang memiliki kepribadian kuat.

Suasana magis dibtengah atraksi pemain okokan

Okokan yang begitu besar itu digantung pada sebuah kayu yang kemudian digarap oleh dua orang. Patung naga yang tertempel di kayu tempat okokan itu pun seakan hidup dan ikut menari-nari dalam keasikan para pemain itu. Beberapa penonton lokal pun bergeming dalam pementasan, “amat je bayune to” atau dalam bahasa Indonesia “betapa besar tenaganya”. Mereka kagung dengan kekuatan para pemain dalam durasi waktu permainan pemain okokan itu.

Menurut pelatih kelompok ini lebih lanjut, permainan ini juga akan segera pentas di Garuda Wisnu Kencana (GWK) dan di Bajera Sandi di Renon, Denpasar. (T)

Tags: baliFestival Tepi SawahGianyarSeniseni pertunjukantabanan
Previous Post

Bali: Pulau Seribu Pura, Seribu Hotel, dan Seribu Meja Ceki

Next Post

Selalu Suka ke Pegayaman: Rancak Budrah, Nyanyian Muslim dengan Nada Kidung Bali

Agus Wiratama

Agus Wiratama

Agus Wiratama adalah penulis, aktor, produser teater dan pertunjukan kelahiran 1995 yang aktif di Mulawali Performance Forum. Ia menjadi manajer program di Mulawali Institute, sebuah lembaga kajian, manajemen, dan produksi seni pertunjukan berbasis di Bali.

Next Post

Selalu Suka ke Pegayaman: Rancak Budrah, Nyanyian Muslim dengan Nada Kidung Bali

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co