3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Buku Puisi “Seribu Pagi Secangkir Cinta”: Cara Wulan Mengabadikan Cinta

Ida Ayu Putri AdityarinibyIda Ayu Putri Adityarini
February 2, 2018
inUlasan
61
SHARES

APA yang pertama kali dipikirkan orang tentang puisi?

Sebagian besar orang mungkin akan memberi jawaban “kata-kata indah” dan “cinta”. Hal itu tidak salah karena tidak dapat dipungkiri puisi masih menjadi sarana yang ampuh untuk menyampaikan perasaan, khususnya rasa cinta, sampai saat ini. Puisi mampu membahasakan cinta yang begitu universal. Cinta dalam bentuk apa pun dan untuk siapa pun bisa dibahasakan oleh puisi.

Wulan Dewi Saraswati adalah salah satu orang yang sadar bahwa puisi adalah sarana yang sangat baik untuk menyampaikan perasaan cintanya. Buku antologi Seribu Pagi Secangkir Cinta ini adalah bukti keberhasilannya menggunakan puisi sebagai sarana menyampaikan cinta sekaligus mengabadikannya. Mengapa saya katakan berhasil?

Ini adalah efek hubungan antara puisi, cinta, dan orang-orang yang menganggap puisi sebagai sarana untuk menyampaikan cinta. Sebagian besar orang menganggap puisi memiliki kaitan erat dengan cinta dan mungkin lebih banyak orang lagi yang sudah menggunakan puisi untuk menyampaikan perasaan cintanya.

Itu berarti sudah sangat banyak orang yang menulis puisi (tentang) cinta dan kawan-kawannya, seperti rindu, harapan, penungguan, patah hati, dan lain-lain. Tentu, sudah sangat banyak pula puisi-puisi bertemakan cinta yang lahir dari tangan orang biasa sampai penyair ternama. Cinta dan kawan-kawannya itu menjadi hal yang paling puitis. Cinta menjadi topik puisi segala musim. Orang yang sedang mengalami musim jatuh cinta sampai orang yang sedang mengalami musim patah hati bisa menulis puisi.

Namun, topik yang universal ini tidak serta-merta mudah ditulis sebagai sebuah puisi. Banyak orang yang terjebak dalam sempitnya pandangan terhadap cinta dengan menganggap cinta sebagai sebatas hubungan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini tentu berpengaruh terhadap sempitnya tema puisi yang ditulis. Kesulitan lain adalah pemilihan kata dalam puisi. Kesulitan ini membuat orang yang menulis puisi kurang tepat memilih kata sehingga puisi yang dibuat akhirnya lebih mirip rayuan-rayuan yang digunakan dalam acara lawak di tv.

Selain itu, upaya untuk tidak terlalu terpengaruh dengan puisi yang pernah atau sering dibaca juga merupakan kesulitan tersendiri yang harus dihadapi dalam menulis puisi, termasuk puisi bertemakan cinta.

Mungkin, menulis puisi bertemakan cinta sama sulitnya dengan memahami cinta itu sendiri.
Saya menganggap Wulan berhasil menyampaikan cinta melalui puisi sekaligus mengabadikannya karena Wulan berhasil menghadapi kesulitan-kesulitan tersebut.

Hal ini terlihat dari dua hal, yaitu tema dan pemilihan kata. Tema dalam antologi ini cenderung seragam, yaitu tentang cinta. Namun, pengetahuan, perasaan, dan pengalaman Wulan membuat tema cinta yang ia tulis dalam antologi ini menjadi lebih beragam. Wulan mampu menyampaikan cinta kepada banyak hal dengan banyak cara. Hal ini juga diikuti dengan usaha yang baik dari Wulan dalam memilih kata-kata yang digunakan dalam puisi-puisinya.

Cinta adalah tema utama dalam antologi ini. Sebagai seorang perempuan dan masih muda, Wulan menempatkan dirinya langsung dalam puisi-puisinya. Hal ini terlihat dari banyaknya puisi yang menggunakan kata ganti “aku”. Ia juga membiarkan dirinya tampil apa adanya sebagai seorang perempuan dalam puisi-puisi yang ia buat. Sebagai seorang perempuan muda juga, Wulan mengungkapkan cintanya dengan berbagai cara dan rupa.

Yang pertama ia mengungkapkan cintanya secara langsung. Beberapa puisi seperti telanjang. Menggambarkan cinta sederhana. Apa adanya. Mereka memang puisi cinta yang tidak dapat dibantah lagi. Ada yang menandakan bahagia dan dimulainya suatu babak baru dalam suatu hubungan, seperti “Membaca Pagi”, “Santap Malam”, “Surat Cinta”, dan “Secangkir Cinta”. Dalam puisi-puisi tersebut cinta ditampilkan dengan sederhana dan apa adanya. Mungkin dalam hal ini Wulan sedang berada pada musim jatuh cinta. Hanya ada cinta, doa, harapan, dan puisi, seperti kutipan puisi berikut.

tidak ada yang lebih kuyakini selain pagi
pagi yang dihidangkan penuh puisi
serta ucapan selamat pagi dari kekasih hati
(Membaca Pagi, hlm.10)

Sayang, bagaimana kalau aku mati setelah menikmati
hidanganmu? tanyamu
kau akan mati bahagia, jawabku
begitulah caraku bunuh diri kelak, katamu
kurasa diracun cinta bukanlah dosa, kataku
(Santap Malam, hlm.12)

Ada pula yang menandakan kerinduan. Kerinduan yang Wulan sampaikan dalam puisi-puisinya adalah kerinduan yang begitu kompleks. Tidak hanya rindu antara kekasih, tetapi juga rindu pada ayah, rindu pada sahabat, rindu pada suatu tempat, rindu pada suatu masa, dan rindu pada kenangan. Puisi dengan subtema kerinduan ini merupakan puisi dengan jumlah yang paling banyak di antologi ini. Mungkin Wulan menganggap rindu adalah hal yang paling seksi dalam cinta.

Hal ini bisa dibaca pada puisi “November Bapak”, “Surat Lena”, “Untuk Jo”, “Denpasar Aku Merindukanmu”, “Zwolle”, “Menggapai Seribu Rindu”, “La Rochelle”, “Dari Karangasem”, “Kabar dari Zwolle”, dan lain-lain. Judul-judul puisi tersebut memperlihatkan bahwa rindu selalu membuntuti langkah seseorang. Tidak peduli tempat dan waktu. Kenangan pada sesuatu bisa menjadi semacam dokumentasi dalam pikiran yang dapat dilihat sewaktu-waktu ketika rindu datang. Dalam puisi-puisi dengan subtema kerinduan ini, Wulan seolah-olah menyatakan bahwa kerinduan tidak akan bisa terlepas dari kenangan, kecemasan, dan penungguan. Berikut adalah beberapa penggalan puisi-puisi tersebut.

ingatan kembali ke masa semula
saat kita berjanji bertemu
di pinggiran Zwolle
menanam bunga dan menyusuri sungai
(Zwolle, hlm 36)

Walau senja selalu liar menyambut mimpi remaja
aku tetap memeluk kerinduan untukmu, Denpasar
(Denpasar, Aku Merindukanmu, hlm 68)

Bapak, lemparkanlah cintamu pada kami yang merindu
Katakan kau melihat kami bahagia. Katakan, katakanlah.
Entah dalam sunyi, katakanlah. Kami menanti.
(November Bapak, hlm 8)

Yang kedua, Wulan menyampaikan cinta melalui kisah-kisah yang sudah dikenal sekaligus menceritakan kembali kisah-kisah (cinta) yang terkenal itu. Wulan menampilkan kembali cerita rakyat dan sejarah, seperti pada puisi “Kelahiran Layonsari”, “Asmara di Semarapura”, “Di Pundak Jaya Pangus”, “Kepada Jaya Pangus”, dan “Wisanggeni”. Dalam hal ini, cinta dinyatakan tidak sebatas hubungan. Cinta juga adalah kekuatan dan direkonstruksi sebagai penanda suatu kehidupan yang baru.

sebab tak ada setia yang terucap
terlebih cinta hanya pura-pura
di sela pertapaanmu
…………………………..
siapakah pemilik setiamu?
perempuan Cina tanpa permata di bibirnya?
(Kepada Jaya Pangus, hlm 52—53)

Darahmu yang sejati
adalah belati bagi lelaki
yang memuja birahi
maka kelahiranmu dalam sepi
serupa anggur segar murim gugur
biarkan angin utara mencium getarmu
untuk pemudi yang haus asmara
(Kelahiran Layonsari, hlm 2)

Tema tentang cinta dan kawan-kawannya tersebut disampaikan oleh Wulan dengan bahasa yang baik. Secara umum, Wulan memilih kata-kata dan menggunakannya dengan baik. Wulan banyak mengulang kata “cinta” dan “rindu” dalam satu puisinya, tetapi ia melalukannya dengan rapi sehingga tidak terkesan monoton. Wulan juga memperhatikan keindahan bunyi dalam puisi-puisinya meskipun banyak puisinya yang naratif, seperti penggalan puisi berikut.

sejauh kau melangkah, sejauh kau berlabuh
kau tetap menjadi Lovina tanpa senja
jika tak tahu rupa bahagia
(Lovina)

Aku selalu menyuguhkan minuman
bukan kopi, teh, atau susu
hanya secangkir cinta
kurasa cukup melepas rindu
di hari ulang tahunmu
(Secangkir Cinta, hlm 22)

dan kau selalu berkata,
karena kita adalah semesta
yang tak selalu pasti
maka keyakinan adalah kepastian
paling sederhana untuk kita miliki
(Sebuah Nama, hlm 76)

Dalam beberapa puisi, Wulan menggunakan kata atau istilah dari luar bahasa Indonesia, seperti bahasa Bali dan bahasa Prancis. Penggunaan kata dari luar bahasa Indonesia ini sebenarnya adalah hal yang bagus, terutama untuk lebih mendukung tema puisi yang dibuat. Akan tetapi, penggunaan kata-kata ini perlu diperhatikan. Tujuannya adalah mendapatkan makna yang tepat dan utuh serta agar bisa dibaca oleh pembaca yang lebih universal. Misalnya kata-kata yang dicetak tebal dalam puisi berikut.

mungkinkah kau damai
yang selalu menyekah upakara
kerinduanku?
hening
bening
(Buat Ning, hlm92)

………………………………………………………….
kita tak akan betah menebak wajah sejarah
karena kita adalah wajah-wajah kawitan
yang mengeja doa dengan terbata
………………………………………………………..
(Asmara di Semarapura, hlm 9)

Penggunaan kata menyekah ,upakara, dan kawitan dalam puisi tersebut perlu diperhatikan karena dapat menimbulkan makna yang berbeda jika dicari maknanya dalam bahasa Indonesia atau tidak tercantum maknanya dalam bahasa Indonesia. Ketidaktepatan penggunaan kata dapat berujung pada tidak sampainya makna puisi yang diinginkan penulis. Selain itu, latar budaya yang dibawa oleh masing-masing kata asing juga perlu diperhatikan dan dipahami secara mendalam agar penggunaan kata-kata tersebut tepat untuk menyampaikan suatu makna dalam puisi.

Akhirnya, sebagai suatu karya mula dari penulis muda, antologi ini patut dibaca. Antologi ini patut dibaca untuk mengetahui gambaran perkembangan karya penulis muda. Antologi ini patut dibaca sebagai pemantik semangat bagi penulis muda lainnya. Yang paling sederhana, antologi ini patut dibaca sebagai suatu dokumentasi cinta bagi siapa saja. Antologi ini adalah bukti keberhasilan dan keberanian seorang perempuan muda mengabadikan dua sisi cinta dalam hidupnya saat kebanyakan orang ingin membuang sisi gelapnya. Berbahagialah, Wulan!

Kemenuh, Mei 2017

Tags: BukucintaPuisiresensi
Previous Post

Perempuan dengan Rambut Merah Menyala

Next Post

Anak Sekolahan “Memainkan” Putu Wijaya – Catatan Festival Monolog di SMA Bali Mandara

Ida Ayu Putri Adityarini

Ida Ayu Putri Adityarini

Pernah kuliah di Singaraja. Kini terus menulis puisi dan cerpen sembari bekerja di Balai Bahasa Provinsi Bali

Next Post

Anak Sekolahan “Memainkan” Putu Wijaya – Catatan Festival Monolog di SMA Bali Mandara

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co