KEBIASAAN rebutan kursi bukan hanya terjadi saat seseorang jadi politikus, melainkan juga saat seseorang jadi mahasiswa. Rebutan kursi politikus terjadi saat pemilu, rebutan kursi mahasiswa bisa terjadi saat ujian.
Ayo siapa yang mahasiswa? Atau yang sudah pernah menjadi mahasiswa atau yang akan menjadi mahasiswa? Pernahkah melakukan aksi rebutan kursi? Jika tak pernah, bisa jadi Anda mahasiswa pintar, percaya diri, atau mahasiswa pasrah.
Setelah tiga bulan pertama akan ada yang namanya Ujian Tengah Semester (UTS), begitu pula Ujian Akhir Semester (UAS) setelah berkuliah selama 6 bulan alias 1 semester. Saat-saat itulah kebiasaan berebut kursi” di kalangan mahasiswa akan terjadi.
Pertama kita akan melihat mahasiswa yang biasanya datang kuliah paling belakang atau bahkan telat, saat ujian akan datang pagi-pagi sekali, atau jauh lebih awal dari jam ujian yang ditentukan, bisa 30 menit hingga 1 jam sebelum bel ujian dimulai.
Ini cukup unik. Karena ujian ternyata bukan hanya sebagai ajang evaluasi pelajaran, namun juga mampu menyadarkan mahasiswa untuk datang lebih awal, alias lebih rajin. Tapi, ya, saat ujian saja.
Kemudian ada juga kebiasaan booking. Ini tergolong sedikit menjengkelkan karena jelas sekali tidak fairness. Ketika kita datang ke ruang kuliah, baru ada 1 hingga 2 orang saja. Namun kursi di belakang atau kursi di posisi strategis lain sudah berisi kertas yang diatasnya berisi nama-nama yang padahal nama-nama itu belum ada di kelas. Kursi itu sudah di-booking.
Yang mem-booking adalah mereka yang 1-2 tadi, kadang yang mereka booking-kan adalah “geng” mereka di kelas atau teman dekatnya, atau bahkan pacarnya sendiri. Semoga saja hal ini tidak menginspirasi orang-orang IT untuk membuat aplikasi bookingkursi.com yang bisa mememesan kursi saat ujian dengan sekali klik saja di gadget.
Rebutan kursi dan booking-membooking terkadang tidak terhindar dari munculnya konflik kecil di antara mahasiswa, bahkan konflik bisa berkelanjutan. Terutama mahasiswa perempuan yang sedikit lebih sensitif. Mahasiswa tapi seperti anak-anak yang berebut mainan. Bedaya, hanya tak berisi aksi cakar-cakaran atau tarik-tarikan rambut.
Nah, politikus beda lagi. Mereka biasanya berevut kursi setiap 5 tahun sekali. Lumayan lama ya. Seperti mahasiswa, mereka yang biasanya selalu telat atau tak pernah datang ke tengah masyarakat, tiba-tiba rajin turun ke masyarakat, bahkan antara politikus yang satu dengan politikus lain terkesan saling mendahului. Salip-menyalip.
Mereka para wakil rakyat datang lebih awal ke masyarakat untuk menarik simpati warga. Saat itu mereka akan memberikan fisrt-impression yang memukau, janji ini, janji itulah, untuk menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat. Sehingga, pada saat pemilu, mereka bisa mendapatkan kursi dengan mudah saat hari H, yakni hari pemilu. Namun, biasanya, saat kursi dapat direbut, sebagian besar dari mereka kemudian seakan menghilang dan jarang masuk ruang kuliah, eh, masuk ke tengah masyarakat.
Soal kebiasaan booking juga biasa terjadi dalam dunia politik. Misalnya booking kursi jabatan. Namun untuk bsia booking, mereka biasanya berjuang melalui koalisi dan konspirasi. Atau bisa juga dilakukan secara pongah dengan menggunakan kekuasaan.
Sama-sama berebut kursi, semoga politikus dan mahasiswa mampu memaknai perjuangan perebutan kursi itu dengan lebih baik. Mahasiswa yang berebut kursi, ketika sudah mendapatkan posisi yang diinginkan hendaknya mampu berbuat lebih baik. Fokus dengan ujian, kerjakan sendiri, tanpa menontek. Sehingga berebut kursi bisa dimaknai sebagai pembentukan mental mahasiswa yang bersih dan memiliki semangat kompetitif yang tinggi. Tapi jika sudah dapat kursi strategis tapi tetap juga mencontek, itu namanya tak tahu diuntung. Sudah dapat posisi bagus, eh, tetap juga menyusahkan orang lain.
Begitu pula politikus dan wakil rakyat. Semoga mereka juga bisa lebih memaknai dengan baik lagi kursi kekuasaan yang telah mereka perjuangkan. Jika sudah dapat kursi bagus, ya mulailah memperjuangkan dan menjunjung tinggi kepentingan rakyat, dan bukan malah sibuk memperkaya diri sendiri dan lupa akan janji-janji yang telah diumbar kepada rakyat. (T)