9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Majejahitan” dan “Matanding”, Pewarisan Kesadaran Estetika Manusia Bali

Sugi LanusbySugi Lanus
February 2, 2018
inEsai

Foto: Sugi

14
SHARES

SETIAP orang Bali, walaupun ia terlahir sebagai laki-laki, pasti pernah matanding atau majejahitan.

Matanding adalah kegiatan untuk menyanding-nyandingkan atau menata berbagai bahan sesaji sehingga menjadi sebuah keutuhan sebuah banten (sesaji). Sementara majejahitan merupakan bagian dari matanding, yaitu menjahit janur dirangkai dengan berbagai bunga dan daun-daunan tertentu.

Majejahitan menghasilkan canang (merangkai janur dan warna-warni bunga dan daun). Canang dan berbagai hasil majejahitan dipersatukan dalam matanding menjadi banten. Walaupun jarang yang aktif, biasanya anak laki-laki dilibatkan juga dalam memetik bunga, memanjat kelapa, mencari janur, atau berbagai perlengkapan dalam tahap persiapan.

Bagi para ibu dan anak perempuan Bali, membuat untaian keindahan (majejahitan dan matanding) adalah “mata pelajaran pokok” dalam kehidupannya. Laki-laki mendampingi untuk mempersiapkan bahan-bahannya. Setiap hari diwajibkan untuk membuat canang atau tangkih untuk persembahan pagi atau sore.

Canang adalah peraduan berbagai unsur-unsur keindahan. Berbagai jenis dan warna bunga, janur, dupa, beras, dan seterusnya. Mereka dirangkai, dijahit, ditata atau ditanding menjadi sebuah kesatuan yang kita sebut canang. Kata canang mengandung arti persembahan. Persembahan atau canang kita adalah keindahan. Keindahan bentuknya dan tentunya juga keindahan hati pembuatnya.

Biasanya canang atau matanding (menata sesaji) dilakukan di atas meja atau tikar. Yang beruntung punya bale (bangunan khusus untuk matanding) mereka membuatnya di sana. Janur dituas. Lalu dijahit dengan ketelitian yang tinggi. Berbagai bentuk kurva dan persegi. Di sini orang Bali diperkenalkan pada dimensi dan bentuk. Janur yang dijahit ini menjadi semacam penyangga bagi bunga-bunga yang dirangkai di atasnya. Dilengkapi berbagai kelengkapan tambahan sesuai kebiasaan atau tata cara keluarga atau desa bersangkutan.

Pewarisan keterampilan ini turun dari generasi ke generasi. Dari nenek ke ibu. Dari ibu ke anak. Demikian seterusnya. Ini berjalan dengan sangat terjaga selama berabad-abad. Dalam suka cita pewarisan ini selalu ada yang terbaharui. Setiap generasi punya seleranya untuk menambahkan yang diwarisi. Ini menyerupai pewarisan sebuah bangunan pura. Walaupun pelinggih atau altar dipertahankan berjumlah tetap dari generasi ke generasi, kalau kita perhatikan, saat terjadi renovasi, ukiran yang menghias altar atau material bangunan selalu mengalami perubahan. Semacam improvisasi dari setiap generasi pewarisnya.

Demikian juga dengan banten-banten kita. Dahulu tidak ada banten dengan buah apel New Zealand, tetapi karena buah itu dinilai menarik warnanya dan enak, generasi belakangan gemar memakainya. Kadang unsur kertas berwarna emas dan warna-warni juga menjadi bagian canang atau sampian (hiasan gantung-gantung). Padahal dahulu jarang kita temui kalau kertas menjadi bagian dari canang. Sisi lain muncul, ada kecenderungan fashion dan trend dalam beberapa bagian ritual.

Karena dalam pewarisan ini tidak tertulis, tidak ada dogma, tidak ada yang paling benar, setiap generasi punya kesempatan melakukan improvisasi secara terus-menerus—asal unsur-unsur pokok tetap terjaga. Dalam pewarisan banten dan majejahitan terwariskan juga prinsip desa-kala-patra. Sebuah banten atau sesaji disesuaikan dengan kelenturan interpretasi masyarakat pada wilayah tertentu (desa), pada kurun waktu tertentu (kala) dan situasi/keadaan tertentu (patra).

Pokok ajaran ini adalah keleluasaan untuk melakukan reinterpretasi dan improvisasi secara terus menerus, menjadikan tradisi sebagai warisan yang lentur, fleksibel, dan menjawab kebutuhan jamannya, dengan terus berpegang pada esensinya yang terdalam, penghalusan kemanusian kita secara terus-menerus.

Bunga menjadi unsur pokok dalam canang. Warna-warnanya dan berbagai jenis bunga menjadi bagian penting dalam merangkai keindahan itu. Dan tanpa disadari, pewarisan keterampilan majajahitan dan matanding ini adalah sebuah pewarisan seni hidup, seni merangkai keindahan, mengapresiasi estetika.

Sedari kecil seorang anak Bali akan dikenalkan dengan bunga dengan sangat intens. Hampir di setiap halaman rumah orang Bali setidaknya ada sebatang atau dua batang pohon bunga. Dengan kesadaran ketika menanam, “Pang ada anggon ngae canang”. Biar ada dipakai membuat persembahan. Bunga adalah salah satu bagian terpenting dari persembahan. Saking pentingnya bunga dalam persembahyangan, dalam bahasa Bali, sembahyang/berdoa kadang disebut muspa (memuja dengan sarana bunga/puspa). Puspa (bunga) adalah kata benda. Dan menjadi kata kerja: muspa.

Muspa (aktivitas yang terkait dengan bunga) secara lebih luas sesungguhnya dimulai dengan menanam bunga. Menyiram bunga. Lalu memetik bunga untuk kepentingan ritual, dan merangkainya (matanding dan majejahitan). Berdoa atau memuja dengan bunga di sebuah tempat persembahyangan adalah titik kulminasi dari aktivitas muspa.

Matanding dan majejahitan yang juga bagian integeral dari muspa (dalam arti luas) adalah pengayaan diri terhadap keindahan. Matanding dan majejahitan adalah semacam universitas terbuka dalam rakyat Bali yang memberi kuliah apresiasi estetik. Dalam matanding dan majejahitan perempuan-perempuan Bali belajar dan mewariskan apresiasi mereka terhadap estetika, terhadap unsur-unsur alam yang menjadi bagian tak terpisah dari sebuah banten atau canang.

Sehingga, kelanjutannya ketika banten dan canang digelar di tempat persembahyangan, kegiatan itu semacam festival merangkai bunga. Janur dan bunga menghiasi seluruh pura. Tanpa terasa, setiap odalan (hari persembahan), manusia Bali sesungguhnya mengadakan sebuah festival keindahan.

Bukan hanya sesaji yang mesti ditata dan harus indah, tetapi yang membawanya juga harus bersih dan berhias mempercantik diri. Anak-anak perempuan bersanggul dan pupur cantik. Laki-laki tidak mau ketinggalan. Bapak dan ibu serta kakek-nenek juga mesti bersih. Sekalipun tidak berpakaian baru atau tidak punya uang di saku, hari persembahan mereka harus mandi. Berhias dan berusaha tampil elegan dengan busana adat yang mereka miliki. Lalu ramai-rami bergegas ke pura.

Di sana mereka menabuh gambelan atau menyanyikan kakawin atau kidung-kidung yadnya (lagu-lagu pujian). Semua harus menjadi indah. Dan terpenting, hati pun diusahakan tidak tercemar. Luar-dalam diharapkan menyuguhkan keindahan itu. Bergegas ke pura sama artinya bergegas menata hati. Membersihkan hati agar berkilau indah.

Anak-anak kecil, di dalam proses matanding dan majejahitan, juga dalam odalan, diajari mengapresiasi warna bunga dan daun-daun. Dalam merangkai bunga dalam pembuatan canang, ibu-ibu mengajari bagaimana agar bunga yang berbagai jenis itu tampak meriah dalam perpaduan dengan warna bunga yang tersedia. Agar proposional. Terjamin keseimbangan warna sesaji, cerminan warna hati pembuatnya. Mencampur satu warna bunga yang merah dengan putih atau kuning, contohnya, ini semacam aktivitas mencampur warna cat untuk mengasilkan lukisan yang indah. Unsur warna bunga dalam pembuatan canang menjadi pertimbangan penting.

Demikian juga harum bunga. Bunga sandat dan cempaka menjadi bunga pilihan agar canang berbau wangi. Dipadukan dengan harum dupa dan kukus arum. Harum bunga menjadi penting, ini semacam pelajaran aroma terapi yang kini sedang diganderungi kelas menengah. Orang-orang Bali telah mempraktikkan dalam keseharian mereka dari berabad-abad silam.

Pada akhirnya orang Bali, setelah dewasa, diajak merenungi, memahami kedalaman makna sebuah bunga. Dari benih yang terkandung. Kelopak dan putik sari. Bagaimana menuainya. Bagaimana memeliharanya. Menatanya dalam halaman. Ada aturan tertentu dalam menanam bunga tertentu di halaman sebuah rumah. Ini juga semacam dasar-dasar seni berkebun yang ditanamkan sedari awal.

Anak-anak juga diajari orang tuanya cara memetik keindahan itu. Diajari bagaimana memetik bunga sehingga terjaga keberlanjutan bunga-bunganya. Tidak sembarang tarik, tetapi penuh kelembutan. Tidak merusak daun-daun atau bunga-bunga yang masih muda. Kalau bunga-bunga terlalu tinggi, kita diajari memakai joan bunga (penjolok khusus untuk memetik bunga). Anak-anak pedesaanlah yang beruntung mendapat pelajaran seperti ini. Di musim-musim tertentu, anak-anak bergerombol dengan teman-temannya memetik bunga, berembutan, bercanda, dan berbagi.

Saat sembahyang dengan bunga, seseorang diajari merasakan keindahan bunga itu dengan kedalaman hati. Dengan keheningan dan kelembutan dijari-jari. Harum dan keunikan bentuknya.

Majejahitan adalah training bagi jari-jemari orang Bali agar terampil untuk menuas dengan pisau, menjahit dengan semat (buluh bambu). Keterampilan ini adalah keterampilan untuk melihat, menjaga, dan menata detail benda-benda. Aktivitas ini bertumpu pada ketelitian untuk menjaga keutuhan bahan-bahan alami agar janur tidak robek, agar semat tidak patah. Di bidang lain, ketelitian orang Bali untuk menghasilkan kerajinan atau cendera mata dan karya tangan yang mereka ekspor atau jual di pasar-pasar seni tidak terpisah dari training yang terwarisikan dari generasi-generasi ini. Sebuah kemahiran untuk memperhatikan detail dan kesabaran dalam berkarya.

Majejahitan dan matanding menjadi aktivitas di balik semua ritual atau upacara-upacara keagamaan yang diselenggarakan rakyat Bali. Dan ini menjadi bagian teramat penting dari sebuah prosesi ritual. Semua perhatian dan konsentrasi seorang yang sedang menjahit canang atau banten difokuskan untuk mencipta keindahan. Terfokus pada kelembutan, ketenangan nafas, kesabaran.

Keheningan menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar untuk menghasilkan karya keindahan. Karena karya keindahan ini untuk persembahan kepada Hyang Maha Tunggal, bhakti (cinta pada Tuhan) menghidupi tarikan nafas mereka yang sedang majajahitan. Keheningan, kesabaran, bhakti, semua diarahkan untuk keindahan. Bukankah ini esensi praktik yoga? (T)

Tags: baliPerempuanSeniupacara
Previous Post

Belajar Tari Lewat Video – Swasthi Bandem: “Jika Salah, Video tak Bisa Perbaiki”

Next Post

Uang Baru Bikin Mata Biru, Uang Kuno Bikin Hati Tergetar

Sugi Lanus

Sugi Lanus

Pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi. IG @sugi.lanus

Next Post

Uang Baru Bikin Mata Biru, Uang Kuno Bikin Hati Tergetar

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co