JIKA ditanya kepada wisatawan manacanegara atau lokal tempat-tempat pelancongan bernuansa spiritual yang bagus di wilayah Gianyar, pastilah sebagian besar menjawab Tirta Empul dan Pura Mengening di Tampaksiring.
Apalagi jika warga Gianyar pada khususnya ditanya, “Anda tahu Pura Mengening?”
Sebagian besar pasti menjawab, “Pura Mengening di Tampaksiring itu ya. Itu saya tahu!”
Tetapi jika ditanyakan kepada warga Gianyar di sekitaran Desa Kelusa, Payangan. Tepatnya di Desa Pakraman Yehtengah, tentu saja mereka akan menjawab Pura Mengening di Ten Kangin atau Beten Kangin, yang artinya di wilayah timur bagian bawah.
Ya, tentu saja, karena di wilayah itu memang terdapat juga Pura Mengening, sebuah pura dengan fungsi dan pemandangan yang mirip dengan Pura Mengening di Tampaksiring.
Pura Mengening di Tampaksiring menjadi salah satu Pura Kahyangan Jagat di Desa Seraseda Tampaksiring dan menjadi salah satu bagian dari Cagar Budaya yang ditetapkan Pemprov Bali berdasarkan UU No.5/1985.
Di Desa Pakraman Yehtengah, Kelusa, Payangan, juga ada Pura Mengening yang juag ditemukannya sekitar abad ke-11. Dengan nama yang sama “Mengening”, yang artinya berasal dari kata ening yang artinya bersih tanpa kotoran sedikit pun. Biasanya kata ening erat dihubungkan hanya dengan air. “Yeh ening sajan”, artinya air jernis sekali.
Baiklah, bukan bermaksud membanding-bandingkan atau menyamakan Pura Mengening Tampaksiring dan Pura Mengening Yehtengah. Saya hanya ingin menuangkan sebuah kisah dari Pura Mengening Yehtengah yang sekarang ini sudah dikenal oleh warga sebagai salah satu tempat melukat atau melebur mala.
Pura ini diempon oleh Desa Pakraman Yehtengah. Banyak mitos atau ujaran yang pernah saya dengar terkait dengan Pura Mengening Yehtengah. Karena sehari-harinya sebagai pengempon Pura Mengening adalah kakek saya I Made Dana (alm) dan nenek saya Ni Ketut Pakil (alm). Sekarang digantikan adalah orang tua saya sendiri I Made Terima (48) dan Ni Nyoman Aristini (47).
Mitos dan ujaran itu lebih sering saya dengan dari almarhum kakek dan nenek saya. Terutama terkait dengan sebuah telaga yang berada di areal pura yang berisikan lubang di dekatnya.
Mereka pernah mengatakan, “Bolonge ento (lubang itu) tembus ke Tampaksiring”. Dalam benak saya Tampaksiring itu luas dan saya tidak diberitahukan lubang itu tepatnya akan tembus ke daerah Tampaksiring yang mana.
Waktu itu saya masih sangat kecil untuk bisa tahu nama-nama daerah di Tampaksiring karena umur saya baru sekitar 7 tahun. Seiring dengan berjalannya waktu akhirnya saya mulai mengetahui dengan jelas bahwa di wilayah Tampaksiring juga ada Pura dengan sebutan yang sama yaitu Pura Mengening.
Apakah lubang di dekat telaga Pura Mengening Yehtengah bisa tembus ke lubang di Pura Mengening Tampaksiring? Saya hanya bisa membayangkan. Karena sampai sekarang tak pernah ada yang pernah membuktikan akan tembus ke mana lubang di dekat telaga Pura Mengening Yehtengah itu.
Dari nenek saya pernah mendapat cerita bahwa di pancoran belakang bale gong dan perantenan terdapat due be julit. “Yen Ida yedun yeh pancoranne pasti lakar nyat (kalau beliau menampakkan diri, air pancoran pasti kering)”.
Cerita nenek membuat saya ingin tahu apa itu be julit. Akhirnya saya diajak oleh orang tua saya ke Pura Tirta Empul, Tampaksiring. Di sanalah saya dapat melihat yang namanya be julit, yakni ikan julit sejenis ikan sidat.
Namun dengan rasa penasaran sampai sekarang saya tidak pernah dapat melihat be julit di daerah pancoran Pura Mengening yang dimaksud oleh mendiang nenek saya. Akan tetapi para orang tua (lingsir-lingsir) di sekitar wilayah desa saya banyak yang membenarkan cerita nenek.
Tempat “Melukat”
Sejak kecil saya tahu Pura Mengening Yehtengah adalah tempat melukat. Di situ ada Pancatirta dan Sadtirta yang lokasinya berdampingan. Pancoran Pancatirta bisa digunakan untuk membasuh muka atau membersihkan diri (mandi). Sementara Pancoran Sadtirta hanya boleh digunakan untuk nunas tirta atau untuk ppacara yadnya di Pura Mengening. Di situ juga ada tirta sudamala yang terletak di belakang bale gong dan perantenan.
Piodalan di Pura Mengening Yehtengah pada Saniscara Kliwon, Watugunung (Hari Raya Saraswati). Seperti pura di Bali pada umumnya, palemahan Pura Mengening Yehtengah terbagi menjadi tiga bagian (Tri Mandala).
Pada bagian Nista Mandala terdapat taman yang tertata rapi dan pancoran yang dimanfaatkan untuk air suci atau ada yang digunakan untuk membasuh muka dan membersihkan diri. Pada bagian Madya Mandala terdapat bale gong, pancoran Sudamala serta perantenan. Dan pada Utama Mandala terdapat paruman pelinggih Ida Betara dan Pura Taman di dekat telaga.
Dua tahun lalu Prajuru Desa Pakraman Yehtengah mempermudah akses jalan ke Pura Mengening dan mempercantik wajah Pura. Mulai dari mendak Ida Tjokorda Raka Kerthyasa dari Puri Ubud untuk macecingak keberadaan Pura Mengening.
Dan pada akhirnya dengan dengan saran dari Ida Tjokorda beserta kehendak krama Desa Pakraman Yehtengah, Bendesa Desa Pakraman Yehtengah Drs. I Made Sukadana beserta prajuru yang lain akhirnya memutuskan untuk membuat jalan baru menuju ke Pura Mengening sekaligus merancang ulang posisi pancoran Pancatirta dan Sadtirta menjadi pancoran solas (sebelas).
Dulu, Pura Mengening Yehtengah yang tepatnya bertempat di timur laut Desa Pakraman Yehtengah ditempuh dengan cara jalan kaki sekitar satu kilometer dari pusat desa dan harus melewati hamparan sawah yang panjang.
Kini sudah dapat diakses dengan baik menggunakan kendaraan dengan baik. Dan jika sudah sampai di Pura Mengening pasti akan merasa tenang karena hawa dan gemericik air pancoran yang menghanyutkan dihiasi oleh julangan tinggi pohon kayu pala.
Setelah perbaikan akses dan proses mempercantik Pura, sudah banyak warga yang melukat atau melebur mala di Pura Mengening. Di antaranya ada satu organisasi yang bergerak di bidang yoga dan meditasi yaitu Markandya Yoga Teacher Training Course And Yoga Healing Bali Workshop yang nunas penglukatan bersama pada tanggal 12 Januari 2017.
Selain itu banyak juga warga yang berasal dari luar daerah atau wilayah Desa Pakraman Yehtengah yang nunas penglukatan atau nunas tirta untuk tamba (obat) bagi yang memilki sakit nonmedis. (T)