HARI pencoblosan Pilkada Buleleng, 15 Februari 2017, sudah dekat. Dalam hitungan beberapa hari lagi, kita akan tahu siapa di antara paslon Dewa Nyoman Sukrawan/Dharma Wijaya (SURYA) dan Putu Agus Suradnyana/Nyoman Sutjidra (PASS) yang bisa memikat hati pemilih dan menjadi pemenang.
Pada Pilkada 2012 itu, paslon Putu Agus Suradnyana/Nyoman Sutjidra (PASS) menang dengan perolehan suara di atas 50 persen. Artinya, PASS saat itu bisa menarik hati para pemilih karena melalui visi dan misinya berhasil memenuhi keinginan dan karakter pemilih di Buleleng.
Salah satu faktor yang membuat PASS memang karena dari hasil penelitian warga pemilih Buleleng masih bersifat rasional, salah satunya memilih karena visi, misi, tujuan dan program kerja yang disampaikan oleh paslon.
Kenyataan itu diketahui berdasarkan hasil penelitian dua peneliti dari Undiksha Singaraja, Dr. I Nengah Suastika dan Prof. Dr. Sukadi, M.Pd.,M.Ed. Saat itu kedua peneliti itu melakukan penelitian terhadap perilaku pemilih di Kabupaten Buleleng pada Pilkada 2012.
Saat itu, Pilkada diikuti empat paslon yakni Gede Ariadi/Wayan Arta, Tutik Kusuma Wardhani/Nova Sewi Putra, Putu Agus Suradnyana/Nyoman Sutjidra (PASS), dan Wayan Gede Wenten Suparlan/Ida Bagus Djodhi. PASS dalam Pilkada 2017 ini menjadi paslon petahana.
Dalam penelitian itu disebutkan, perilaku memilih warga dalam pemilu/pilkada dikelompokkan menjadi beberapa kategori. Pertama adalah kategori pemilih rasional. Pemilih tipe ini lebih melihat faktor program kerja partai atau kandidat sebagai acuan dalam memilih. Partai politik atau kandidat yang memiliki program kerja paling rasional adalah yang akan mendapat pilihan.
Kedua adalah tipe pemilih kritis. Pemilih tipe ini tidak saja hanya mengandalkan program kerja partai politik atau kandidat yang paling rasional, tetapi secara kritis juga memperhatikan faktor-faktor ketertarikan, kedekatan, dan kesamaan.
Ketiga adalah tipe pemilih tradisional. Pemilih tipe ini cenderung lebih berorientasi pada ikatan-ikatan primordialisme, seperti kesamaan suku, agama, dan ideologi partai. Keempat adalah tipe pemilih skeptis. Tipe pemilih ini cenderung kurang memiliki kepercayaan terhadap partai politik atau kandidat akan mampu membawa aspirasi rakyat atau akan mampu memperjuangkan nasib rakyat. Karena itu, tipe pemilih ini cenderung bersifat apatis dan kemungkinan menjadi kelompok golput.
PASS Menang
Pada Pilkada 2012 itu, paslon Putu Agus Suradnyana/Nyoman Sutjidra (PASS) menang dengan perolehan suara di atas 50 persen. Artinya, PASS bisa menarik hati para pemilih karena melalui visi dan misinya berhasil memenuhi keinginan dan karakter pemilih di Buleleng.
Dari hasil penelitian dua akademisi di Undiksha itu, para pemilih pada Pilkada 2012 secara relatif cenderung berorientasi untuk memilih paslon ketimbang berorientasi untuk memilih partai politik pengusung kandidat.
Para pemilih pada Pilkada 2012 itu juga cenderung berkarakter rasional dan kritis. Alasannya karena sebanyak 63,2% warga memilih dengan pertimbangan bahwa visi, misi, tujuan, dan program kerja paslon menguntungkan warga pemilih. Sebanyak 13,2% bertimbang karena visi, misi, tujuan, dan program kerja partai pengusungnya bagus. Lalu alasan simpati kepada kandidatnya sebanyak 9,5%, suka kepada ideologi partai pengusungnya sebanyak 3,8%, dan ideologinya cocok dengan program kerja yang tepat sebanyak 5,5%.
Faktor sosiologis dan demografis juga mempunyai kontribusi yang signifikan dalam menjelaskan variabilitas pilihan warga terhadap paslon pada Pilkada 2012. Beberapa faktor sosiologis dan demografis yang memiliki kontribusi signifikan tersebut adalah: faktor usia, jenis kelamin, agama, kelompok wangsa bagi orang Bali, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal, dan pengalaman memilih.
Selain itu, faktor psikologis juga mempunyai kontribusi yang signifikan dalam menentukan pilihan warga terhadap paslon. Beberapa faktor psikologis yang memiliki kontribusi signifikan tersebut adalah: perasaan kedekatan dengan pasangan kandidat, rasa simpati terhadap pasangan kandidat, tingkat persahabatan/persaudaraan dengan pasangan kandidat, ketertarikan terhadap program kerja pasangan kandidat, dan kesejalanan dengan program kerja kandidat.
Terakhir, adalah faktor pendekatan rasional juga mempunyai kontribusi yang signifikan. Sejumlah faktor pendekatan rasional yang memiliki kontribusi signifikan tersebut adalah: pemahaman warga terhadap program kerja partai politik dan pasangan kandidat, akses informasi politik bagi warga, penilaian warga terhadap kualitas program kerja partai politik dan pasangan kandidat; kecocokan ideologi dan program kerja partai politik dan pasangan kandidat; dan peningkatan kesejahteraan ekonomi warga.
Dengan melihat karakter pemilih dan faktor yang membuat PASS menang dalam Pilkada 2012, kini muncul pertanyaan apakah PASS dengan visi, misi, tujuan dan program kerjanya sebagai paslon petahana masih bisa mempertahankan daya tariknya sekaligus memenuhi unsur-unsur perilaku dari pemilih di Buleleng?
Atau justru paslon SURYA yang giliran bisa memenuhinya? Atau perilaku pemilih warga Buleleng sudah berubah? Ah, kita tunggu saja beberapa hari lagi. (T/ole)