10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Persoalan Bahasa Prancis (Juga) Persoalan Bahasa Bali

Sugi LanusbySugi Lanus
February 2, 2018
inEsai
42
SHARES

Jean-Marie Domenach, seorang penulis Prancis yang nasionalis dan progresif, di tahun 1990 menerbitkan bukunya berjudul Europe: Le Delfi Culturel. Buku ini khusus mendiskusikan masalah kebudayaan Eropa setelah menjalin persatuan di bawah bendera Uni-Eropa.

Dalam buku tersebut terlontar pertanyaan besar bagi Eropa: Jika Eropa bisa tersatukan dalam Uni-Eropa secara ekonomi dan sampai batas politis tertentu apakah bisa ia tersatukan secara kultural?

Domenach menjawab:

”Sesungguhnya masalah pertama dan utama adalah masalah bahasa, (dan) maka bahasa menambah masalah tersebut (di Eropa) menghadapi hambatan di depan semua upaya-upaya pertolongan jangka dekat… jika masyarakat Eropa tumbuh dalam bahasa bersama maka bahasa tersebut adalah bahasa Inggris. Dan, kenyataan tersebut tidak diinginkan Prancis. Prancis tidak terima jika bahasa Inggris menjadi bahasa Uni-Eropa karena beberapa hal.

Pertama, akan mengakibatkan bahasa Prancis kehilangan kedudukan internasionalnya, lalu (hanya) menjadi bahasa massa. Kedua, akan mengakibatkan menyusutnya pluralitas Eropa dan karenanya mengakibatkan proses pemiskinan (terhadap budaya Eropa), lalu ia akan mengalami keterputusan dengan ruang Franco-phonism—sehingga menimbulkan pemiskinan tersebut. Kemudian, ketiga, hal itu akan mengakibatkan (dan ini terkait dengan yang sebelumnya) proses Amerikanisasi Eropa.”

Terhadap gempuran bahasa Inggris semua bangsa di dunia tampaknya waswas. Dalam pandangan pemikir dunia Arab, Mohamed Abed Al-Jabiri menangkap kekhawatiran yang tercermin dalam buku Domenech itu sebagai gambaran saling silang penetrasi budaya yang terjadi di abad ini. Menurutnya, Arab dan negara dunia ketiga akan menghadapi berlipat-lipat penetrasi budaya: Inggris/Amerika dan Prancis (atau Eropa).

Situasi Bahasa Bali

Masyarakat Bali tidak dapat dipungkiri lagi menghadapi ”triple penetrasi bahasa”. Bukan hanya kesiapan masuk ke pangkuan Indonesia (yang telah bersepakat memakai bahasa Indonesia sebagai ”bahasa negara”), tetapi gempuran langsung penetrasi budaya asing lewat beragam media (cetak, radio, TV) bersatu padu dengan realitas Bali sebagai daerah tujuan wisata yang ”mewajibkan” masyarakat Bali untuk berlomba-lomba menguasai bahasa asing sebagai jalan untuk ”meningkatkan kesejahteraan” (mendulang dolar dan yen).

Problem kebahasaan Eropa yang terjadi setelah kesepakatan untuk bergerak dalam gerbong politik-ekonomi Uni-Eropa yang memunculkan persoalan kultural seperti yang diterangkan Domenech, sesungguhnya terjadi kawasan Nusantara dengan terjadinya pembentukan ”Uni-Nusantara” ke dalam NKRI.

Sumpah Pemuda 1928 yang mengikrarkan bahasa persatuan bahasa Indonesia, secara nyata telah kita terima konsekuensinya bahwa peranan bahasa daerah digantikan oleh bahasa Indonesia di jalur pendidikan dan urusan formal lainnya. Hampir dapat dipastikan keberadaan pemakaian aksara dan kemampuan menulis Bali di kalangan masyarakat Bali yang sangat lemah terkait dengan digesernya peran bahasa dan aksara Bali oleh aksara Latin dan bahasa Indonesia.

Anak-anak (khususnya di perkotaan) banyak yang kehilangan bahasa ibunya. Bahasa Bali bagi mereka adalah bahasa yang tak diresapi dengan mendalam, kosakata Bali hanya mereka kuasai satu dua yang berhubungan dengan aktivitas keseharian saja. Mereka tidak lagi berpikir dalam bahasa Bali, mereka membaca, menulis, dan berdiskusi dalam bahasa Indonesia. Sebagian kecilnya lagi, merasa lebih mampu mengarang atau menuliskan pemikirannya dalam bahasa Inggris ketimbang bahasa Bali.

Sisi baiknya, mereka sekarang lebih siap memasuki pergaulan internasional ketimbang para leluhur kita yang ”buta bahasa asing” yang mengakibatkan tidak bisa bernegosiasi dengan pihak internasional (Belanda dan masyarakat Eropa) yang cederung menjajah kita. Artinya, generasi muda sekarang, lebih mampu bersaing dalam aktivitas bisnis dan dunia industri—walaupun kebanyakan hanya pelengkap bukan pengambil kebijakan atau keputusan.

Alasan ini pula yang membuat orang tua mereka tidak berkeras hati untuk mengajar putra-putri mereka bahasa Bali. Bahasa daerah tidak punya daya jual. Bahasa daerah tidak menjanjikan masa depan. Lain dengan bahasa Inggris atau Jepang. Mereka setidaknya bisa bersaing untuk menjadi guide atau pelayan restoran jika mereka punya dasar bahasa asing. Syukur-syukur bekerja di perusahaan asing atau kapal pesiar yang menjanjikan faedah finalsial.

Mempertahankan Bahasa Bali

Bahasa Bali adalah akses ke masa lalu. Akses untuk memasuki alam pikir manusia Bali sebelumnya atau setidaknya dari orang tua kita. Dalam bahasa itu terkandung pemikiran, pencapaian sebuah bangsa atau suku. Jika generasi penerusnya terputus secara linguistik, barangkali persoalan tersebut bisa digantikan dengan bahasa lain, tetapi dalam urusan pencapaian ”nilai”, ”rasa”, dan ”teks” yang diwariskan akan kehilangan ”konteks”, atau akan terjadi ketimpangan di wilayah psikologis. Antarorang tua dan anak jika bicara dalam bahasa ibu yang berbeda, setidaknya akan ada gap atau jurang psikologis yang terhampar dalam sebuah keluarga. Dan, keluarga adalah domain aman untuk membentuk identitas seseorang yang memberikan sedikit keterjaminan identitas bagi seseorang.

Hilangnya ”ruang Franco-phonism”, atau ruang bunyi Prancis, yang dimaksudkan oleh Jean-Marie Domenach, dan pemikir kebudayaan Prancis lainnya adalah sebuah ”ruangan berpikir dalam simbol-simbol bahasa Prancis”. Ini sama dengan hilangnya sarana mereka untuk memasuki kedirian atau ”ke-Prancis-an” mereka sehingga menimbulkan pemiskinan tersebut dan akan mengakibatkan (dan ini terkait dengan yang sebelumnya) proses Amerikanisasi Eropa. Di Bali, hilangnya ”ruang Bali-phonism” (atau ruang bertutur dan berpikir dalam simbol-simbol bahasa Bali), dan berkuasanya bahasa lain akan memutus atau memotong ”keberlanjutan” pencapaian ”rasa” dan ”nilai” manusia Bali yang sudah dibangun berabad-abad.

Bahasa Bali, di balik aturan sor singgih basa yang bertingkat-tingkat (dan tidak egaliter), masih punya harapan menjadi benteng pertahanan untuk tidak terseragamkan (atau ter-Amerikanisasi), baik secara pola pikir (ideologis) dan ranah kultural lainnya. Penguasaan terhadap bahasa Bali adalah cara kita untuk mempertahankan diri dari penyeragaman pikiran itu. Penutur bahasa Bali punya alat atau perangkat untuk berpikir berbeda dari mainstream Barat yang konsumtif-kapitalistik, dengan menjadi bahasa Bali sebagai sarana meneguhkan diri, sarana pencarian kemanusiaan/spiritualitas/kedirian, dan agenda-agenda kemanusiaan lainnya yang sangat personal yang tidak harus mengekor atau bersifat massal.

Secara sederhana untuk menangkap realitas dari penjelasan paragraf di atas, kalau kita membaca geguritan atau karya sastra berbahasa Bali—katakanlah Geguritan Tamtam, Kawiswara, atau Sucita-Subudi)—yang terlihat/terbaca dalam karya-karya adalah renungan yang merangkum titik-titik pencapaian spiritualitas manusia Bali yang disampaikan dengan pencapaian estetik bahasa dan puitika seimbang dengan nilai pesan yang diembannya.

Apakah orang Bali akan mampu mencapai renungan sedemikian tingginya seandainya mereka kehilangan bahasanya? Apakah bahasa Bali yang susut tergerus zaman tidak sama artinya dengan kehilangan sebuah alat untuk berpikir dan merenung secara lebih dalam? Seperti seorang pengebor sumur tanah, untuk memasuki kedalaman dan bantuan tertentu ia akan mampu menggalinya sampai sedalam-dalamnya kalau alatnya lengkap/memadai. Kalau bahasa Bali makin miskin perbendaharaannya, berkurang kemampuan kita memakai bahasa Bali, sama dengan situasi seorang pengebor sumur yang kehilangan mata bor yang membuat dia tidak mampu menggali lebih dalam.

Manusia tidak hanya butuh sekadar bahasa komunikasi pasar atau komunikasi kerja semata, mereka membutuhkan sarana renungan (bahasa ibu) yang kaya. Kehilangan bahasa atau menyusutnya penguasaan bahasa Bali berarti hambatan bagi kiat (orang Bali) untuk menggali ke dalam kedalaman yang kita butuhkan untuk menjadi ”manusia putus”, manusia yang tercerahi. Inilah akibat terburuk yang harus menimpa peradaban Bali seandainya bahasanya terlantar: kita kehilangan sarana untuk memasuki diri kita sendiri. (T)

Tags: BahasaBahasa Baliperancis
Previous Post

Belajar Filsafat dari Anak Band Sekaliber Bob Dylan

Next Post

Mendaki Malam Menemu Pagi di Pucak Mangu, Gunung Catur, Badung…

Sugi Lanus

Sugi Lanus

Pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi. IG @sugi.lanus

Next Post

Mendaki Malam Menemu Pagi di Pucak Mangu, Gunung Catur, Badung…

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co