11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ha ha ha, Inilah Kisah Rakyat “Bodoh-bodoh Pintar” di Musim Pilkada

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
February 2, 2018
inEsai

Ilustrasi diolah dari sejumlah sumber di google

75
SHARES

KISAH-KISAH ini saya tulis berdasarkan ingatan ketika bertugas menjadi wartawan di sejumlah kabupaten di Bali. Mungkin kisah aslinya tidak persis sama dengan tulisan ini, tapi dijamin ini bukan fiksi.

Sejumlah nama orang (terutama politikus), waktu kejadian, dan nama tempat di-saru-gremeng-kan alias disamar-samarkan untuk menghindari bangkitnya kembali “kemarahan dan sakit hati” masa lalu.

Pasalnya, banyak politikus yang dulu membangun ambisi politiknya secara menggebu, akhirnya sakit hati “dipermainkan” rakyat, dan kini sudah “tobat”, “mulat sarira”, dan “nyiksik bulu”. Ada yang kembali jadi petani, pedagang dan calo tanah. Takutnya, jika baca tulisan ini sakit hatinya bangkit lagi…

Misteri Tas Ransel

SUATU hari, pada musim Pilkada. Lokasi: Kantor KPU. Hari cerah. Satu pasang bakal calon bupati/wakil bupati sedang mendaftar jadi pasangan calon resmi. Biasalah, pasangan itu diantar massa pendukung, dari kader-kader partai, simpatisan, dan massa dadakan. Jumlahnya sampai ratusan.

Di antara massa terdapat sekelompok orang dengan pakaian dan perlengkapan “mencurigakan”. Bawahannya celana panjang, bajunya tentu saja kaos bergambar pasangan calon yang sedang mereka antar ke KPU, beberapa ada yang pakai topi. Yang “mencurigakan”rata-rata dari mereka membawa tas ransel atau tas gandong dengan ukuran sedang hingga lumayan besar.

Apa isi tas itu?

Sebagai wartawan saya bisa saja menanyakan apa isi tas itu, tapi saya pikir itu hanya rasa penasaran personal, tak berkaitan dengan tugas jurnalistik. Saya merasa tak cukup punya alasan untuk menanyakannya. Apalagi, wajah-wajah kelompok massa itu sangat asing, tak satu pun saya kenal.

Sore, pada hari yang sama, rasa penasaran saya terjawab. Sore itu, di sebuah pura besar, ada acara persembahyangan bersama oleh satu pasang calon bupati/wakil bupati. Ya, pasangan calon lain, bukan pasangan yang mendaftar di KPU pada pagi harinya.

Yang bikin kejutan (bikin geli maksudnya), sejumlah orang yang gandong ransel, yang tampak di KPU pagi harinya, terlihat juga pada acara deklarasi itu. Kali itu mereka berpakaian adat Bali, kamben, baju kemeja, saput dan destar batik. Yang sama, mereka masih membawa tas gandong, melekat erat di punggung.

Berisi apa tas itu?

Rasa penasaran di pagi hari pun berlipat di sore hari. Saya tak tahan untuk tak bertanya. Maka saya pun bertanya. Awalnya saya tak mendapat jawab, hanya senyum dan lengos muka. Mungkin karena mereka tahu saya wartawan, dan yang “sembunyi” dalam tas memang tabu untuk diceritakan.

Namun, tergerak memenuhi rasa penasaran, saya mencoba terus sampai akhirnya mendapatkan bisik-bisik. Pada pagi di KPU, tas itu berisi pakaian adat: kamben, baju kemeja, saput dan destar. Siang mereka ganti pakaian di suatu tempat, entah di mana. Sehingga bisa ditebak apa isi tas pada sore hari.

Ya, betul. Isi tas sore hari adalah celana panjang, topi, dan tentu saja kaos bergambar calon yang mereka antar mendaftar di KPU pada pagi harinya.

Mereka sekelompok warga desa yang tinggal jauh dari kota. Kebetulan dalam sehari mereka dapat order untuk meramaikan dua “acara politik” sekaligus. Pagi mengantar calon ke KPU, sore ikut meramaikan calon lain bersembahyang di sebuah pura. Maka, tas ransel adalah solusi tepat agar mereka tak perlu bolak-balik ke rumah.

Ssssttt. Saya tak nanya apakah mereka dibayar untuk semua yang mereka lakukan. Saya tak bertanya. Karena seperti Anda, saya sudah tahu jawabannya.

Calon Bupati dalam “Tempurung”

SAYA benar-benar lupa nama tokoh ini. Suatu waktu, menjelang Pilkada, namanya tiba-tiba mencuat sebagai salah satu calon bupati. Padahal, sebelumnya ia tak banyak dikenal. Entah siapa yang memperkenalkan pertama kali, sehingga “nama besarnya” tercium wartawan, termasuk saya.

Tokoh kita ini tinggal di sebuah desa yang tak terlalu jauh dari kota. Tak tahulah saya apakah ia benar-benar kaya. Yang jelas, setiap orang yang datang dan menyatakan dukungan kepadanya, hampir dipastikan akan pulang bawa bekal.

Maka ramailah orang datang memberikan dukungan. Di rumahnya, tokoh kita ini sudah seperti bupati saja. Ia duduk bersama istrinya di sebuah sofa, lalu orang-orang seakan “tangkil”, duduk di kursi yang disediakan, atau ada yang rela duduk di bawah.

Yang datang bukan hanya warga biasa yang menyatakan siap jadi pendukung dan tim sukses di desa masing-masing. Ada banyak orang mengaku sebagai pengurus partai di tingkat desa maupun kecamatan, sambil tidak lupa berjanji akan siap mengusung nama si tokoh untuk diajukan jadi calon bupati dalam rapat partai. Pulangnya, mereka bawa bekal untuk anak-istri.

Kepada wartawan, tokoh kita menyatakan optimis bisa jadi calon bupati. “Lihatlah dukungan datang mengalir ke saya. Saya tak perlu ke mana-mana cari dukungan, mereka datang sendiri atas kesadaran mereka ke rumah saya untuk mendukung saya,” katanya.

Kata-kata itu saya dengar seperti suara katak dari dalam tempurung. Keras, yakin, optimis, namun tak begitu jauh gemanya.

Buktinya, sampai masa penjaringan calon di masing-masing partai politik, sampai masa pendaftaran di KPU, sampai masa kampanye, dan tentu saja sampai waktu pencoblosan, nama tokoh kita tak terdengar. Sama sekali tak terdengar. Saya sendiri, sungguh mati, sampai saat ini lupa nama tokoh kita itu.

Berapa Jumlah Sekaa Balaganjur?

KISAH ini terjadi pada musim Pemilu Legislatif. Seorang calon anggota legislatif dari partai tertentu menyumbang seperangkat gambelan balaganjur di sebuah banjar. Harapannya, tentu saja, banjar dengan jumlah pemilih ratusan orang itu kompak memilihnya saat pencoblosan.

Nyatanya, usai pencoblosan, calon anggota legislatif yang menyumbang balaganjur itu kalah. Di banjar itu ia tak mendapat suara sesuai harapan. Marahlah si calon. Balaganjur yang sudah disumbangkan diambil lagi. Sumbangan dibatalkan.

Anak-anak muda banjar yang sedang senang-senangnya latihan balaganjur tentu saja sedih. Tak ada lagi perangkat gamelan yang bisa dipukul agar hari-hari mereka menjadi lebih semarak.

Saya yang sempat meliput kejadian itu iseng-iseng bertanya kepada seorang warga, kenapa calon itu sampai kalah di banjarnya padahal sudah berbaik hati menyumbang balaganjur? Jawaban yang saya dapat sungguh tak bisa dibilang serius dan benar-benar bikin geli.

“Ya, berapa sih jumlah orang yang bisa main balaganjur? Tak lebih dari 15 orang. Dua gupek (kendang), empat cengceng (simbal), satu gong, satu kempur, satu kemong, dua pongang, empat reong,” katanya.

“Terus apa hubungan jumlah pemain balaganjur dan pemilu?”

“Karena sumbangannya balaganjur, suara yang didapat ya sejumlah pemain balaganjur. Coba calon itu menyumbang perangkat gong kebyar, mungkin suaranya bertambah, karena pemainnya lebih banyak,” katanya sambil tertawa.

Yang Mencoblos itu Orang

SAYA sempat memuji upaya seorang politikus yang menggunakan cara pintar untuk memuluskan jalannya menjadi bupati. Ia melakukan pencitraan dan kampanye secara terencana dan terstruktur. Jauh sebelum gaung Pilkada ditabuh, ia sudah rajin jalan-jalan ke wilayah-wilayah subak di desa-desa terpencil.

Ia melakukan pendekatan secara kekeluargaan. Ia ngobrol dengan pengurus subak, petani dan warga desa, tentang apa-apa yang mereka butuhkan untuk meningkatkan hasil produksi sekaligus meningkatkan kesejahteraan mereka. Lalu, politikus kita ini membantu.

Ada bantuan bersifat personal, bantuan pribadi. Ada juga berupa bantuan lain, misalnya memfasilitasi subak agar pemerintah berkenan ikut membantu. Itu dilakukan dari hari ke hari, jauh-jauh hari sebelum gong Pilkada benar-benar berbunyi. Banyak subak yang sebelumnya tak punya irigasi yang memadai, atas upaya politikus kita itu, akhirnya subak memiliki saluran air yang bagus. Ada jalan subak yang dibeton dan dipadatkan. Atas bantuan sang politikus, ada subak yang memiliki balai subak bagus sehingga nyaman untuk rapat atau sekadar berteduh.

Dengan upaya itu, menjelang Pilkada, ia sudah menggenggam banyak pendukung, sebagian besar datang dari komunitas subak. Namun saat Pilkada ia kalah. Ia tak habis pikir.

Selidik punya selidik, banyak warga subak yang sebelumnya diyakini akan memilih dia ternyata memilih calon bupati lain akibat adanya “serangan fajar”. Sehari atau beberapa jam sebelum pencoblosan, para pemilih itu tiba-tiba mendapat pembagian uang tunai, jumlahnya mungkin tak terlalu banyak, Rp. 50.000 atau Rp. 100.000, namun jumlah itu sudah cukup membuat pemilih mengalihkan pilihannya.

Beberapa bulan setelah Pilkada, dalam sebuah liputan tentang pertanian, saya bertemu dengan seorang petani di sebuah desa. Tanpa sengaja ia cerita tentang politikus “baik hati” namun gagal itu.

“Kasihan Pak Anu (dia menyebut nama politikus itu), kalah oleh uang getah nangka,” katanya.

Getah nangka biasa digunakan untuk menyebut jumlah Rp. 50.000. Jumlah Rp. 50.000 dalam bahasa Bali disebut seket tali yang kerap disingkat jadi seket. Getah nangka dalam bahasa Bali biasa dijadikan engket (semacam lem alami). Engket dan seket secara bunyi terdengar mirip.

“Bagaimana ceritanya, Bli?” kata saya memasang wajah heran.

“Sumpah. Saya sendiri memilih dia! Tapi teman lain punya alasan lain,”

“Apa alasannya?”

“Mereka bilang: ‘Bapak itu kan membantu subak, bukan membantu orang. Yang mencoblos itu orang, bukan subak’!”

Saya tertawa dalam hati. Nyak asane… (T)

Tags: Pilkadarakyat
Previous Post

Catatan Harian Sugi Lanus: Leluhur Orang Bali adalah Orang India

Next Post

“Customer” dan Tukang Perintah – Karikatural Politik

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post

“Customer” dan Tukang Perintah – Karikatural Politik

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co