12 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Cara Sejumlah Orang Bali Menyingkir dari Keriuhan Tahun Baru

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
February 2, 2018
inFeature

Foto: koleksi penulis

619
SHARES

BAGI orang Bali (Hindu) tentu saja tak ada masalah dengan perayaan Tahun Baru, meski sesungguhnya Hindu memiliki Tahun Baru sendiri yang dirayakan dengan Nyepi. Tak masalah juga Bali dikerubuti turis asing dan kebanyakan lokal, hingga sampai jalan-jalan macet, parkir objek wisata penuh sesak, dan hotel kehabisan kamar meski tarifnya sudah dinaikkan 100 persen.

“Pada setiap perayaan Tahun Baru, Pulau Bali ini kita kontrakkan saja,” kata seorang teman, sebut saja namanya Made Ada, beberapa hari menjelang Tahun Baru.

“Dikontrakkan? Maksudnya?” tanya saya.

“Iya, selama perayaan Tahun Baru biarkan orang-orang di luar Bali datang ke Bali, merubung di objek wisata, menyesaki hotel dan merayap di jalan-jalan besar. Kita yang orang Bali menyingkir saja!” ujarnya.

“Menyingkir?”

“Ya, kita jangan ikut-ikutan ke objek wisata, jangan ikut-ikutan memenuhi jalanan, dan jangan ikut-ikutan memenuhi kamar-kamar hotel!”

“Artinya, kita tak ikut merayakan Tahun Baru, seperti orang-orang yang melarang terompet, melarang pesta, melarang bakar ikan, melarang bakar jagung?”

“Bukan! Beh, kau tak paham maksudku!”

“Aku paham sedikit, tapi belum ngerti, he he he!”

“Justru kita, sebagai orang Bali, membiarkan orang-orang merayakan Tahun Baru di pulau kita, biarkan mereka bebas, kita sendiri tak usah mengganggu mereka. Sebagaimana orang yang mengontrak rumah kita, biarkan mereka nyaman tinggal di rumah kita, toh hanya sementara, jangan ikut menumpang tidur di dalam rumah yang sudah dikontrakkan!”

“Ide aneh.”

“Ya, aneh!”

“Jika kita menyingkir, siapa yang melayani para turis itu?”

“Semua sudah punya tugas. Semua punya pekerjaan. Yang bekerja di hotel ya tetap bekerja, yang jualan di objek wisata ya tetap jualan. Yang jadi sopir bus, ya, antarkan tamu dengan baik. Maksudnya, kita-kita ini, orang-orang yang dapat cipratan libur, ya, jangan ikut seperti turis di pulau sendiri. Biarkan turis tetap nyaman, karena objek-objek wisata dan jalanan sudah kita kontrakkan. Kita menyingkir!”

“Menyingkir ke mana?”

“Terserah, asalkan jangan menganggu turis dengan ikut-ikutan menjadi turis!”

Lama saya mencoba untuk memahami jalan pikiran Made Ada, teman saya itu. Sampai akhirnya saya benar-benar bertemu dengan sejumlah orang Bali yang sungguh-sungguh menyingkir dari keriuhan perayaan Tahun Baru.

Sabtu, 31 Desember 2016, sehari menjelang Tahun Baru 2017, saya bersama keluarga sembahyang ke Pura Segara Rupek, di ujung barat Buleleng, Pulau Bali. Pura itu terletak di tepi laut, di tengah hutan cukup lebat yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Bali Barat.

Dari jalan raya Gilimanuk-Singaraja, dibutuhkan waktu sekitar 2-3 jam untuk mencapai lokasi pura, dengan melewati jalan gladag batu yang bergelombang. Belum lagi di tengah jalan dihadang kawanan kera yang mengiba minta makanan hingga membuat kita terhenti untuk melempar sekadar bekal buah-buahan.

Di Pura itu saya bertemu sejumlah orang. Mereka bukan sekadar bersembahyang, tapi mekemit (menginap) di Pura terpencil itu. Beberapa di antaranya bahkan sudah berada di Pura sejak Jumat 30 Desember, dan berencana untuk mepamit (pulang) setelah Tahun Baru 1 Januari 2017.

Saya dan keluarga tidak menginap di Pura itu. Petang dalam perjalanan pulang, saya berpapasan dengan banyak mobil menuju Pura. Di dalamnya terdapat sekeluarga atau mungkin kelompok sekawan. Mereka berpakaian adat putih poleng, putih-putih atau putih kuning.

Saya berani pastikan, mereka akan berada di Pura itu ketika malam saat orang lain merayakan penyambutan Tahun Baru dengan gegap-gempita. Beberapa mungkin mekemit dan pulang setelah tanggal 1 Januari, atau melanjutkan perjalanan ke sejumlah pura lain yang lebih terpencil.

Mungkin, sebagaimana dimaksud teman saya Made Ada, laku orang-orang itulah yang disebut menyingkir dari keriuhan Tahun Baru. Mereka “mencuri” momentum perayaan (yang bukan tradisi agama mereka) lalu digunakan untuk “merayakan” kedekatan mereka dengan Tuhan sesuai agama mereka.

Saya jamin, tempat “penyingkiran” bukan hanya Pura Segara Rupek. Banyak Pura lain di lokasi ekstrem juga digunakan sebagai tempat mekemit sekaligus berdoa demi keselamatan diri dan dunia. Semisal sejumlah Pura di puncak Lempuyang, atau Pura di lereng-lereng gurung kawasan Batukaru, atau Pura di tengah hutan di sekitar Tamblingan dan Buyan.

Laku menyingkir itu tampaknya bukan hanya terjadi saat perayaan Tahun Baru. Sejumlah pemangku yang sempat saya ajak ngobrol mengatakan, Pura-Pura yang jauh dari keramaian biasanya banyak didatangi umat Hindu saat hari-hari raya agama lain semisal Hari Natal, Idul Fitri dan Waisak. Mereka biasanya datang bersama keluarga, rombongan teman, atau rombongan sesama rekan kerja.

Laku ini bisa disebut sebagai toleransi bentuk lain. Saat Idul Fitri mereka tak ingin mengganggu umat Muslim sholat Id di lapangan terbuka. Saat Natal, mereka memberi ruang bagi umat Kristiani merayakannya dengan khusuk di gedung publik maupun di ruang terbuka. Mereka menyingkir, melakukan perjalanan suci atau tirtayatra ke Pura yang jauh dari pusat-pusat perayaan.

Itu mungkin salah satu tujuan kenapa saat hari raya agama tertentu, umat dari agama lain juga ikut diliburkan. Selain sebagai bentuk penghormatan terhadap umat dari agama lain, libur juga memberi kesempatan umat yang tak merayakannya untuk ikut mendekatkan diri dengan Tuhan sesuai agama masing-masing.

Ngomong-ngomong, usai perayaan Tahun Baru 2017, saya telepon Made Ada, teman saya itu. Saya tanya ke mana ia menyingkir saat Tahun Baru. Jawabannya sungguh tak enak.

“Kau nyindir ya. Kau tahu, aku tak perlu menyingkir. Rumahku sudah sangat terpencil, jauh dari peradaban kembang api, jalan ke desaku rusak berat, tak ada turis yang mau ke sini. Aku di rumah saja, sembahyang di Pura tepi sungai dekat rumahku. Bagaimana? Kau puas?”

Saya tutup telepon sambil tersenyum… (T)

Tags: orang balitahun barutoleransi
Previous Post

Bicara “Topi Saya Bundar”, Bicara Definisi Kehormatan

Next Post

Pameran Buku Ala Kadar – Catatan Kecil untuk Denpasar Festival 2016

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post

Pameran Buku Ala Kadar - Catatan Kecil untuk Denpasar Festival 2016

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

by Putu Gangga Pradipta
May 11, 2025
0
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

Read more

Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

by Karisma Nur Fitria
May 11, 2025
0
Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

PEMALSUAN kepercayaan sekurangnya tidak asing di telinga pembaca. Tindakan yang dengan sengaja menciptakan atau menyebarkan informasi tidak valid kepada khalayak....

Read more

Enggan Jadi Wartawan

by Edi Santoso
May 11, 2025
0
Refleksi Hari Pers Nasional Ke-79: Tak Semata Soal Teknologi

MENJADI wartawan itu salah satu impian mahasiswa Ilmu Komunikasi. Tapi itu dulu, sebelum era internet. Sebelum media konvensional makin tak...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co