“AKU lagi diet instagram bulan ini, jadi nggak tahu informasi yang lagihits,” jawab seorang kawan dengan ketus, saat saya menanyakan informasi konser musik bulan Desember.
Teman saya yang tidak boleh disebutkan namanya (karena takut terkenal) itu berdalih instagram telah berhasil merenggut separuh jiwanya. Mulai dari bangun pagi hingga menjelang tidur setengah hidupnya ia curahkan hanya untuk melihat-lihat, berkomentar, mencaci, mengagumi unggahan orang lain, di salah satu aplikasi dunia maya yang sedang populer di Bali tersebut.
Instagram adalah aplikasi yang didominasi oleh unggahan foto atau video, besertacaption(keterangan) secukupnya untuk menjelaskan gambar atau video yang diuploud. Sebagian besar informasi dari info lalu-lintas, bencana alam, laporan cuaca, makan siang enak, makan malam, event besar, informasi seminar, informasi lomba, sampai diskon di mall pun ada di sana. Kalau tidak tahu info viral di instagram anda akan ketinggalan kereta, tidak akan mampu menyamai frekuensi dengan yang telah mendahului.
Jangan memberanikan diri mengatakan, “Apa sih yang kalian bicarakan, akukoknggak tahu” .
Mampus cabang bayidah tu, anda akan mendapat kalimat balasan super nyinyir, “Masak ini ajanggaktahu sih, ke mana aja, coba cek IG…..!?”
Ini baru instagram, belum saudara-saudaranya yang lain, seperti facebook, youtube, path, stiker line, kamera 360, game Dota, game COD, serta sejumlah remeh-temeh yang berkaitan dengan dunia internet.
Satu, dua kali tak apalah mengikuti ritme kehidupan dunia maya tersebut. Tapi kalau sampai mengganggu konsentrasi pekerjaan bahkan kehidupan sosial anda, ini sangat memprihatinkan dan perlu penanganan khusus. Pasti kawan pembaca pernah mengalami ketidakfokusan lawan bicara karena konsentrasinya terbagi dengan layarsmartpone. Entah melihatchat, sms, instagram, atau aplikasi lainnya. Ini sering terjadi kok. Entah anda menjadi korban atau pelakunya. Coba diingat-ingat, hayooo.
Beberapa kawan mengatakan internet sama bahayanya dengan narkoba. Narkoba merusak tubuh, kesehatan, mengganggu nalar berfikir, menghancurkan relasi pertemanan, dan kecanduan. Begitu juga dengan dunia internet bahayanya hampir sama seperti itu jika dikonsumsi berlebihan. Malah lebih parah kecanduan dunia internet merubah pelakunya menjadi manusia yang kurang peduli terhadap keadaan sekitarnya.
Adapun perbedaan mereka, satu di antaranya adalah cara untuk mendapatkannya. Narkoba dibeli dengan cara mengendap-ngendap agar tak ketahuan orang lain apalagi polisi, karena melanggar hukum.
Sementara Internet cukup datang kecounterpulsa manapun, beli pulsa seperlunya, lalu dipaketkan, dan taraaaaa….! Anda memiliki kuota untuk berselancar. Atau jika mager (malas gerak) cukup memakai layanan internet banking, jadi deh. Gampang, legal dan tidak melanggar aturan. Waduuuuuuuh. Musuh kita tidak dalam selimut, tapi selimut itu sendiri. hehehehe.
***
Wacana pengawasan orang tua terhadap anaknya yang doyan bermain internet selalu didengungkan, baik lewat iklan TV, artikel di koran, tips di twitter atau bentuk lainnya. Namun sayang informasi-informasi semacam ini tidak menyentuh semua keluarga inti. Terutama keluarga inti yang lingkungannya masih bersifat konvensional, tapi dipaksa matang dalam menyikapi terjangan teknologi dewasa ini.
Sejumlah orang tua di keluarga besar saya, memanfaatkan kecanggihan internet untuk mendiamkan, menenangkan dan menyenangkan anaknya. Tanpa pengawasan sama sekali. Mereka senang anaknya tidak rewel, sehingga dapat mengerjakan pekerjaan rumah, atau pergi bekerja dengan tenang, tanpa harus takut dihantui rengekan anak mereka di rumah.
Tanpa disadari, orang tua telah menjerumuskan anaknya ke liang yang salah. Banyak pendapat, anak yang terlalu banyak bermain internet kemampuan adaptasi, interaksi dan sosialisasinya berkurang. Bahkan cenderung antipati, apatis dan introvert. Pernyataan saya ini bukan tanpa bukti lo, saya telah melihat langsung perkembangan keponakan saya yang mendapat perlakuan pemuasaan dunia internet oleh kedua orang tuanya. Selama hampir 13 tahun saya mengamati perkembangannya. Benar saja ia memiliki dunia sendiri jika berbaur dengan teman seusianya. Ia lebih memilih mendekap seharian di kamar sembari bermain gawai atau berselancar tanpa batas di dunia maya, dibanding ke banjar latihan baleganjur atau kegiataan kepemudaan banjar.
***
Para pembaca yang budiman, bukan berarti saya tidak pro dengan teknologi yang semakin canggih dan mempermudah itu. yang baik biarlah baik. Tapi saya mencoba menjelaskan tidak semua kemudahan yang kita peroleh berdampak positif bagi kehidupan. Kendati itu ranah pribadi dan pilihan atas hak seseorang, apa salahnya kita mengkritik agar menjadi lebih baik toh.
Kemudian muncul pertanyaan: Apa yang harus kita lakukan?
Pertanyaan klise yang sering dilontarkan ini, nampaknya perlu solusi yang tidak biasa-biasa saja. Salah satunya adalah diet internet. Diet ini bermakna mengatur pola pemakaian internet, dimulai dari keluarga inti saja dahulu. Karena pendidikan semacam ini tidak mungkin diajarkan oleh guru di sekolah. Selain sejenak rehat dari dunia maya, ini adalah momen untuk mempererat hubungan antar anggota keluarga.
Waktu diet menjadi pertimbangan, bagi saya diet ini sebaiknya dilakukan selama sebulan penuh yakni di Bulan Desember (akhir tahun) menjelang pergantian Tahun. Sebab bulan ini merupakan bulan paling sakral, biasanya seluruh kejadian di bulan sebelumnya terakumulasi di bulan Desember. Tentu ini sebagai bahan renungan dan penyadaran diri, untuk merencanakan langkah di tahun berikutnya. Pas, jika diet internet dilaksanakan.
Diskusi akan banyak terjadi, baik bersama keluarga inti, atau teman dekat. Bukankah itu baik, saling menghargai, saling mendengarkan, saling memberi solusi. Tidak akan ada kejadian konsentrasi terbelah saat berbincang dengan orang lain.
Gerakan diet Internet ini, mungkin bisa dimulai tgl 31 Desember – 1 Januari, dua hari saja untuk permulaan. Menikmati hari tanpa selamat Tahun Baru di layarsmartphone,namun langsung berjabat tangan. Tidak menikmati kemegahan kembang api tahun baru dari kiriman video teman, namun langsung melihat secara nyata. Serta kegiatan nyata lainnya yang tidak mampu diinstankan oleh perangkat canggih tersebut.
Nyepi dilaksanakan dengan menaati Catur Brata Penyepian dan puasa seharian, Lebaran juga puasa satu bulan. Nah apa salahnya toh Tahun Baru yang dirayakan seluruh umat manusia di dunia, dengan cara berdiet internet. Astungkaraaaaa. (T)