PROMOTOR adalah istilah untuk menyebut sekelompok penggagas sebuah kegiatan, di lingkungan lembaga formal dan non-formal. Promotor membangun dan mengembangkan ide serta inovasi-inovasi yang kreatif agar sebuah kegiatan bisa berkualitas dan sesuai dengan tujuan.
Suksesnya sebuah kegiatan yang dirancang oleh promotor, dapat dilihat dari segi kemeriahannya, esensi, sesuai tujuan dan bermanfaat. Biasanya, yang jadi tolok ukur adalah keramaian pengunjung. Namun begitu, event yang sukses adalah event yang mampu mencapai tujuan atau sasaran.
Banyak jenis event yang bisa dirancang oleh promotor. Antara lain, acara dalam rangka sosial atau charity events, acara promosi dan penjualan produk, kampanye, peluncuran album musik, peluncuran buku baru, grand opening perusahaan, acara musik, seminar, bahkan acara ulang tahun serta pagelaran seni, pameran makanan minuman, pameran karya seni, pameran produk perusahaan, perlombaan olah raga dan seni serta berbagai macam kontes.
Promotor tersebut juga bisa datang dari berbagai kalangan misalnya komunitas, perusahaan dan lembaga formal pemerintahan. Bahkan kini sudah banyak promotor mengelola diri dalam sebuah perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang mengambil pekerjaaan-pekerjaan besar semacam festival musik dan festival kebudayaan. Perusaan itu biasa disebut juag sebagai event organizer (EO).
Para promotor itu biasa hadir ke tengah masyarakat menghadirkan ide dan kreativitas mereka dalam rangka menarik perhatian masyarakat luas dan menjembatani tujuan mereka dalam membuat event.
Di lingkungan kampus, organisasi mahasiswa (Ormawa) bisa disebut sebagai promotor dalam berbagai kegiatan di kampus. Di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) misalnya, Ormawa sudah biasa menjadi promotor, khususnya promotor yang bergerak di lembaga eksekutif.
Ormawa memiliki berbagai program kerja yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kreativitas serta inovasi baru. Antara Ormawa satu dengan Ormawa lain biasa saling lirik dan saling berlomba untuk merancang ide baru dan kegiatan menarik. Nama jurusan atau fakultas sering menjadi taruhan dalam hal ini.
Tingkat kemeriahan dan kemegahan sebuah acara adalah salah satu tolak ukur dengan bobot tertingi, setelah itu baru berlanjut ke esensi acara. Itu adalah ukuran standar bagi orang-orang awam.
Lain halnya dengan orang-orang yang berkutat dengan esensi. Mereka fokus dengan analisa manfaat serta tujuan dari penyelenggaraan event serta sasarannya. Ya memang begitu, beda orang, beda juga cara untuk menilai atau mengevaluasi suatu hal.
Belakangan di Undiksha, antara Ormawa satu dengan yang lain seakan berlomba membuat kegiatan besar untuk menarik perhatian banyak orang. Dalam rangka meningkatkan “gengsi” Ormawa, bintang tamu alias guest star didatangkan untuk memeriahkan acara. Guest star-nya pun bervariasi mulai dari tingkat lokal hingga nasional. Mungkin beberapa tahun ke depan ada yg tingkat international. Simak saja terus.
Tidak hanya itu, mereka pun mengadakan lomba-lomba di bidang akademik dan non akdemik dengan cakupan yang lebih luas lagi, tidak hanya setingkat provinsi namun banyak yang mengadakan lomba tingkat nasional. Itupun juga tergantung finansial yang mereka punya dan yang mampu mereka galang untuk pendanaan kegiatan.
Di Undiksha, persahabatan ormawa terlihat erat namun terlihat erat juga kompetisinya. Ini bisa dipersepsikan sama halnya dengan “perang dingin”. Terlihat baik-baik saja namun selalu ada fanatisme tersendiri terhadap ormawa di mana mahasiswa tersebut bernaung.
Terbukti di beberapa kegiatan misalnya Dies Natalis. Sungguh luar biasa fanatismenya. Mereka membuat kaos untuk memperlihatkan kekompakan, ada yang mendatangkan supporter dengan mempresensinya, dan berbagai upaya-upaya untuk menunjukkan totalitas mereka pada ormawa mereka.
Selain ditunjukkan diajang-ajang perlombaan, Kompetisi tersebut ditunjukkan melalui kreativitas mereka dalam membuat acara dan selain itu kompetisi ini terlihat dari guest star apa yang mereka bisa undang.
Sungguh unik sebenarnya, di sinilah mahasiswa itu belajar meningkatkan profesionalisme dalam rangka menyiapkan diri untuk dunia kerja di kemudian hari. Bahkan diam-diam ada yang belajar menjadi promotor professional untuk bekal mereka di dunia usaha nanti.
Siapa tahu, setamat kuliah mereka bisa menjadi promotor terkenal yang bisa membuat acara-acara spektakuler dan mendatangkan banyak keuntungan. Ada juga yang ikut kegiatan karena senang berkumpul dengan teman, suka keramaian, dan iseng belaka daripada hanya tidur-tiduran di kos-kosan. Yang menarik, banyak juga yang tiba-tiba rajin ikut belajar jadi promotor karena sedang PDKT pada seseorang di Ormawa itu.
Apa pun tujuannya, bagi mereka yang bergabung di Ormawa tentu punya kebanggaan serta kelelahan sendiri. Namun itu semua akan dibayar dengan kualitas dirinya sendiri, karena Ormawa ada untuk meningkatkan kualitas mahasiswa, meningkatkan kinerja serta produktivitas mahasiswa agar mampu bersaing di dunia kerja ke depan.
Perlukah persaingan itu ada? Saya pribadi berkata, “iya perlu”. Dalam kompetisi itulah kita memacu diri, memacu kekuatan, kreativitas, serta inovasi untuk selalu menginginkan yang paling maksimal dan terbaik, sehingga bisa diakui oleh banyak orang bahwa itu yang terbaik. Namun pada dasarnya bersaing dengan jalan yang sehat sehingga kompetisi yang ada mampu mewujudkan buah karya prestasi yang luar biasa. (T)