13 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Hati Perempuan Bukan Rumah Bordil – Curhat Klise pada Suatu Senja

Jong Santiasa PutrabyJong Santiasa Putra
February 2, 2018
inOpini

Foto: Ole

73
SHARES

SAYA bukan pedanda, orang pintar, tukang penasehat, atau orang spiritual yang mampu menyembuhkan setiap gulana. Tapi nyatanya sering sekali kawan-kawan melampiaskan ceritanya kepada saya. Mulai dari senang, gembira setengah riang, sedih, pilu, putus cinta bahkan pengalaman pribadi yang tak masuk akal. Tapi menarik sebagai bahan untuk mengenal siapa diri kita beserta hal-hal yang tak selesai di sekitarannya.

***

Satu hari pada hari Minggu di bulan November, Sedan Accord Maestro melaju lamban menyusur liku jalan aspal menuju daerah Petitenget, Kuta Utara, Badung. Kami bertiga, berencana makan siang sekaligus melepas kangen dengan beberapa kawan di daerah tersebut.

Saya duduk di kursi belakang, Mahir menjadi kopilot , dan Omot jadi pilot setia kami, jika hendak berpergian seperti ini. Omot lelaki kamera (photographer), tinggi, agak gempal, dan cenderung pendiam, tapi pendapatnya selalu jadi bahan pertimbangan.

Mahir, perempuan, cantik, berkacamata, tingginya cukuplah untuk menjadi model baju distro yang saat ini lagi ngehits di Denpasar, bekerja di salah satu bidang pariwisata, dan paling penting dia baru saja menandaskan Novel Midah Si Manis Bergigi Emas, karya Pramoedya Ananta Toer.

Itu suangar bro. Perempuan pembaca selalu menarik hati saya, entahlah, pesona auranya berbeda dari kebanyakan perempuan yang sukanya foto selfi berlatar belakang dinding restoran.

Beberapa waktu lalu usai menamatkan novel Midah, Mahir mengontak saya melalui whatshap dan mengemukakan pendapat pribadinya. Seperti pemimpin orasi, intinya ia menyuarakan keputusan Midah tidak masuk akal. Membiarkan dirinya sendiri mengurus anak, sementara si suami pergi meninggalkannya. Itu adalah bentuk penindasan terhadap perempuan, kenapa ada orang seperti Midah yang tak berdaya, tak berkekuatan untuk melawan, akhirnya ikhlas kepada yang di atas. Hidup macam apa itu.

Usai membaca orasi panjangnya, saya cekikikan dalam hati. Mahir tak menyadari sebulan ini ia juga sedang ditindas, tapi penindasan dalam bentuk halus. Ditindas hatinya oleh seorang lelaki yang setelah sebulan melaksanakan jurus PDKT, kemudian hilang. Persis seperti awatara penyelamat bumi, setelah menyelesaikan tugasnya, lalu kembali kedunianya. Nasbedag.

Atau seperti anak SD yang bermain di bawah pohon beringin lalu diajak oleh wong samar ke dunia lain. Hilang ya benar-benar hilang dan absurd.

***

“Lalu bagaimana lelaki mu itu?” tanya saya membuka obrolan. Saat itu sedan kami melaju perlahan berdesak ruang bersama kendaraan lain. Maklum Minggu. Bali selalu begini.

“Aku sudah selesai kontak, kadang rindu juga sih. Aku telah menemukan jawabannya di akun Path pribadinya. Seminggu setelah hilang kontak ia mengunggah meme, isinya tentang ia trauma jatuh cinta lagi dan belum siap membuka hati,” jawabnya cepat bahkan terkesan ala kadarnya.

“Kamu tak mengontaknya? Menanyakan perihal sikapnya, tiba-tiba hilang begitu,” desakku dengan nada serius.

“Ngapain harus tanya, bukankah sudah jelas, unggahannya itu sudah menjawab semuanya.”

“Percuma kamu baca Midah karya Bung Pram yang tersohor itu , ya kamu itu Midah, sama-sama ditindas.”

“Maksud? Berikan penjelasan atas kalimatmu itu!” ucapnya dengan nada tinggi, tanda sejumlah darah menggumpal dan memekat di kepala sahabatku itu.

Percakapan kami memanas, sepanas terik matahari yang kian menyengat. AC mobil kalah.

***

Di lingkungan saya, lelaki dewasa dianggap wajar bergonta-ganti pasangan dalam memilih pedamping hidupnya, bahkan ketika telah berkeluarga jika kedapatan berselingkuh, lelaki selalu diupayakan untuk benar. Sementara perempuan sekali selingkuh langsung dipulangkan ke rumah orang tuanya. Kemudian secara otomatis dua kata terpatri di jidatnya, barang bangke. Dianggap perempuan tidak baik-baik. Sial.

Lelaki memiliki seribu jurus kungfu dalam menaklukkan setiap perempuan. Mengandalkan (menghalalkan) segala cara untuk mendapatkan perhatian sang pujaan hati. Kehadiran aplikasi chating di smartphone juga menjamurkan fenomena ini.

Kasus sahabat saya Mahir, juga sedikit tidaknya ulah aplikasi maya itu. Ngobrol saban hari, bertegur saban hari, menanyakan apa sudah makan setiap hari, menanyakan baju apa yang dipakai, warna celana apa yang dipakai, bahkan berbagai pertanyaan lainnya. Yaaaaa lewat layar yang dia genggam serta antek-antek pendukungnya itu.

Dulu zaman ayah saya dewasa, memilah perempuan haruslah berhati-hati. Karena PDKT-an dilakukan secara gamblang, terang-terangan tidak memakai kaca riben sedikit pun. Ayah harus datang ke rumah perempuan idamannya untuk sekadar menanyakan apa kabar, apa sudah makan atau apa-apa lainnya.

Saat proses PDKT-an itu, bukan tidak mungkin ayah saya bertemu dengan keluarga inti, paman, bibi, keluarga dekat bahkan tetangga si perempuan. Naaah looo kalau sudah sejauh itu, dan tidak jadi pacaran. Dije kel jang muane, lek atine Bro (di mana mau diletakkan wajahnya, malu, Bro). Jadi ada konsep malu, takut dan was-was ketika memulai mendekati perempuan.

360 derajat berbeda dengan sekarang. Mendekati perempuan tidak ada konsep ketakutan, malu atau semacamnya. Konsep yang tertanam, coba dulu di-chating, ketemuan di luar (tidak harus menjemput ke rumah) kalau tidak cocok ya cari yang lain.

Mungkin konsep kedua ini nyantol di kepala lelaki yang melukai hati sahabat saya. Mencari keinstanan tanpa melirik dan mempertimbangkan hal paling penting, perasaan. Eaaaaaa. Ibarat sebuah kamar, lelaki itu datang menjamah sudut ruang, mencoba kasur, menelisik isi lemari, menggunakan cermin rias, tidur di lantai sekenanya, Setelah bosan lalu pergi.

Hati perempuan tidak seperti rumah bordil. Bisa di bayar, dipakai, lalu ditinggalkan.

***

Sementara Mahir juga membuat saya gregetan. Sahabat saya itu sungguh ikhlas, lebih parah lagi, ia mempertimbangkan jika lelaki itu kembali, hatinya terbuka lapang dan menerimanya dengan senang hati. Lihatlah begitu lemahnya Mahir. Kesal atas perlakuan lelaki itu tapi munafik tak ingin kehilangan.

Mahir tidak berani melawan, tidak berani bersikap, tidak berani hidup, tidak berani masuk menemu malam. Lalu apa gunanya hidup.

Benar kata Amhad Tohari, perempuan adalah bubu yang bila sudah dipasang hanya bisa menunggu ikan masuk. Selamanya bubu tak akan mengejar ikan atau memaksanya masuk ke dalam. Begitu pasrahnya begitu nrimonya.

Jadi perempuan itu diam saja, lelakilah yang bersusah mencari dan memasuki setiap bubu. Jika bubu dimisalkan hati. Betapa tak sakit hatinya itu perempuan, jika ikan hanya keluar dan masuk sekenanya.

Tapi bubu punya sistem perangkap, mengurung ikan yang masuk. Sistem inilah yang mestinya diperkuat oleh perempuan. Perluas pergaulan, ambil resiko, tidak bergantung pada lelaki, jadi perempuan mandiri dan sekali lagi membaca buku. Dan tentunya ini akan menentukan sikap perempuan atas berbagai hal yang merintangnya.

Mahir harus melawan, bukan orasi di jalan, bukan beradu fisik, bukan pula menyewa algojo untuk menghajar si lelaki, tapi hal yang lebih matang di usianya, bentuk sikap. Ini era lelaki dan perempuan memiliki hak bicara yang setara.. Mahir seolah lupa bangsa kita punya Ibu Kartini, lupa juga punya Ibu Susi dengan keberaniannya menumpas para pencuri di wilayah perairan Indonesia.

Salah satunya, ya, menulis. Menuliskan amarah dengan tatanan kalimat yang baik, saya lebih suka seseorang mengatakan marahnya secara gamlang dibanding melampiaskannya dalam bentuk anarki. Menulis adalah kematangan diri, tanggung jawab umur, tanggung jawab gelar, tanggung jawab atas kehendak hidup ini.

“Tulislah kekesalanmu, dalam bentuk surat. Bukan untuk mempertanyakan sikapnya tapi bentuk pernyataan atas yang ia lakukan, kalau saya ketemu perempuan seperti itu. langsung saya ajak nikah dah” ujar saya sekenanya

“Tapi, apa yang harus kutulis, kampret kamu membuatku berfikir,” jawabnya dengan nada kesal.

***

Tidak dipungkiri saya juga pernah menyakiti hati seorang perempuan, pengalaman selalu mengajarkan yang terbaik. Tapi bukan untuk mengulanginya namun memperbaiki langkah ke depan. Penindasan sering terjadi di sekitar kita, bahkan hal terkecil sekalipun, masalah hati.

Sedan Accord kami belum juga sampai di tempat tujuan. Saya takjub melihat riuh rendah papan iklan yang bertebaran di jalanan, iklan restoran, hotel, kedai kopi, jasa pariwisata, jasa spa, jasa penyewaan motor dan iklan lainnya, dinamika kota yang menarik. Tiba tiba saya terperanjat dan menyadari, saya juga dalam pusaran rantai jajahan yang tak terasa.

“Kleeeeee, saya juga sedang dijajah,” igau saya, sambil tersenyum kecil melihat sepasang bule di seberang jalan berpegangan sambil melambaikan tangan meminta taxi berhenti. (supir taxinya nak Bali, ada banten di dasbord mobilnya). (T)

 

 

Tags: cintaPerempuan
Previous Post

Malam Minggu bagi “Darah Muda”: Tak Sekadar Pacaran

Next Post

Lingga

Jong Santiasa Putra

Jong Santiasa Putra

Pedagang yang suka menikmati konser musik, pementasan teater, dan puisi. Tinggal di Denpasar

Next Post

Lingga

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more

Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

by Sonhaji Abdullah
May 12, 2025
0
Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

DI Sekolah, fenomena bullying (dalam bahasa Indoneisa biasa ditulis membuli) sudah menjadi ancaman besar bagi dunia kanak-kanak, atau remaja yang...

Read more

Pulau dan Kepulauan di Nusantara: Nama, Identitas, dan Pengakuan

by Ahmad Sihabudin
May 12, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

“siapa yang mampu memberi nama,dialah yang menguasai, karena nama adalah identitas,dan sekaligus sebuah harapan.”(Michel Foucoult) WAWASAN Nusantara sebagai filosofi kesatuan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co