11 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Sumber foto: northsideboys12.com

Sumber foto: northsideboys12.com

Northsideboys12 – Subkultur Garis Utara Stadion Kapten Dipta

Kambali Zutas by Kambali Zutas
February 2, 2018
in Opini
30
SHARES

SAYUP-SAYUP terdengar lirik lagu. Gadis di depan saya tampak bernyanyi menirukan chant meski lirih yang datang dari tribun utara. Mereka berdiri di sektor tribun timur Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali. Waktu itu, Sabtu, 3 September 2016, di lapangan sedang bertanding antara Bali United melawan Persipura Jayapura pekan ke-18 lanjutan  Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016. Tercatat sebanyak 13.127 penonton di pertandingan itu. Para penonton beberapa kali menoleh di tribun utara.  

Tribun utara menjadi interest pandangan sore itu. Penuh sesak, penonton berderet di tribun itu dengan kaus dominan hitam. Bukan jersey melainkan feysen casual. Di pagar tribun terpampang NORTHSIDEBOYS12 (NSB12). Mereka terpisah dari tribun timur yang diisi suporter Semeton Dewata, dan tribun selatan Brigaz. Mereka membuat arsiran di stadion Kapten Dipta.  

Sebelum masuk stadion, mereka melakukan ritual corteo konvoi jalan kaki dari Jalan By Pass Buruan Gianyar menuju gate 12. Suara riuh sepanjang laga dengan aksi bernyanyi, tepuk tangan, koreografi bak ultras Ballspielverein Borussia 09 e.V. Dortmund atau Borussia Dortmund di Signal Iduna Park, Jerman. Atau deretan ultras Liga Seri A, Roma Boys (AS Roma) atau Irriducibili (Lazio) yang keduanya merupakan pemeluk neo-fasisme secara ideologi. Atau sejalan dengan Brigade Autonome Livornesi ultras klub Livorno yang memilih ideologi kiri.  

Minimal mirip-mirip dengan Brigata Curva Sud (BCS) suporter Indonesia PSS Sleman. Khusus BCS, kini mampu menghidupkan suasana dan gairah sepak bola Sleman. Di Stadion Maguwoharjo, aksi BCS mengundang detak jantung penonton di tribun lain dengan koreografinya mengalahkan tontonan pertandingan yang sedang berlangsung. Mazhab BCS seperti menjadi suporter tertib, bayar tiket, no ticket no game, harus pakai sepatu memang diadopsi oleh NSB12.  

Mereka tak henti beryanyi sejak menit pertama hingga menit terakhir. Tak ada lagi chant “Ini nonton bola bukan nonton bokep.”  Atau teriakan bernada SARA, apalagi kekerasan, caci maki, umpatan, intimidasi, dan provokasi. Mereka bernyanyi, tepuk tangan, dan berjingkrak tak henti secara serempak. Melepas kaus dan membalikkan badan bersama meski Serdadu Tridatu (julukan Bali United) kalah. Pasukan Indra Sjafri waktu itu kalah dengan skor 0-1 melalui gol tunggal Marinus Mariyanto (72’).  

Ini juga alasan saya, kenapa harus pertandingan Bali United lawan Persipura. Sambil mengukur kesetiaan suporter. Lazimnya pendukung yang haus kemenangan, maka jika timnya kalah, tanpa diberi aba-aba berduyun-duyun meninggalkan tribun, pulang. Tetapi ini tidak, NSB12 tetap bertahan dan bernyanyi memberikan semangat Fadil Sausu dkk untuk terus berjuang meraih kemenangan minimal imbang, dan hasil akhir Bali United kalah 0-1.  

Pemandangan ini jelas jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Ketika stadion ini menjadi home base tim berkompetisi di level teratas Liga Indonesia seperti Persegi Bali FC pada 2005 misalnya. Tim yang dibesut Henk Wullems ini, meski bermain kandang, suporter yang datang tak lebih 500 hingga 1.000 orang. Mereka seperti tampak di satu titik tribun timur. Persegi Bali FC pun akhirnya resmi mundur di tahun 2007 karena kesulitan finansial. Sejak muncul, NSB12 di barisan tribun utara mereka menjelma kekuatan identitas suporter.  

Hiruk-pikuk dan aksi mereka memunculkan semakin menambah semarak stadion. Ada banyak chant mereka nyanyikan. Di antaranya Bangga Mengawalmu Pahlawan, Bali United Selamanya, Jayalah Bali United, Bali Belongs To Me, We Love You Bali, Ayo Serdadu Tridatu, dan YNWA Bali United. Teriakan teror wasit macam “wasit naskl*ng” pun tak terdengar lagi.  

Lantas siapa NSB12? “Siapapun, apapun dan bagaimanapun cara kalian. Kita semua satu tujuan, satu cinta dan demi satu kebanggaan Bali United FC. NSB12 bukan sebuah organisasi, NSB12 sebutan untuk mereka yg di tribun utara. siapa saja boleh bergabung datang dan berdiri di Gate 12 Tribun Utara. Beginilah kami mendukung dengan cara kami sendiri.” tulis mereka di website resmi NSB12, www.northsideboys12.com.  

Mereka didominasi kaum muda. Makin hari jumlah mereka makin banyak. Mereka berhasil memikat dengan kuat kaum muda. Kini mereka memenuhi tribun utara, merintis jalan baru kebudayaan yang disebut subkultur. Saat kick off babak pertama pemain tepat mengumpan bola, di sinilah mereka mulai perang identitas sebagai subkultur di tribun stadion Kapten Dipta. Mereka memiliki ciri khas gaya, feysen, bahasa dan musik sendiri.    

Gaya dan feysen yang dipakai seolah seperti fans Liverpool yang berdandan feysen casual saat pulang dari stadion Olimpico, Roma, Italia setelah menyaksikan tim kesayangannya Liverpool melawan Borussia Monchengladbach (Jerman) pada laga final European Cup, Mei 1977 silam. Mereka pun mengenakan kaus bukan jersey Bali United, namun fesyen casual hitam dipadu dengan sepatu rata-rata Adidas klasik semacam era 1980-an. Mereka datang menuju stadion dengan bangga mengenakan merchandise,giant flag dan spanduk berisi dukungan Bali United.  

Meskipun tak se-ekstrim layaknya ultras suporter garis keras, mereka semacam menciptakan perlawanan ideologi anti kapitalisme. Semacam perlawanan membongkar makna dominan atas berbagai realitas sosial yang dikuasai budaya mainstream dengan mengusung solidarity is power. Juga tak mau diwawancarai oleh jurnalis.  

Pada ajang Trofeo Bali Celebest 2016 pada Sabtu (24/9/2016) malam misalnya. Mereka pesta flare yang lazim dilarang dalam pertandingan resmi. Stadion benar-benar dibuat berasap. Mereka lalu membentangkan spanduk bertuliskan PYRO IS NOT A CRIME.  

Dalam momen itu mereka menganggap hajatan sendiri dan harus dirayakan. Mereka bersikap karena pada laga resmi merasa sudah dikekang dengan aturan industri. Industri pemilik pemodal. Mereka menilai pemodal tidak pernah peduli dengan gairah yang timbul dalam sepak bola, kecuali hanya mengetahui keuntungan yang didapat dari tayangan sepak bola.  

Pada ajang itu, Bali United pun juara setelah mengalahkan dua tim lemah Celebest FC (ISC B) dan Perseden Denpasar. Namun pada akhirnya mereka tidak akan melakukan lagi pada laga resmi dengan alasan tim yang mereka dukung menanggung beban denda karena ulahnya. “Jangan pernah takut mengajak anak-anak pergi ke stadion. Menonton bola secara langsung tidak seseram yang Bapak & Ibu bayangkan, Karena kelak merekalah yang akan meneruskan gerakan ini mengawal sang kebanggan.” Pesan mereka.  

Nah, ini mungkin cara mereka campaign tentang salah kaprah memahami anarkisme. Tafsir faham anarkisme yang dimaknai aksi keonaran, barbarisme. Mereka mengajak dan mengikis bahwa anarkisme bukan seperti yang tergambar dan dikhawatirkan. Mengajak kembali membaca tentang sepak terjang pemuda 18 tahun asal Italia Pietro Ferrua. Atau memahami artikel pemikir anarkis macam Peter Kropotkin, Pierre-Joseph Proudhon, Mikael Bakunin atau Emma Goldman.  

Kisah suporter casual seperti ini di Indonesia sebenarnya sudah pernah ada pada tahun 2005 lalu. Kala itu, ada fans Persib Bandung dengan nama Flower City Casual (FCC). Namun FCC tidak bertahan lama dan tahun 2012 lalu membubarkan diri karena dianggap kontroversi.  

Suporter casual kini menyebar di mana-mana membentuk subkultur di tribun selatan dan utara stadion di Indonesia. Hampir klub yang berlaga di ajang ISC memiliki basis suporter feysen casual. Nah, apakah ini sekadar trend atau benar-benar sebagai suporter sepak bola dan menjadi budaya baru dunia suporter Indonesia? Kita tunggu mereka di laga kandang maupun tandang. (T)

Tags: baliolahragasepakbola
Kambali Zutas

Kambali Zutas

Lahir di Nganjuk, Jawa Timur, kini tinggal di Denpasar, Bali. Kesibukan sehari-hari selain jurnalis, juga menulis esai, puisi, dan cerpen. Berkecimpung di organisasi profesi sebagai Anggota Bidang Etika dan Profesionalisme AJI Kota Denpasar.

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Utang | Cerpen Rastiti Era

by Rastiti Era
April 10, 2021
Foto: Mursal Buyung
Opini

Pancasila di Tanah Dewata dan Bali yang Tak Akan ke Mana-mana…

BAGI masyarakat adat atau pakraman di Bali, tanah (baca: pertiwi atau wewidangan) itu “berjiwa”. Karena “berjiwa”, maka tanah diyakini memiliki ...

February 2, 2018
Sumer gambar: thewalters.org
Esai

“Kama Sutra” Sebagai Kompendium Erotika Timur

Apa yang terlintas di benak kita ketika mendengar Kama Sutra? Secara lantang dan lugas pikiran kita akan tertuju pada sebuah ...

February 13, 2021
Khas

Buda Kliwon Sinta di Gunung Lebah Ubud

Suasana Buda Kliwon Sinta yang disebut juga dengan Hari Raya Pagerwesi pagi itu cukup berbeda dari biasanya. Plataran Pura Parahyangan ...

July 8, 2020
Yohanes Soubirius de Santo dan karya prasi
Khas

Cerita Rakyat NTT dalam Prasi Khas Bali || Yohanes de Santo jadi Pemenang di Ajang PBB

Prasi di Bali merupakan lukisan yang dibuat pada daun lontar. Lukisan itu biasanya berisi cerita-cerita rakyat yang disusun secara berurutan, ...

February 4, 2021
Esai

Karikatur Menembus Zaman Now di Tengah Marak Swafoto

KETERIKATAN orang terhadap foto di zaman now selaras dengan kebutuhan primer. Naik kelasnya foto menjadi kebutuhan pokok bahkan dimensinya melebar ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Suasana upacara ngusaba kadasa di Desa Kedisan, kintamani, Bangli
Khas

“Ngusaba Kadasa” ala Desa Kedisan | Dimulai Yang Muda, Diselesaikan Yang Muda

by IG Mardi Yasa
April 10, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Gde Suardana
Opini

Tatkala Pandemi, (Bali) Jangan Berhenti Menggelar Ritual Seni dan Budaya

by Gde Suardana
April 10, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (163) Dongeng (13) Esai (1455) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (352) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (342)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In