31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Keajaiban 17 Agustus dan Cinta yang Kian Redup Setelah Itu

Ida Ayu Putri AdityarinibyIda Ayu Putri Adityarini
February 2, 2018
inOpini

Foto: Mursal Buyung

17
SHARES

TANGGAL tujuh belas Agustus adalah peringatan, perayaan, dan perenungan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Semua orang tahu itu. Pada tanggal 17 Agustus pada setiap tahunnya, sejak tahun 1945, rakyat Indonesia memperingati, merayakan, dan merenungi arti kemerdekaan.

Semua orang juga tahu itu. Tidak ada rakyat Indonesia yang tidak tahu atau lupa tanggal kemerdekaan Republik Indonesia. Tanggal ini begitu keramat. Istimewa. Bertuah. Bahkan, tidak sedikit calon orangtua yang mempercepat atau mengundur tanggal kelahiran anak mereka agar jatuh tepat di tanggal ini.

Semua perhatian, semua mata, semua semangat seolah-olah hanya tertuju pada tanggal 17 Agustus. Lalu, bagaimana nasib tanggal-tanggal sebelum dan sesudahnya?

Tanggal 17 Agustus. Upacara bendera dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia diadakan di mana-mana, mulai dari kalangan banjar, RT, RW, desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, sampai di Istana Negara. Tidak ketinggalan, sekolah-sekolah dengan guru-guru dan murid-muridnya, dari SD sampai perguruan tinggi juga melaksanakan upacara bendera.

Mereka tampil lebih rapi daripada biasanya. Lebih disiplin daripada biasanya. Dan mengikuti upacara bendera lebih tertib daripada biasanya. Pasukan pengibar bendera menjadi pusat perhatian. Ratusan siswa-siswi terpilih dari seluruh Indonesia bertugas mengibarkan bendera dari tingkat kecamatan sampai ke Istana Negara.

Tentu, siswa-siswi yang terpillih menjadi pasukan pengibar bendera di tingkat nasional menjadi yang paling berbangga hati. Menjadi salah satu anggota pasukan pengibar bendera di istana negara ketika tanggal 17 Agustus adalah suatu kebanggaan yang luar biasa. Kalau boleh diibaratkan, kebanggannya sama seperti kebanggaan para pejuang dulu dalam merebut kemerdekaan.

Mungkin, itulah salah satu penyebab Gloria sangat sedih dan kecewa ketika sempat dinyatakan gugur sebagai anggota pasukan pengibar bendera di Istana Negara tahun ini. Semua orang pasti sudah baca dan menonton beritanya. Kebanggaan ini, tidak hanya dirasakan oleh para pasukan pengibar bendera di manapun berada. Kebanggaan ini juga dirasakan oleh orang-orang yang mengikuti upacara bendera secara langsung.

Bahkan, kebanggaan ini juga dirasakan oleh orang-orang yang mengikuti upacara bendera lewat layar TV. Rasa bangga tiba-tiba saja muncul entah dari mana asalnya. Rasa nasionalisme jadi meningkat 200%. Jika misalnya tiba-tiba ada penjajah yang muncul pada tanggal 17 Agustus, bisa dipastikan penjajah itu tidak akan selamat.

Rasa haru juga tiba-tiba muncul ketika melihat ratusan bendera merah putih berjejer di sepanjang jalan. Apalagi, ketika para pasukan pengibar bendera di manapun berada mulai menaikkan bendera merah putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Duh! Itu bisa membuat badan merinding.

Tanggal 17 Agustus. Lomba-lomba khas 17-an bertebaran. Kalangan banjar, RT, RW, desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, sampai ibukota mengadakan lomba-lomba. Dari lomba yang paling mainstream sampai yang paling antimainstream dilaksanakan untuk merayakan tanggal 17 Agustus.

Dari lomba makan krupuk sampai lomba … (saya belum bisa menemukan jenis lomba 17-an yang antimainstream. Mungkin pembaca bisa membantu saya mengisi titik-titik tersebut di atas.hehe) dilaksanakan pada tanggal ini. Pesertanya adalah seluruh warga. Ibu-ibu rumah tangga, bapak-bapak, dan anak-anak yang sudah selesai mengikuti upacara bendera atau anak-anak yang bolos mengikuti upacara bendera karena bangun kesiangan, semuanya tumpah ruah di balai banjar atau lapangan kampung.

Mereka tertawa, bersuka cita, mengakrabkan diri dengam warga lainnya, dan menjalin persatuan. Ya. Persatuan. Percaya tidak percaya, mau tidak mau, tanggal 17 Agustus tidak hanya menjadi tanggal kemerdekaan Indonesia, tetapi juga menjadi tanggal pemersatu warga se-banjar atau sekampung.

Gara-gara tanggal 17 Agustus, semua warga keluar rumah, bertegur sapa, berinteraksi secara lebih intim. Hal yang semakin jarang bisa dilakukan oleh orang-orang saat ini. Dibalik pro kontra-nya, lomba-lomba itu adalah cara yang paling sederhana yang bisa dilakukan oleh masyarakat luas untuk merayakan tanggal 17 Agustus sekaligus melunasi rindu pada rasa kebersamaan dan persatuan yang sangat sulit didapat.

Tanggal 17 Agustus. Semua media, dari media cetak, media elektronik, sampai media sosial dipenuhi renungan 17 Agustus. Radio-radio memutarkan lagu-lagu kebangsaan dari pagi sampai malam hari. Radio milik pemerintah memutarkan lagu-lagu kebangsaan lebih sering dari biasanya.

Radio-radio milik swasta yang biasanya memutar lagu-lagu pop atau dangdut juga ikut memutar lagu-lagu kebangsaan. Tv-tv serentak menyiarkan upacara bendera secara langsung dari istana negara. Selain itu, FTV-FTV yang lebih banyak tidak masuk akalnya mendadak lenyap dari permukaan TV dan digantikan oleh pemutaran kembali film-film Indonesia bernuansa kepahlawanan dan perjuangan. Ini tentu menjadi surga dunia bagi para pecinta film Indonesia berkualitas.

Banyak pula acara TV yang mengulas berbagai hal yang berkaitan dengan tanggal 17 Agustus. Jasa-jasa para pahlawan diingat kembali, pembacaan naskah proklamasi ditayangkan kembali, sejarah bangsa dikritisi, nama-nama presiden Indonesia dari yang pertama sampai yang sekarang juga tidak luput dari ulasan televisi.

Tidak ketinggalan juga euforia tanggal 17 Agustus terjadi di media sosial. Para pengguna media sosial berlomba-lomba meng-update status tentang tanggal 17 Agustus di akun medsos mereka dari facebook, instagram, twitter, BBM, line, path, snapchat, dll.

Para medsos mania ini berlomba-lomba mengucapkan selamat untuk Indonesia, tidak peduli penggunaan bahasa mereka benar atau salah. Foto-foto kegiatan 17-an memenuhi beranda tiap-tiap media sosial. Jumlah orang yang mengatakan bangga terhadap Indonesia, di media sosial, naik drastis pada tanggal 17 Agustus.

Meme-meme tentang hakikat kemerdekaan bertebaran di media sosial. Para medsos mania begitu tanggap dengan meme-meme itu. “Comment-like-share” memenuhi meme-meme itu. Ada yang mengatakan bahwa sebenarnya Indonesia belum merdeka. Ada yang mengatakan bahwa Indonesia sudah merdeka. Ada yang mengajak untuk selalu cinta Indonesia.

Yang setuju dan rajin mengetik, memilih berkomentar. Yang setuju, tetapi malas mengetik, memilih memencet tanda “bagikan”. Yang biasa-biasa saja, memilih memencet tanda “suka”.

Dua tiga hari, seminggu dua minggu, sebulan dua bulan, tanggal-tanggal selanjutnya, semangat peringatan, perayaan, dan perenungan tanggal 17 Agustus mulai meredup. Kebanggaan pada Indonesia kembali memudar. Peserta upacara kembali tidak bersemangat dan tidak tertib mengikuti upacara bendera setiap hari Senin.

Para warga banjar, desa, RT, RW kembali sibuk dan jarang bertegur sapa. Kebersamaan dan persatuan kembali meredup. Radio-radio kembali memutarkan lagu-lagu pop dan dangdut. FTV-FTV yang lebih banyak tidak masuk akalnya kembali muncul ke permukaan TV. Neraka dunia bagi para penggemar film-film Indonesia berkualitas terbuka kembali.

Acara ulasan tentang jasa-jasa pahlawan dan sejarah Indonesia kembali digantikan dengan ulasan kehidupan pribadi selebritis yang bahkan ditayangkan tiga kali sehari seperti minum obat. Media sosial kembali dipenuhi curhatan, jual-beli barang dan jasa, serta foto-foto selfie beragam gaya dan beragam edit-an. Meme-meme kembali pada guyonan seperti biasanya. “Comment-like-share” bernada hate speech, rasisme, dan bullying kembali membuat sesak media sosial.

Kebanggaan dan rasa cinta pada Indonesia seolah-olah di-ninabobo-kan kembali. Kebanggaan dan rasa cinta pada Indonesia itu tidur kembali dalam waktu yang lama. Satu tahun!

Begitulah ajaibnya tanggal 17 Agustus. Ia bisa menimbulkan rasa bangga, haru, dan cinta Indonesia secara mendadak dan massive. Ia bisa membuat upacara bendera lebih tertib. Ia bisa membuat warga banjar, desa, RT, RW melunasi rindu pada kebersamaan dan persatuan. Ia bisa membuat radio memutar lagu-lagu kebangsaan lebih sering daripada biasanya. Ia bisa membuat FTV-FTV digantikan oleh film-film Indonesia berkualitas. Ia bisa membuat medsos mania meredam hate speech, rasisme, dan bullying mereka.

Namun, apa daya tanggal 17 Agustus juga adalah tanggal biasa seperti tanggal-tanggal lain dalam kalender. Kekuatannya hanya satu hari saja. Hanya 24 jam dalam satu tahun. Ketika ia sudah lewat dan digantikan tanggal-tanggal berikutnya, keajaiban dan tuahnya juga ikut menghilang.

Pada akhirnya, hanya ada dua pilihan yang bisa dilakukan agar esensi peringatan, perayaan, dan perenungan hari kemerdekaan Indonesia tidak hanya hidup satu hari saja. Pertama, senantiasa menjaga bara bangga dan api cinta pada Indonesia tetap menyala atau kedua, mengubah semua penanggalan di kalender menjadi tanggal 17 Agustus. (T)

Gianyar, beberapa hari setelah tanggal 17 Agustus 2016

Tags: cintaIndonesiakemerdekaan
Previous Post

Orang Bali Senang Berputar-putar

Next Post

Ospek Bisa Tiru Indomaret: “Selamat Datang di Kampus, Selamat Bergembira…”

Ida Ayu Putri Adityarini

Ida Ayu Putri Adityarini

Pernah kuliah di Singaraja. Kini terus menulis puisi dan cerpen sembari bekerja di Balai Bahasa Provinsi Bali

Next Post

Ospek Bisa Tiru Indomaret: “Selamat Datang di Kampus, Selamat Bergembira…”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co