KULIAH Kerja Nyata (KKN) seringkali menjadi senjata tajam yang dengan segala keunikannya dapat memisahkan pasangan yang bahkan telah menjalin hubungan selama bertahun-tahun. Karena itulah beberapa pasangan akan merasa gelisah begitu mendengar istilah KKN.
Seandainya ada pilihan, mungkin pasangan-pasangan seperti itu tidak akan mengikuti program ini. Sayangnya, KKN adalah suatu program yang harus diikuti oleh setiap mahasiswa di kampus yang memang punya program KKN. Karena itulah, mau tidak mau, kelanjutan kisah asmara mahasiswa selama bertahun-tahun ini harus diserahkan kepada pribadi masing-masing dan tentu saja kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tapi, bagi kaum jomblo, KKN adalah berkah. Para jomblo yang telah bosan menikmati masa-masa jomblonya akan menyambut KKN dengan suka-cita. Jauh-jauh hari para kaum jomblo sudah mempersiapkan kebahagiaan mereka. Karena pada saat KKN-lah para jomblo bisa menunjukkan kepada rekan-rekan di posko bahwa dia adalah cowok atau cewek yang bisa diandalkan menjadi suami bagi teman ceweknya atau menjadi istri bagi teman cowoknya.
Bagi para jomblo, KKN adalah ajang promosi sekaligus pembuktian bahwa dia sesungguhnya tak layak jomblo.
Persiapan demi persiapan pun harus dilakukan para jomblo. Segala sikap harus diubah untuk menarik perhatian. Hal ini disiapkan jauh-jauh hari sebelum KKN dimulai. Ini bertujuan untuk memikat calon pasangan karena persiapan secara fisik saja tidak akan cukup, apalagi dalam rentangan waktu satu bulan. Kecantikan atau ketampanan tentu akan menjadi pertimbangan kesekian, jika sikap dan karakter terbangun dengan baik selama KKN.
Para jomblo ini akan benar-benar menunjukkan bahwa dirinya rajin dan bisa diandalkan di arena KKN. Rajin mandi, rajin mencuci piring, rajin membantu masyarakat desa atau yang lainnya. Cara berkomunikasi pun diatur untuk memikat hati. Baik komunikasi kepada masyarakat dan tokoh masyarakat, maupun komunikasi kepada sesame peserta KKN.
Pada saat seperti itulah para wanita bisa melihat lelaki yang andal dan cocok untuk dijadikan pasangan. Begitu pula para lelaki akan dengan bahagia melihat wanita yang cocok dijadikan kurenan cager. Karena pada saat KKN seorang lelaki bisa melihat bagaimana seorang perempuan baru bangun pagi, sebelum sempat mengubah wajahnya dengan riasan.
Begitu pula wanita bisa melihat lelaki yang rajin bangun pagi atau yang biasa bangun jam 10, itu pun karena dibangunkan dengan susah-payah. Atau dalam KKN juga bisa dilihat lelaki yang rajin bangun pagi tapi kemudian lebih banyak duduk sambil ngopi dengan dada telanjang tanpa punya inisiatif melakukan kegiatan. Atau melihat lelaki bangun pagi langsung senam lalu mengambil sapu dan cangkul.
Tidak seperti di kampus yang penuh dengan pencitraan di hadapan dosen, pada KKN setiap orang justru benar benar dapat diketahui pribadinya. Walaupun disiapkan beberapa trik untuk menutupinya, tetapi akan tetap muncul pribadi yang sesungguhnya. Setiap orang dalam sebuah kelompok dapat mengetahui bagaimana kegiatan orang mulai dari baru bangun tidur hingga tidur kembali. Seseorang yang memang tidak bisa diandalkan akan terlihat jelas pada masa-masa ini.
Pertarungan para jomblo di tempat KKN sessungguhnya tidak mudah karena pada masa-masa ini setiap orang akan menunjukkan bahwa dirinya merupakan seorang yang benar-benar pekerja dan pantas dijadikan pasangan. Karena itulah meski dengan caranya masing-masing untuk menunjukkan diri, setiap jomblo terutama pada saat KKN harus benar-benar melakukan sesuatu yang berguna untuk menunjukkan dirinya memang bisa diandalkan.
Seperti salah seorang temanku yang awalnya adalah orang yang tidak suka mencuci piring sampai-sampai ketika bermain ke kosnya dan meminta makan harus mencuci piring terlebih dahulu. Namun, pada masa KKN ini ia benar-benar menjadi seseorang yang rajin mencuci piring. Dan trik itu membawa hasil. Dia telah memiliki pasangan di tempat KKN-nya. Kini berkat KKN ia bisa menutup masa jomblonya yang panjang.
Namun jomblo yang apes, atau jomblo yang memang tak layak dapat pasangan tentu juga akan kelihatan dalam KKN. Terutama para jomblo yang aslinya memang “menyedihkan”. Awal KKN mereka menunjukkan sikap baik dan rajin, tapi belakangan, karena tak kuat berpura-pura, muncul juga karakter aslinya. Namanya juga Kuliah Kerja Nyata, maka yang “nyata kerja” atau “nyata tak kerja” akan kelihatan dengan sendirinya, seberapa pun ahlinya mereka melakukan promosi dan pencitraan.
Jika demikian, jika para jomblo tak bisa memanfaatkan moment KKN sebagai ajang promosi sekaligus pembuktian, maka jangan salahkan muncul istilah yang kerap muncul dalam KKN: “Yang punya pasangan selingkuh, yang jomblo tetap jomblo.” (T)