SELEBRITI artinya orang terkenal, termasyur, tersohor. Untuk menjadi terkenal, banyak hal bisa dilakukan. Jika seseorang berbuat aneh-aneh, masuk dalam kategori pemecah rekor, dia pasti terkenal. Dia menjadi selebriti.
Tapi, apakah seseorang yang membunuh sadis orang lain, atau ayah yang menghajar anaknya, karena itu jadi terkenal, bisa digolongkan sebagai selebriti? Tenaga kerja wanita Indonesia yang bekerja di Malaysia, disakiti, dizalimi, lalu tergantung di lantai atas pintu apartemen hendak melarikan diri, menjadi terkenal, juga seorang selebriti?
Ada orang yang bersusah payah untuk bisa jadi selebiriti, biar termasyur. Banyak uang dikeluarkan, banyak siasat dipasang, tetapi tetap saja ia tak bisa terkenal. Ada orang yang tak pernah mimpi jadi orang beken, tiba-tiba terkenal, jadi buah bibir, karena terkubur hidup-hidup dalam runtuhan rumah setelah diguncang gempa, terselamatkan.
Media pekabaran mewartakannya sebagai sebuah keajaiban. Ada ratusan orang tewas dalam kecelakaan pesawat, namanya muncul di media pekabaran, terkenal. Apakah mereka selebritis?
Selebriti, masa kini, sering dikaitkan dengan artis, pemain sinetron, bintang film, penyanyi, pemusik. Mereka adalah orang-orang terkenal, karena memang suka pamer. Mereka berkutat dalam kegiatan kesenian, panggung hiburan.
Jika seseorang terkenal, namun tidak senang pamer, bukan dari kalangan artis atau kaum jetset, tidak dikelompokkan sebagai selebritis. Maka, muncul impian, kalau ingin jadi selebriti, terkenal, jadilah artis. Atau, kalau ingin beken, pamerlah!
Orang Bali sering disebut-sebut punya watak suka pamer. Banyak sekali kegiatan mereka yang menampilkan sosok diri, menunjukkan jika mereka sanggup melakukan sesuatu. Bermacam bentuk upacara adat dan keagamaan mereka acap memamerkan karya seni yang membuat orang lain berdecak kagum.
Jika orang-orang itu kemudian memuji-muji, semakin sok pamerlah orang Bali itu. Dari sinilah kemudian muncul pandangan, sesungguhnya orang Bali itu belog ajum, pengejawantahan dari watak senang dipuji dan senang menampilkan diri. Padahal, watak seperti itu tergolong belog (bodoh).
Karena orang Bali senang pamer, dan mereka jadi terkenal, dikagumi seluruh dunia, tidakkah ini berarti setiap orang Bali itu adalah selebriti? Miguel Covarrubias menyebut adalah seniman. Wisatawan, sosiolog, mengungkapkan, di Bali seni itu adalah kehidupan. Berkat kesenian itu orang Bali jadi termasyur. Karena itu, kesan setiap orang Bali adalah selebriti, bisa jadi sepenuhnya benar.
Banyak orang melakukan rekayasa untuk terkenal. Misalnya, dengan melakukan kegiatan yang gampang dijadikan gosip. Mereka menebar orang-orang untuk membumbui gosip itu, sehingga publik bergairah untuk melahapnya. Tetapi, orang-orang Bali tak perlu bersusah payah jadi terkenal.
Mereka dilahirkan di tanah yang memang tempat tumbuh subur kaum selebritis. Orang Bali itu, sejak lahir sudah selebriti. Mereka ditakdirkan untuk terkenal. Melakukan kegiatan sehari-hari, menghaturkan sesajen, menabuh gamelan, menjadikan mereka tersohor. Ditambah watak suka pamer, lengkaplah sudah mereka tumbuh menjadi selebritis.
Tentu tidak semua orang Bali senang atau sudi jadi selebritis. Tetapi, kebiasaan-kebiasaan leluhur yang mereka warisi hingga kini, telah “memaksa” mereka untuk jadi terkenal. Tidak semua orang Bali yang menghaturkan sesaji senang dipotret untuk dimuat di majalah atau untuk dijadikan post card. Namun, hal itu dianggap sebagai sebuah keganjilan.
Orang-orang itu dinilai tidak sudi memanfaatkan popularitas Bali untuk meraih keuntungan. Banyak orang datang ke Bali agar jadi terkenal, mengapa ada orang Bali tidak sudi termasyur?
Beruntunglah Bali, jika ada warganya yang tidak suka disebut selebriti. Itu pertanda, masih ada krama Bali yang tidak suka pamer. (T)