9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kemiskinan dan Upacara, Mendapat dan Memberi

Gde Aryantha SoethamabyGde Aryantha Soethama
February 2, 2018
inOpini

Ilustrasi: Dek Omo

175
SHARES

KEMISKINAN, di Bali, bisa berarti sebuah upacara. Warga Desa Trunyan di Desa Kintamani, Kabupaten Bangli, sebelum berperilaku menjadi manusia miskin melakukan ritus kecil: membakar kemenyan, dan konon, mereka menatap ke arah mana asap meliuk dijemput angin. Jika asap bergerak ke tenggara, ke sana mereka berbondong mengemis. Tentu, asap tak akan pernah cuma berputar-putar di sekitar pemujaan, karena mana mungkin mereka menjadi pengemis di desa sendiri nan miskin?

Sudah pasti ini dongeng kuno dari desa di tepi Danau Batur itu. Namun berabad-abad mereka melakoni mitologi itu dengan tekun dan yakin, bahwa menjadi pengemis adalah perintah dewa, kesempatan untuk belajar sebagai manusia melarat, yang gampang dihina. Sebuah ruang untuk mendalami rasa nista, sehingga pada akhirnya seseorang tidak perlu merendahkan martabat orang lain, karena pernah langsung mengalami sebagai manusia sengsara.

Sesungguhnya setiap manusia itu miskin, sekaligus kaya, karena mereka cuma membutuhkan zat secukupnya untuk hidup. Cukup, tak usah berlebih. Seperti juga setiap orang adalah derita, juga bahagia. Dan orang-orang Trunyan itu tak pernah sudi disebut sebagai peminta-minta. Mereka miskin, memang, tapi selalu menukar hasil bumi – kacang-kacangan atau kentang, dengan beras atau uang. Mereka menyebutnya sebagai maurup-urup, kegiatan dan proses tukar menukar. Ini bisa bermakna belajar menukar bahagia dengan nestapa, menukar punya dengan tiada, sanjungan dengan hinaan, sukses dengan kegagagalan, keyakinan dengan galau. Mereka tak menyebutnya sebagai barter, karena di situ tidak terjadi tawar menawar. Yang mereka lakoni adalah mempelajari takdir, keikhlasan menerima, kebahagiaan mendapat, dan ketulusan memberi.

Hampir semua orang Bali, dulu, adalah petani. Mereka hidup dari zat yang diberi oleh tanah, dilimpahkan oleh awan, hujan, angin. Kebahagiaan di zaman itu ditakar dari panen yang berhasil, tidak dari kepemilikan barang elektronik, mobil, atau tiket pesiar. Jika membantu sanak saudara atau kerabat adalah mengambil dan membagi bersama-sama beban pekerjaan, sehingga tak ada seorang pun yang membanting tulang kalau cuma untuk makan. Mereka tidak terbiasa memberi sesuatu langsung kepada tetangga, karena itu berarti pernyataan si pemberi merasa lebih kaya. Bagi mereka, sesama petani, tak ada yang lebih miskin, tak jua ada yang lebih kaya. Karena itu kesetaraan terjaga, ketimpangan pun terhindarkan.

Kebiasaan tidak memberi boleh jadi terbawa-bawa hingga kini. Orang-orang pun akhirnya juga terbiasa tidak mendapat sesuatu secara cuma-cuma. Mungkin itu sebabnya orang Bali tak mengenal ucapan “terimakasih”, kata yang lazim terlontarkan ketika dua pihak memberi dan menerima. Mereka akhirnya cuma paham tentang menghaturkan, sesuatu yang harus dilepas untuk siapa saja yang kedudukannya lebih tinggi, bagi Yang Maha Kuasa, untuk penguasa, buat yang berkuasa. Memberi pun selalu dalam konteks mempersembahkan. Kendati agama yang dianut orang Bali mengamanatkan bersedekah untuk kemiskinan, mereka tak pernah memandangnya sebagai kewajiban hidup. Bersedekah cuma ada dalam teks dan lisan, tidak dalam perilaku.

Memberi selalu dianggap sakral. Yang suci, luhur, selalu berada di atas, sehingga memberi demi kesucian itu senantiasa bermakna vertikal, tidak berarti demi sesama. Orang Bali menganggap, ketika mereka mendapat sesuatu, ditentukan sepenuhnya oleh yang di atas. Mengungkapkan rasa terima kasih pun untuk yang tinggi. Pemberian terbaik, terpenting, termegah, adalah untuk Yang Maha Tinggi. Tak heran, pemberian untuk sesama pun terlupakan, karena setiap orang sibuk mencari, gigih untuk mendapat, guna kemudian diberikan kepada yang tinggi.

Yang tinggi itu tak selalu Hyang Widhi atau dewa, juga pitara, leluhur, nenek moyang. Mereka maya, tetapi ada, yang dalam urusan memberi justru menjadi lebih nyata tinimbang memberi buat lingkungan yang miskin, tertatih-tatih menunggu sedekah dan pertolongan. Ketika banyak mendapat, banyak pula harus diikhlaskan demi niskala, sehingga yang maya menjadi sangat penting dan mutlak, sementara yang nyata dibiarkan terbengkalai.

Sebagian besar orang Bali menyadari kekeliruan ini, namun tetap saja sedekah untuk fakir miskin langka. Berderma tak dianggap perilaku membahagiakan. Memberi demi batara jauh lebih penting tinimbang memberi demi kemanusiaan. Tanggungjawab siapa anak-anak putus sekolah, yatim piatu, orang uzur terlunta-lunta, atau mereka yang bisu tuli dan tunanetra? Orang Bali punya jawabannya: semua itu urusan masing-masing keluarga, bukan urusan masyarakat, bukan beban penguasa atau pemerintah.

Bali sering berurusan dengan banyak hari raya, otonan untuk ilmu pengetahuan, lingkungan, untuk uang, pohon, ternak, benda-benda pusaka atau kesenian. Tapi Bali tak punya hari suci khusus untuk berderma, tak mengenal hari tumpek atau otonan untuk bersedekah. Di Bali, kemiskinan dengan kekayaan, rezeki dan derma, tak punya kaitan, tak ada ikatan. (T)

Tags: balikemiskinanupacara
Previous Post

Stop Ajeg-kan Bahasa Bali!

Next Post

Bumi yang Tersedak Plastik

Gde Aryantha Soethama

Gde Aryantha Soethama

Dikenal sebagai wartawan kawakan, penulis esai dan cerpen. Bukunya Bolak Balik Bali ditetapkan sebagai buku nonfiksi terbaik oleh Pusat Bahasa (2006). Kumpulan cerpennya Mandi Api meraih penghargaan Khatulistiwa Literary Award (2006). Tahun 2016 diberi penghargaan Kesetiaan Berkarya oleh Kompas.

Next Post

Bumi yang Tersedak Plastik

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more

ORANG BALI AKAN LAHIR KEMBALI DI BALI?

by Sugi Lanus
May 8, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

— Catatan Harian Sugi Lanus, 8 Mei 2025 ORANG Bali percaya bahkan melakoni keyakinan bahwa nenek-kakek buyut moyang lahir kembali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co