30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kupang Pesta Monolog 2016: Teater dan Perubahan Sosial

Silvester Petara HuritbySilvester Petara Hurit
February 2, 2018
inUlasan

Istimewa

479
SHARES

JUDUL tulisan ini merupakan tema diskusi Kupang Pesta Monolog yang coba menggali daya vital teater dan perannya dalam kehidupan konkret (aktual). Bahwa teater sebagai seni paling kompleks memiliki daya gedor yang sejak zaman purba diyakini menjadi alat transformasi manusia dan masyarakat. Dan kerja besar teater, dalam segala keterbatasan, mulai tumbuh dan menapak lewat sajian 7 karya pertunjukan di Aula F-Square Jl. Shoping Center Fatululi Kupang, Jumat-Sabtu, 11-12 Maret 2016.

Teater (monolog) sebagai sebuah proses kreatif ditentukan oleh rekam jejak seniman kreator dalam mencerap realitas. Yang sudah jauh berjalan tentu menyimpan khazanah pengalaman, kepekaan dan kemampuan menghadirkan karya yang bernas bertenaga termasuk bagaimana membaca, mengolah persoalan, memberinya bobot refleksi dan menyajikannya dalam totalitas komunikasi pertunjukan. Sehingga yang dihadirkan bukan sekedar cerita tentang tekanan hidup, kegilaan, carut-marut, kesakitan, luka-luka sosial dan kemanusiaan melainkan lebih dari itu memperlihatkan sesungguhnya wajah buruk, penyakit, luka, borok dan nanah kehidupan.

Abdy Keraf misalnya melalui Monologia Tubuh Yang Palsu menularkan sejenis rasa frustrasi terhadap aneka bentuk basa-basi kesantunan, menghina kemunafikan dan segala omong kosong kepalsuan dengan mempertahankan tensi emosi yang monoton datar demi menggiring penonton pada kondisi ketegangan. Abdy dengan stamina yang agak terkuras coba menebarkan cekaman psikologis demi penciptaan kondisi dramatik pentas.

Target serupa walau dengan tempo dan irama yang lebih lamban dan berat, coba diraih oleh aktor Galuh Tulus Utama lewat Hati Yang Meracau karya Edgar Alan Poe. Ketakutan dan halusinasi dibaurkan Galuh lewat sekian jerit dan gemetar ceracau demi memberi efek psikologis dari kompleks realitas skizofrenik. Mata ayah oleh tokoh anak menjelmah seperti mata burung pemangsa yang mengancam. Kehidupan jadi demikian ringkih dan kikuk oleh obyektifkasi mata kekuasaan yang represif dan berdaya membunuh.

Eka Putra Ngalu dari teater KAHE Maumere yang membiarkan teksnya tumbuh liar dalam “Laki-Laki” memperlihatkan pribadi yang tidak sungguh-sungguh ‘menjadi’. Tokoh laki-laki terperangkap dalam ruang hidup yang serba tanggung. Ketegangan antara mimpi dan kenyataan, mitologi dan realitas faktual membuatnya menjadi figur yang ambigu bahkan mati ketika tak mampu mewujudkan mimpi-mimpinya.

Sajian “Kronik Perempuan” yang dibawakan oleh Dian Santji Muskanan dan “Perempuan Biasa” oleh Linda Tangie menyoal keperempuanan yang tersaruk dalam beban kultur dan stigma khas budaya patriarkhi. Lanny Koroh sebagai sutradara menyuntikkan kegelisahan dan pembacaan ulang identitas dan eksistensi kaumnya untuk dibuahi dalam pergulatan kreatif kedua aktor tersebut. Walau gagasan, pengolahan batin dan emosi belum menubuh dalam totalitas penampilan aktor namun ada satu hal menarik bahwa Lanny menjadikan teater sebagai media untuk menegaskan otoritas individualnya terhadap dominasi medan sosial kebudayaan (patriarkat).

Sementara pentas “Kesurupan” Teater Price yang disutradarai Jhon Tubani merupakan pentas yang terlampau jujur menyajikan kekalapan dalam meraih tambatan makna dan orientasi hidup generasi muda saat ini. Tradisi yang jadi kiblat hari kemarin telampau koyak untuk diraih. Alih-alih memberi harapan, masa kini dan masa depan jadi lebih membingungkan. Realitas lantas dipersepsi sebagai alam kesurupan. Tempat mimpi, ketakutan, kegilaan dibiarkan bertumpuk bagai timbunan barang rongsokan.

“Rekonstruksi Tubuh Dalam Harmonisasi” yang dibawakan oleh Nona Jokaho dan Carolus Djama menjadi teks yang tidak luruh-padu antara gerak dan musik. Penghadiran laki-laki dan perempuan sebagai pasangan hidup seturut kodrat alam akhirnya tidak menggumpal kuat pesan dan maknanya. Gagasan yang tidak menemukan bentuk matang perwujudan pentas akibat dipaksakan untuk hadir sebelum diracik dan dimasak matang dalam dapur persenyawaan proses penciptaan.

TUJUH karya di Kupang Pesta Monolog 2016 dalam ‘kementahan’, keterbatasan dan kekurangannya, mencuatkan carut-marut realitas politik, ekonomi, sosial, budaya di dunia keseharian yang tampak lebih kaya dan mencengangkan oleh kekuatan dramatik teater. Gagasan disemai dan dihidupkan lewat tubuh, pikiran dan batin aktor sehingga memiliki getar, daya dan aura. Menebarkan cekaman dan daya gedor tertentu.

Realitas sosial yang dihidupkan mendapat bentuk, isi dan nyawa dalam subyek aktor merupakan kekuatan perubahan yang lebih mendalam karena berakar pada pemahaman dan penghayatan diri aktor. Dengan demikian kegelisahan lebih mengakar dan menagih untuk ditularkan dalam jaring komunikasi kerja kreativitas teater.

Gagasan dan model perubahan teater efektif dan masif karena berposes ke dalam dan menebar keluar dalam multi-ungkap bahasanya, selain di ditopang oleh kekuatannya sebagai tontonan langsung. Dengan mengambil peran/karakter tokoh tertentu, subyek aktor, meminjam Constantin Stanislavsky, “menghidupkan pengalaman personalnya yang memiliki kesamaan dengan kondisi/situasi sang tokoh”.

Pada titik ini, problem sosial, ketimpangan ekonomi, penelantaran budaya, praktek buruk kehidupan politik, kejahatan korupsi, kolusi dan nepotisme, watak korup para penyelenggara pemerintahan menjadi medan subur pergulatan teater demi mempreteli dan memperlihatkan penyakit mental, sosial dan kemanusiaan yang mendera kehidupan kita.

Kiranya apa yang telah dimulai oleh Ragil Sukriwul, Dominggus Elcid Li dan para pecinta teater di Kupang dapat dipandang sebagai geliat kebudayaan yang berarti di tengah absennya event teater di bumi NTT. Perlu didukung demi perubahan NTT ke arah yang lebih baik dan bermartabat. (T)

 

Tags: KupangMonologTeater
Previous Post

Jika Orang Bali Menjual “Due”

Next Post

Razia Warung? Ah, Saya Selalu Sukses Puasa Dikurung Warung

Silvester Petara Hurit

Silvester Petara Hurit

Esais, Pengamat Seni Pertunjukan. Tinggal di Lewotala Flores Timur.

Next Post

Razia Warung? Ah, Saya Selalu Sukses Puasa Dikurung Warung

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co