11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Korupsi di Indonesia = Tradisi Buang Sampah?

Raudal Tanjung BanuabyRaudal Tanjung Banua
February 2, 2018
inOpini

Ilustrasi: Dek Omo

68
SHARES

SEBUAH analog yang saya anggap pas untuk menggambarkan budaya korupsi di Indonesia adalah tradisi buang sampah sembarangan. Meski lingkungan jadi kotor, menghilangkan rasa nyaman, merusak pandangan mata dan mengganggu kesehatan, tapi, adakah yang benar-benar peduli? Setiap saat sampah tercecer, setiap waktu sampah dihamburkan. Jadilah kita bertemu sampah di mana-mana: di jalanan, taman, pasar, tanah kosong sampai bantaran sungai. Tak peduli seberapa gencarnya himbauan untuk tidak buang sampah sembarangan, dengan plang besi bertulisan besar-besar: DILARANG BUANG SAMPAH! Toh, tak ada yang benar-benar peduli.

Yang memprihatinkan, para pembuang sampah tak bisa lagi diidentifikasi sebagai si A atau si B, tapi sudah mencakup semua orang. Orang dewasa, remaja maupun anak-anak, baik di lingkungan keluarga, sekolah, RT/RW atau kantor; dari orang miskin sampai orang kaya. Tingkat pendidikan, profesi maupun status sosial tak memberi jaminan cara hormat memperlakukan sampah. Tak heran, gampang ditemui sebuah mobil licin mengilap, ketika melaju atau berhenti di lampu merah tiba-tiba jendelanya terbuka, lalu,”sreek!”, sampah—apakah sekedar bungkus jajan, puntung rokok atau botol minuman—melayang dari sana. Pengemudi atau penumpangnya yang necis, gagah dan cantik, tanpa rasa bersalah kembali menutup kaca, menikmati kendaraannya yang adem-sejuk.

Membuang sampah bukan dosa, rupanya itulah psikologis masyarakat Indonesia secara umum. Dosa terlanjur identik dengan hal-hal besar yang dianggap langsung merugikan orang lain. Sementara buang sampah—meskipun jelas merugikan orang lain—tapi efeknya tak langsung terasakan. Tak heran, di kalangan agamawan pun, urusan buang sampah tak pernah dibicarakan. Khotbah di mimbar atau podium, jarang sekali menyeru supaya umat menjaga lingkungan dari ancaman sampah yang dibuang sembarangan. Itu dianggap tak penting, dibanding misalnya dengan cara halal memburu rezeki. Di kalangan orang tua, penekanan soal sampah kepada anak-anak juga jarang dilakukan, seolah itu pengalaman alamiah yang akan mereka dapatkan dengan sendirinya kelak. Padahal ternyata tidak.

DI sekolah dan kantor keadaannya toh setali tiga uang. Jika pun ada upaya menjaga lingkungan sekolah atau kantor dari serbuan sampah, hanya sebatas lingkungan kecil itu saja. Tak ada pemahaman sinergis bahwa tempat-tempat lain juga wajib dijaga kebersihannya. Rupanya pula, di kalangan masyarakat kita, keinginan untuk tampil bersih dan menikmati lingkungan yang nyaman, hanya berhenti pada diri sendiri atau lingkungan terdekatnya. Tak ada bentuk keterhubungan secara ekologis.

Seseorang ingin rumahnya bersih, maka sampah-sampah di rumahnya bisa ia buang ke selokan. Tak ada urusan, asal rumahnya nyaman. Ia ingin mobilnya bersih, maka ia buang saja sampahnya di jalan. Toh yang ia pikirkan mobilnya, bukan jalan. Padahal, setiap hari, dari rumahnya yang bersih sampai ke kantornya, ia meluncur di atas mobilnya melewati selokan mampet dan jalan yang sama tempat ia biasa buang sampah. Tapi tak ada rasa risih sedikit pun, karena pemahaman lingkungan sudah terkotak-kotak hanya sebatas ruang privat dan lingkungan luar. Lingkungan bukan lagi dipahami sebagai satu kesatuan yang saling mendukung. Inilah ironi manusia modern.

CELAKANYA, tak ada rintisan jalan keluar. Himbauan “Jangan buang sampah sembarangan” melingkar-lingkar hanya sebagai slogan menahun, tapi minim solusi. Jarang kita temukan tempat sampah memadai di tempat umum, jangankan yang memenuhi standar pemilahan sampah, tong sampah standar pun tak selalu ada. Di bantaran sungai memang diumumkan “Dilarang Buang Sampah”, tapi tetap saja masyarakat melempar bingkisan kreseknya.

Karena persoalannya, pengelolaan sampah dari pemerintah dan masyarakat pun minim. TPA terbatas, petugas kebersihan kurang diapresiasi, teknologi pengelolaan sampah tidak tepat guna (bahkan dianggap tak sepenting membeli ratusan pesawat atau promo Mobil Esemka). Tak heran kota-kota kita keteteran dalam sampah dan limbah. Bandung dan Jakarta yang penuh sampah, hanya contoh, kota-kota lain tak kalah parah menanggung bom waktu gunungan sampah. Toh Penghargaan Adipura terus ada, mudah-mudahan memang milik kota yang berhak, sebab dalam sejarahnya tempo doeloe, Adipura kerap jadi piala pura-pura: pura-pura bersih, pura-pura manusiawi….

SEMENTARA itu, di sisi lain, sosok yang terlibat korupsi dari hari ke hari kian beragam, dari berbagai kalangan dan latar belakang. Melihat hal ini, saya kok beranggapan korupsi juga sudah menjadi budaya “tanpa dosa” sebagaimana tradisi buang sampah. Di kalangan masyarakat kita, baik tradisional maupun modern, upaya menyelipkan komisi atau sekedar tip bagi partner kerja biasa dilakukan. Dalam masyarakat Jawa, sebagaimana disitir budayawan Ahmad Tohari, ada “hak palunggu”, yakni hak kekuasaan untuk mendapat jatah atau upeti dari rakyat yang dipimpinnya. Hak tersebut diperoleh tanpa rasa bersalah karena memang dianggap hak yang sah. Di dalam tatanan masyarakat lainnya, disadari atau tidak, mungkin juga ada nilai semacam itu.

Dalam kehidupan masyarakat modern, hak-hak salah kaprah itu lebih menggila lagi. Sebuah perusahaan yang ikut tender, lazim memberi “fee” sekian persen untuk pemberi tender. Tim sukses kepala daerah dianggap wajar mendapat proyek ketika sosok yang didukungnya menang pilkada. Supaya anggaran belanja daerah diketok-palu oleh pimpinan dewan, eksekutif merasa wajib memberi amplop kepada legislatif. Di dalam birokrasi, anggaran kegiatan biasa dipotong sekian persen (di luar pajak) untuk jatah kepala dinas atau pihak terkait. Dan alangkah banyak contoh sejenis yang tak mungkin diabsensi satu-persatu. Yang mengerikan, semua berlangsung wajar, selayaknya prosedur legal.

SUKAR menyimpulkan apa yang sesungguhnya terjadi. Tinimbang mengulang pernyataan bahwa ini zaman edan alias kala yuga, saya lebih tertarik mengingat instalasi seni karya Afrizal Malna yang berkolaborasi dengan Beeri Berhard dan Joseph Praba di Solo (1995) berjudul Hormat dan Sampah. Judul yang paradoks, memang, sebagaimana instalasi itu sendiri bercerita tentang kehormatan yang rapuh di tengah sampah kemunafikan.

Lihatlah, mengapa publik, termasuk jurnalis, misalnya, masih menyebut “anggota dewan yang terhormat” padahal kebanyakan dari mereka terang-terangan menyakiti hati rakyat? Atas nama studi banding, mereka hamburkan uang negara yang nyatanya tak lebih untuk piknik. Hasrat hidup mewah kian menjadi di tengah rakyat yang melarat. Anggaran bocor di mana-mana. Kini akan mereka dirikan Perpustakaan Terbesar di Asia Tenggara di kompleks Senayan. Apa iya mereka suka membaca? Perpustakaan yang selama ini ada, kabarnya tak pernah mereka masuki. Toh semua mereka anggap biasa, ringan seolah buang sampah sehari-hari, di mana masyarakat juga tampak tak mau peduli. Sebagian lagi diam tak berdaya.

Di tengah situasi inilah, Hormat dan Sampah masih relevan. Suatu situasi di mana kehormatan seseorang mendadak bisa menjadi sampah, ketika ia patuh pada naluri uang dan kuasa; tapi sampah juga bisa mengangkat martabat seseorang ketika ia bisa mengelola sampah-sampah itu sehingga lingkungan dan dirinya jadi sehat lahir-batin. Maka kelola sampahmu karena itu menyangkut kehormatanmu! (T)

Tags: KorupsiSampah
Previous Post

Untuk Mahasiswa Akhir – Inilah Tips Super Bikin Skripsi jadi Lancar

Next Post

“Saya Tak Bisa Seperti Tohari,” kata Seno Gumira Ajidarma

Raudal Tanjung Banua

Raudal Tanjung Banua

Lahir di Sumatera Barat, pernah merantau ke Bali dan kini tinggal di Yogyakarta. Menulis cerpen dan puisi sembari mengelola Komunitas Rumah Lebah, Penerbit Akar Indonesia, dan Jurnal Cerpen Indonesia.

Next Post

“Saya Tak Bisa Seperti Tohari,” kata Seno Gumira Ajidarma

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co