HARI menjelang senja, Sepeda motor saya melaju lebih kencang dari biasanya. Menyusuri hiruk pikuknya jalan Gatot Subroto dari jalan raya Canggu yang terkenal dengan kemacetan gilanya, sembari mendengarkan “Senja di Ambang Pilu”, menyelip di celah-celah mobil, berharap tidak terlambat untuk sampai di salah satu coffee shop daerah Utara pinggiran Kota Denpasar.
Kala itu, Minggu, 17 November 2024, Danilla Riyadi menjalankan Tur untuk album terbarunya bertajuk “Telisik Lagi’’ yang salah satunya bertandang ke Bali. Seperti judul albumnya, Danilla ingin menelisik lagi album pertamanya yang ia release di awal karirnya. Di beberapa podcast yang saya dengar, salah satu alasan Danilla me-remake album pertamanya yaitu “telisik” adalah karena ingin merayakan 10 tahun kelahiran ’’anak pertama” dengan me-release dan mengaransemen ulang sebagai bentuk dari hasil proses berkembangnya musik Danilla Riyadi yang ia lalui selama 10 tahun berkarya. Kemudian, apa yang kini harus saya telisik lagi pada album ini?
Ahh sial, dari pintu masuk coffee shop sudah terdengar intro yang sering saya dengar di platform musik, saya pun panik dan bergegas untuk menukarkan e-ticket yang yang ada di handphone saya. Melewati pintu masuk saya melihat penonton sudah ramai mengelilingi panggung, saya bergegas mendekat berharap bisa duduk di Bean Bag yang ada di sisi depan panggung.

Sumber_ https___www.instagram.com_danillariyadi (1)_page-0001
Konsep yang dibawa pada tur tersebut menurut saya cukup menarik. Coffee Shop yang biasa saya datangi untuk acara gigs musik, seketika berubah menjadi seperti kita mampir ke rumah Danilla Riyadi. Di sekitar panggung ada beberapa foto tuan rumah yang dipajang pada meja kecil dengan ditemani beberapa cemilan di dalam toples yang bisa diambil dan dinikmati pengunjung. Stage juga di dibuat tanpa leveling, membuat pertunjukan terasa jauh lebih intim, dekat dengan Danilla dan album barunya.
Terakhir kali saya menonton secara live penampilan Danilla Riyadi mungkin beberapa tahun sebelum pandemi. Tetap dengan pembawaan yang sangat santai, kini, suara Danilla lebih stabil, pastinya dengan aransemen baru di album ini membuat membuat saya sangat menikmati pertunjukan pada malam itu dan turut merasakan hasil dari proses 10 tahun ia berkarya. Di sepanjang penampilannya saya tak bisa berhenti tersenyum. Mungkin kalau saat itu saya ada kesempatan berkaca, wajah saya turut memerah kagum.
Lagu terakhir dilantunkan. “Senja di Ambang pilu” jadi lagu yang paling saya sukai di album tersebut, saya masih merinding kagum mendengarnya. Penampilan Danilla dengan album barunya saat ini membuat saya menelisik kembali tentang alasan saya sangat menyukai Danilla Riyadi. Style-nya, suaranya, atau gaya bermusiknya? Entahlah. Tapi, saya jadi ingat pertama kali mendengar nama Danilla Riyadi di salah satu siaran radio ketika menunggu makanan di sebuah warung makan dan sejenak konsentrasi saya tertuju pada suara siaran radio tersebut. Siapa wanita yang bernyanyi dengan nada suara rendah tapi masih terdengar sangat lembut dan santai ini? Dan ternyata lagu “Ada Disana” milik Danilla Riyadi. Pada saat itu juga saya mulai tertarik untuk mendengarkan seluruh lagu di albumnya.
Oh iya, sebelum lagu terakhir dinyanyikan, saya mendengar bahwa mereka membawa beberapa rilisan fisik vinyl Danilla yang belum resmi di-release di pasaran. Saya hampir lupa dengan salah satu tujuan untuk datang kemari.

Sumber_ https___www.instagram.com_danillariyadi_page-0001
Ketika semua orang mengantre untuk berfoto dengan Danilla Riyadi, saya sibuk mencari tempat untuk mendapatkan rilisan fisik vinyl album “Telisik (Lagi)”. Ketika saya hampir menyerah untuk menemukan tempat pembelian vinyl tersebut, saya melihat seseorang yang dikerumuni beberapa orang dan menyodorkan handphone-nya ke orang tersebut. Dengan rasa penasaran sayapun mendekat dan bertanya. Ternyata orang-orang berkerumun untuk meminta nomor rekening untuk membeli vinyl yang tersedia sangat limited itu. Beruntungnya saya hari itu, saya adalah orang terakhir yang mendapat vinyl tersebut, hehehe.
Tur ini ditutup dengan sesi tanda tangan dan foto bersama Danilla Riyadi dengan pengunjung. Mlam itu, saya pulang dengan dada yang penuh, seperti ada bunga yang mekar memenuhi seluruh rongga paru-paru saya. Bahagia sekali.

Vinyl Danilla Riyadi
Bagi saya yang hanya seorang penikmat musik dan melihat kembali dari awal karir musik Danilla Riyadi, saya merasakan bagaimana perbedaan pada album keempat Danilla. Detail suara yang lebih tegas, penambahan lapisan instrumen dan remastering yang pastinya lebih baik tanpa meninggalkan rasa yang sudah terbangun pada album pertama membuat album keempat ini terasa lebih “selesai” bagi saya. Album ini seperti benar-benar anak yang Danilla lahirkan lalu ia peluk sepenuh hati.
Selamat untuk lahir kembalinya album “Telisik (Lagi)’’. Saya rasa, kekaguman saya dengan album ini masih sama dan bahkan lebih ketika mendengarkan album “Telisik” yang release 10 tahun yang lalu. [T]
Penulis: Bau Mahendra
Editor: Adnyana Ole
- BACA JUGA: