SETELAH 6 bulan, sejak Agustus 2024, guru tamu dari Jepang, Kumiko Sensei, menjadi relawan di SMA Negeri 2 Kuta, tibalah saatnya pada Senin, 17 Februari 2025 berpisah. Kumiko Sensei bertugas di SMA Negeri 2 Kuta dan SMA Negeri 1 Kuta melalui skema program Nihinggo Partner. Tugasnya di kedua sekolah itu adalah menjadi pendamping bagi guru Bahasa Jepang.
Dalam konteks pembelajaran kini, inilah yang disebut kolaborasi berbasis kebinekaan global dalam terminologi Profil Pelajar Pancasila era Mendikbud Ristekdikti, Nadiem Makarim yang mengembangkan Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka dengan Merdeka Belajar tampaknya kini dievaluasi. Frase “Merdeka Belajar” pun jarang digaungkan padahal saat Program itu lagi tranding topic, kaos berlogo “Merdeka Belajar” aneka warna marak menghiasi setiap pelatihan, lebih-lebih bagi penyelenggara Program Sekolah Penggerak (PSP).
Seorang teman di Sekolah Penggerak mengaku, punya 10 kaos berlogo “Merdeka Belajar”, ada yang berwarna putih dan hitam (berkerah dan oblong). Kini, Program itu tinggal kenangan. “Sedang enak-enaknya melaksanakan PSP, eh tiba-tiba dihentikan. Ibarat makan, sedang enak-enaknya, dihentikan,” keluh seorang guru dari penyelenggara PSP yang selama 3 tahun terakhir keluar masuk hotel tanpa pandang hari libur atau hari minggu.
Sebagai Plt. Kepala Sekolah di SMA Negeri 2 Kuta, gema PSP memang tidak terasa karena bukan penyelenggara PSP. Namun, gema Kurikulum Merdeka dengan Projek P-5 sangat terasa dan kuat. Di tengah situasi itulah, SMA Negeri 2 Kuta menerima Kumiko Sensei sebagai guru tamu.

Lukisan wajah Kumiko Sensei | Foto: Nyoman T
Dalam sambutannya, mengakhiri tugas di SMA Negeri 2 Kuta, Kumiko Sensei menyampaikan kesannya dengan penuh rasa haru dalam Bahasa Indonesia berbalut Bahasa Bali. “Saya sangat senang di sini. Orangnya ramah-ramah. Suatu saat nanti, saya ingin kembali ke sini, ke SMA Negeri 2 Kuta. Terima kasih. Suksma, Om Shanti, Shanti, Shanti, Om”, kata Kumiko Sensei menunjukkan kepiawaiannya menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Bali.
Kumiko Sensei juga menggugah keluarga besar SMA Negeri 2 Kuta untuk bisa berkunjung ke Jepang. “Semoga bisa berkunjung ke Jepang suatu saat nanti”, demikian kata Kumiko Sensei mengundang dengan penuh rasa persahabatan. Pernyataan Kumiko Sensei itu memberikan petunjuk bahwa persahabatan antarbangsa adalah sebuah keniscayaan pada era globalisasi kini.
Sebagai anak muda dengan pikiran yang visioner, Kumiko Sensei mengajak kita untuk melupakan masa kelam dulu, sejarah penjajahan Jepang di Indonesia yang terkenal dengan kerja paksa yang disebut romusha. Saya pikir, Pendidikanlah yang mencerahkannya, untuk menghapus memori negatif Jepang di mata orang Indonesia, lebih-lebih Bali yang banyak menerima limpahan wisatawan dari Negeri Matahari terbit itu.
Tanpa disadari, Kumiko Sensei adalah duta budaya yang macarang uga (masambilan) sebagai diplomat budaya Jepang bagi Indonesia, terutama Bali. Hal ini mengingatkan saya pada buku berjudul Identitas Lintas Budaya Jepang : Jejak Jepang dalam Teks Sastrwan Bali, karya I Nyoman Darma Putra. Di buku itu, Darma Putra antara lain menunjukkan keterhubungan Bali-Jepang dalam karya sastrawan Bali, dengan penjajahan seumur jagung di Indonesia (baca : Bali) ternyata mampu menggedor imajinasi sastrawan Bali.
Berbeda dengan Belanda yang menjajah selama 3,5 abad, tetapi jejak sastrawan Bali dengan Belanda nyaris tiada. Mengapa?
Pertama, kedisiplinan Jepang membentuk karakter Indonesia yang diwarisi hingga kini dalam bentuk apel bendera dengan aneka perayaan sejak Januari hingga Desember dalam aneka ritual serimonial. Bahkan perayaan demikian terus bertambah, seiring dengan suksesi kepemimpinan.
Kedua, hubungan Bali-Jepang terbangun melalui jembatan pariwisata budaya yang dikembangkan Bali. Jembatan itu diperkuat dengan pendidikan melalui Kurikulum Bahasa Jepang sebagai Bahasa asing pilihan. Sejauh ini, Bahasa Belanda di jenjang Pendidikan Menengah belum menjadi pilihan siswa Indonesia umumnya, dan Bali khususnya. Namun, Bahasa Jepang menjadi pilihan Bahasa asing populer SMA di Bali, selain Bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional.

Salam perpisahan Kumiko Sensei dengan guru dan siswa | Foto: Nyoman T
Kehadiran Kumiko Sensei sebagai guru tamu di SMA Negeri 1 Kuta dan SMA Negeri 2 Kuta memberikan banyak manfaat bagi kedua sekolah, sebagaimana dikatakan Lilis Sugiarti guru Bahasa Jepang di SMA Negeri 1 Kuta.
Pertama, siswa yang belajar Bahasa Jepang senang dapat berinteraksi dengan native speaker dan banyak membantu guru dalam mengembangkan kemampuan komunkasi dalam Bahasa Jepang. Jadi, guru dan siswa terbantu dalam pembelajaran kolaboratif yang menyenangkan untuk menyerap dua kebudayaan yang berbeda secara konvergensi.
Kedua, bisa bertukar gagasan tentang proses pembelajaran, melalui refleksi bersama pada akhir pembelajaran. Proses refleksi ini melibatkan guru Bahasa Jepang di kedua sekolah, Kumiko Sensei, dan siswa. Semangat yang dibangun adalah semangat untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus sekaligus memotivasi para siswa mempelajari Bahasa Jepang dan kebudayaannya. Dengan demikian, diharapkan tidak terjadi distorsi informasi baik secara linguistik maupun secara kulutural. Metode ini menjadi jembatan penghubung secara humanis bagi diplomasi Indonesia – Jepang secara mutualistik.

Penyerahan kenang-kenangan dari SMAN 2 Kuta kepada Kumiko Sensei
Kehadiran guru tamu Jepang di sekolah-sekolah Indonesia ini diinisiasi oleh Pemerintah Jepang melalui Program Nihonggo Partners, sejak 2014. Nihonggo Partner adalah program pemerintah Jepang untuk mengirimkan penutur asli Bahasa Jepang ke Lembaga Pendidikan di ASEAN termasuk di Indonesia. Tujuannya meningkatkan kompetensi Bahasa Jepang siswa dan memperluas wawasan mereka tentang budaya Jepang.
Program ini juga mendapat apresiasi positip dari Kemendikbudristekdikti sejak awal pelaksanaan melaui Japan Poundation di Jakarta. Program ini juga mengundang dan memfasilitasi guru Bahasa Jepang dari Indonesia untuk belajar di Jepang memperdalam bahasa dan kebudayaannya selama beberapa minggu. Harapannya kompetensi Bahasa Jepang siswa Indonesia meningkat dan berguna dalam mempererat hubungan kedua bangsa, selain memperluas jejaring guru dalam hubungan bilateral kedua negara.
Oleh karena program Nihonggo Partner berdampak positip bagi Indonesia, keberlanjutan sangat dinantikan pada masa-masa yang akan datang dengan melibatkan lebih banyak lagi peserta sehingga keterjangkauannya makin meluas hingga SMA-SMA di pelosok. Harapan itu disampaikan juga Verayuni guru Bahasa Jepang dari SMA Negeri 2 Kuta yang sudah datang dari Jepang untuk belajar selama 2 minggu pada akhir 2024. “Program Nihonggo Partners memberikan pengalaman baru bagi guru dan siswa berinteraksi dengan native speaker Jepang. Belajar Bahasa Jepang langsung dari orang Jepang”.
Penilaian demikian juga disampaikan oleh Ari siswa Kelas XI.F.3 SMA Negeri 2 Kuta. “Kumiko Sensei sangat baik dalam mengajar. Ia juga memberikan motivasi pada siswa untuk selalu bersemangat belajar Bahasa Jepang. Bila salah dalam ucapan dan menulis dalam huruf Hiragana, Kumiko Sensei, menuntun sampai mahir dengan humanis dan mahir. Sungguh menyenangkan,” kata Ari yang memberikan testimoni saat perpisahan di Laboratorium Bahasa SMA Negeri 2 Kuta.

Suasana haru perpisahan Kumiko Sensei dan siswa | Foto: Nyoman T
Plt. Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Kuta, I Nyoman Tingkat, dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada Kumiko Sensei yang telah bersedia menjadi warga sekolah selama 6 bulan. “Semoga pengalaman baik selama di SMA Negeri 2 Kuta menjadi catatan emas di hati Kumiko Sensei. Jika ada yang kurang berkenan, mohon dimaafkan dan hapus dari memori agar tidak menjadi beban di hati,” kata I Nyoman Tingkat seraya mengingatkan Kumiko Sensei untuk datang kembali suatu saat nanti.
Acara perpisahan Kumiko Sensei di SMA Negeri 2 Kuta dikemas secara sederhana dan berlangsung penuh rasa haru. Mereka saling berpelukan dengan air mata berderai dan berharap bisa berkumpul kembali, sambil menepuk pundak para siswa. Acara perpisahan diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan dari SMA Negeri 2 Kuta berupa lukisan wajah Kumiko Sensei hasil karya Trisnayana, guru Seni Rupa SMA Negeri 2 Kuta. Kumiko senang sekali menerimanya seraya mengucapkan terima kasih, dan suksma. [T]
Penulis: I Nyoman Tingkat
Editor: Adnyana Ole
- BACA artikel lain dari penulis NYOMAN TINGKAT