HARI Suci Saraswati bertujuan untuk memuliakan ilmu pengetahuan memang sangat khas, bahkan diyakini sebagai cikal bakal kita—sebab ilmu pengetahuanlah yang membuat kehidupan kita menjadi lebih mulia. Mulia karena Guna (ilmu pengetahuan), lalu dengan ilmu itu kita memperoleh Gina (geginan) atau professional hidup, dan di sana puncaknya kita akan memperoleh kesejahteraan (Dana).
Secara etimologis, Hari Suci Saraswati bisa kita lihat sebagai berikut. Saraswati terdiri dari kata Saras (srs) dan Wati. Kata Saras berarti sesuatu yang mengalir, dan “kecap” atau ucapan. Dan kata Wati berarti yang memiliki/mempunyai. Jadi, Saras-wati berarti yang mempunyai sifat mengalir dan sebagai sumber ilmu pengetaluan dan kebijaksanaan.
Inilah kemudian berkembang bahwa Sang Hyang Saraswati adalah sumber kebijaksanaan.
Bukankah dengan ilmu pengetahuan kita akan menjadi lebih bijak? Sudah barang tentu itulah yang kita pahami.
Beberapa istilah yang sering kita kenal tentang Saraswati antara lain dalam ajaran Tri Murti. Menurut Agama Hindu Sang Hyang Saraswati adalah saktinya Sang Hyang Brahman. Pada titik ini beliau sebagai prabhawanya menciptakan alam semesta dengan ilmu pengetahuan yang utama sehingga dikenal dengan sebutan Sang Hyang Saraswati sebagai Hyang-Hyangning Pa-ngaweruh. Aksara merupakan satu-satunya Lingga Stana Sang Hyang Saraswati.
Itulah yang menjadi alasan mengapa pada sarana upakaranya menggunakan jaje sarsawati dimana bentuknya seperti aksara ong kara. Pengertian odalan Sang Hyang Saraswati yang datang pada hari Saniscara Umanis wara Watugunung adalah sebagai hari pemujaan turunnya ilmu pengetahuan oleh seluruh umat Hindu.
Darisudut pandang Ethika kita bisa lihat bahwa pemujaan Saraswati dilakukan sebelum tengah hari. Pada perayaan Hari Suci Saraswati, tidak diperkenankan membaca atau menulis. Hal ini dilakukan pada saat pemujaan beliau, dalam mempelajari segala “pengaweruh” selalu dilandasi dengan hati “Astiti” kepada Hyang Saraswati, termasuk dalam hal merawat perpustakaan.
Namun setelah melakukan pemujaan, maka pemuliaan wajib dilakukan dengan mempelajari dan mendiskusikan ilmu pengetahuan itu (rembug sastra).
Dari sudut pandang upakara, mari kita lihat lebih dalam. Mulai dari tempat misalnya, semua pustaka-pustaka keagamaan dan buku-buku pengetahuan lainnya termasuk alat-alat pelajaran yang merupakan “Lingga Stana Hyang Saraswati” diatur dalam tempat yang layak untuk itu. Baik di rumah, sekolah, kampus dan tempat-tempat lainnya.
Selanjutnya tentang banten atau upakara yang digunakan. Upakara Saraswati sekurang-kurangnya banten Saraswati, sodaan putih kuning, dan canang selengkapnya. Selanjutnya memohon kekuluh (tirta). Tirta yang dipergunakan hanya tirta Saraswati, diperoleh dengan jalan memohon kehadapan Hyang Surya sekaligus merupakan Tirta Saraswati, dan bisa memohon di tempat lingga Saraswati masing-masing, seperti lontar, gria dan tempat suci lainnya.
Selanjutnya mengenai pelaksanaan. Secara garis besarnya bisa kita lakukan sebagai berikut: Pertama, didahului dengan menghaturkan pesucian, ngayabang aturan, muspa dan matirta. Upakara Saraswati Puja ditetapkan nyejer sampai keesokan harinya.
Banyupinaruh (pina wruh), besoknya, Redite (Minggu) Paing Sinta, asuci laksana. Di pagi hari umat asuci laksana (mandi, keramas dan berair kumkuman). Upakara dihaturkan labaan nasi pradnyan, jamu sad rasa dan air kumkuman. Setelah diaturkan pasucian/kum-kuman labaan dan jamu, dilanjutkan dengan nunas kumkuman, muspa. Matirta, nunas jamu dan labaan Saraswati/nasi pradnyan barulah upacara diakhiri/ lebar.
Yang paling sering kita lihat adalah masyarakat melakukan pemujaan ke sekolah dan kampus, ada pula ke beberapa orang pintar atau balian. Hal ini karena Saraswati dikaitkan dengan taksu. Dimana taksu itulah yang dimohoni untuk memperoleh ketaksuan sehingga kehidupan akan menjadi guna baik untuk kemudian ilmu pengetahuan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Adapula yang melakukan kegiatan banyu pinaruh ke sumber-sumber air, hal ini tidak masalah sepanjang diyakini sebagai laku baik dalam pelaksanaan pemuliaan ilmu pengetahuan.
Rahajeng nyanggra lan ngelaksanayang Rahina Suci Saraswati. [T]
Penulis: IK Satria
Editor: Adnyana Ole