MOTIF perjalanan wisata kini mulai beragam. Orang pergi ke satu negara atau daerah bukan hanya untuk menikmati pemandangan dan menyaksikan atraksi seni budaya saja. Saat ini banyak wisatawan atau turis yang bertjuan mencari pengobatan dan kesehatan seraya berekreasi.
Wisata medis (medical tourism) dikembangkan di berbagai negara dan daerah di Tanah Air untuk merespons motif wisatawan tersebut. Wisata medis merupakan produk wisata yang berorientasi pada pengobatan, pencegahan, dan perawatan kesehatan diri wisatawan.
Wisata medis menjadi alternatif dengan berbagai pertimbangan. Pertama, faktor biaya. Mahalnya biaya pengobatan atau perawatan tubuh di negara sendiri akan mendorong orang untuk pergi ke luar negeri. Untuk itu wisata medis menawarkan paket perawatan tubuh yang lebih murah.
Kedua, faktor sumber daya manusia (SDM) dan infrastruktur pelayanan medis. Tersedianya SDM yang mumpuni di bidang medis menjadi daya tarik bagi wisatawan. Infrastruktur yang lengkap dan modern juga menjadi pertimbangan wisatawan berkunjung ke suatu negara.
Ketiga, potensi alam, budaya, dan daya tarik wisata. Wisatawan dan keluarga yang berkunjung ke suatu negara, selain untuk kepentingan medis juga menikmati rekreasi di destinasi wisata. Sambil menemani keluarga yang menjalani perawatan medis, keluarga pasien dapat berwisata di destinasi yang ada di suatu negara atau daerah.
Menjanjikan
Wisata medis pada umumnya terbagi menjadi dua, yaitu wisata kesehatan (health tourism) dan wisata kebugaran (wellness tourism). Wisata kesehatan merupakan perjalanan wisatawan ke suatu negara atau daerah untuk kepentingan pengobatan atau terapi medis. Wisatawan dapat terdiri dari pasien maupun keluarga yang mengantar.
Wisata kebugaran adalah perjalanan wisata yang dilakukan seseorang ke suatu negara atau daerah untuk mencari kebugaran diri, baik secara perseorangan maupun dengan kelompok. Destinasi yang dituju bisa berupa air terjun, spa, sanggar meditasi, maupun tempat kebugaran lain.
Banyak negara yang menawarkan wisata medis sebagai bagian dari produk wisata mereka. Singapura dan Korea Selatan, misalnya; merupakan negara yang memiliki produk wisata medis, baik untuk tujuan kesehatan maupun kebugaran.
Potensi wisata medis sesungguhnya sangat menjanjikan dari sisi ekonomis. Indonesia banyak kehilangan pendapatan dari wisata medis ini. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno menyebutkan, Indonesia kehilangan pendapatan sebesar 160 triliun rupiah dari wisata medis. Ini terjadi, karena orang Indonesia banyak yang melakukan pengobatan atau perawatan diri ke luar negeri (CNBC Indonesia, 11 Juli 2023)
Indonesia memiliki banyak potensi, baik wisata kesehatan maupun wisata kebugaran. Indonesia banyak memiliki SDM di bidang kesehatan maupun terapeutik. Sumber daya alam dan budaya juga mendukung dikembangkannya wisata medis di Indonesia.
Tren wisata medis menunjukkan hal positif di pasar wisata dunia. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sendiri telah mencanangkan gagasan untuk menawarkan wisata medis ini kepada pasar wisata domestik maupun mancanegara untuk mendulang turis.
Mengantisipasi wisata medis, pemerintah meluncurkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur, Bali. Salah satu langkah adalah membangun Rumah Sakit Internasional. Harapannya, KEK Kesehatan di Sanur dapat menjadi satu kawasan unggulan untuk layanan kesehatan; baik untuk turis domestik maupun mancanegara.
Cerita sukses wisata medis datang dari Rumah Sakit Premier Bintaro, Kota Tanggerang Selatan, Banten. Rumah sakit ini memberikan layanan unggulan yang mampu menarik pasien dari dalam dan luar negeri. Beberapa layanan unggulan itu antara lain, Skin & Laser Clinic, Stroke Center, Spine Center, Orthopaedic Center, Vascular Center, dan Medical Check Up (Media Indonesia.com, 26 Juni 2022).
Oleh sebab itulah, rumah sakit harus menyusun strategi mendatangkan turis berobat ke Indonesia, sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia untuk berobat di dalam negeri. Saat menunggu, pasien atau keluarga pasien bisa menggunakan waktu luangnya untuk traveling di sekitaran rumah sakit.
Kebugaran
Potensi wisata kebugaran sebagai bagian dari wisata medis juga tak kalah menjanjikan dibanding wisata kesehatan. Tantangan pengembangan wisata kebugaran datang dari sejauhmana pemerintah dan pengusaha industri pariwisata secara serius melakukan diversifikasi dan inovasi produk wisatanya dengan menjadikan wisata kebugaran sebagai bentuk produk dan layanan wisata bagi turis.
Pasca pandemi Covid-19, wisatawan cenderung menyukai destinasi wisata yang menyuguhkan keindahan, kesejukan, kebugaran, dan kesehatan. Indonesia banyak sekali memiliki potensi wisata medis kebugaran yang ada di berbagai daerah untuk mendulang turis.
Potensi itu sejauh ini belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai produk wisata yang memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat setempat. Padahal, wisata medis juga dapat dipandang sebagai upaya pelestarian kearifan lokal yang ada di daerah.
Sayangnya, wisata medis belum optimal dikembangkan pemerintah sebagai produk wisata di Indonesia. Pengembangan beberapa destinasi super prioritas di Tanah Air lebih fokus pada wisata alam. Daerah-daerah seperti Sumatera Selatan, Jawa Barat, Yogya, Solo, Malang, Bali, Lombok, Maluku dapat mengembangkan wisata kebugaran.
Dengan catatan, konsep pengembangannya harus dilandasi oleh kearifan lokal. Artinya, sumber daya manusia bidang kesehatan dan sumber daya alam wisata kebugaran harus dikemas berdasarkan nilai-nilai budaya yang ada di daerah ini.
Konsep wisata medis di daerah bukan hanya mengandalkan teknologi kesehatan semata, namun juga dapat dikembangkan dalam bentuk pengobatan tradisional, terapi, maupun spa tradisional. Selama ini orang mengenal wisata kesehatan dan kebugaran sebagai daya tarik wisata yang ada di rumah sakit atau gym. Padahal, kebugaran atau kesehatan juga bagian dari budaya masyarakat yang dapat diperoleh melalui pengobatan, terapi, maupun spa tradisional.
Bali merupakan salah satu daerah yang berhasil mengembangkan wisata kebugaran dengan pendekatan tradisional. Kearifan lokal Bali menjadi dasar dalam pengembangan wisata kebugaran, seperti pewacakan atau penerawangan batin, mandi kembang, minum loloh (jamu tradisional Bali), hingga meditasi dan yoga ( Tatkala.co, 13 November 2023)
Perkembangan wisata kebugaran di Bali secara ekonomis sangat menggembirakan. Paket wisata kebugaran diminati banyak wisatawan, mulai dari perdana menteri negara sahabat hingga aktor film Hollywood. Durasi wisata kebugaran juga sangat panjang, yaitu 10 hari. Dengan demikian akan meningkatkan lama tinggal wisatawan di Bali.
Begitu pula dengan spa yang berkembang pesat di Bali sebagai paket wisata kebugaran. Spa yang banyak dikelola di dalam hotel sudah menjadi produk penting dalam melayani wisatawan. Tercatat, sampai September 2023 di Kabupaten Badung, Bali terdapat 376 spa di hotel berbintang. Sungguh potensi yang luar biasa dari wisata medis untuk mendulang turis.
Proyeksi wisata medis di masa datang sangat cerah, sebagaimana juga dengan wisata olah raga maupun wisata konser. Potensi ekonominya sangat dirasakan masyarakat, karena sebagian besar produk wisata medis berasal dari sumber daya alam dan sumber daya manusia lokal yang ada di daerah. [T]
BACA artikel lain dari penulisCHUSMERU