BULELENG | TATKALA.CO — Seperti tahun-tahun sebelumnya, selain menampilkan seni modern, HUT Kota Singaraja tahun ini juga dimeriahkan dengan seni-seni tradisi, entah dalam bentuk pagelaran maupun perlombaan. Salah satu seni tradisi yang dilombakan adalah kesenian Baleganjur.
Lomba Baleganjur digelar di Lapangan Ngurah Rai Singaraja, setelah kegiatan Jalan Santai Buleleng Berbangga, Jumat (29/3/2024). Lomba dalam rangka serangkaian HUT ke-420 Kota Singaraja itu memukau ribuan penonton. Kali ini, ada sepuluh sekaa (grup) Baleganjur yang menunjukkan kebolehannya.
Peserta didominasi oleh pelajar SMA/SMK se-Buleleng. Setidaknya ada delapan sekaa yang menjadi perwakilan sekolah, yaitu SMA Negeri 1 Singaraja, SMA Negeri 2 Singaraja, SMA Negeri 3 Singaraja, SMA Negeri 4 Singaraja, SMK Negeri 1 Singaraja, SMK Negeri 3 Singaraja, SMA Negeri 1 Seririt, dan SMA Negeri 2 Gerokgak. Sedangkan sisanya dari sekaa, yaitu Sekaa Gong Rare Mekar Tejakula dan Padepokan Seni Dwi Mekar.
Setelah melalui persaingan yang ketat, dewan juri akhirnya memutuskan juara pertama diraih oleh Padepokan Seni Dwi Mekar. Sedangkan juara dua disematkan kepada SMA Negeri 2 Gerokgak. Dan SMA Negeri 1 Singaraja berada di urutan ketiga.
Selanjutnya, untuk Sekaa Gong Rare Mekar, SMA Negeri 2 Singaraja, dan SMK Negeri 3 Singaraja, masing-masing meraih juara Harapan I, II, dan III.
Selain itu, ada SMA Negeri 1 Seririt sebagai Sekaa Baleganjur Berbakat I, SMK Negeri 1 Singaraja sebagai Sekaa Baleganjur Berbakat II, dan SMA Negeri 3 Singaraja sebagai Sekaa Baleganjur Berbakat III. Artinya, semua kelompok mendapat atensi yang serius dari dewan juri maupun pemerintah.
Lomba Baleganjur dibuka secara resmi oleh Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan Sekretaris Daerah (Sekda) Buleleng Gede Suyasa. Pembukaan ditandai dengan pemukulan cengceng (salah satu alat gong Baleganjur) oleh Pj Bupati Buleleng, Forkopimda, dan Sekda Buleleng.
“Pesertanya dari generasi muda. Kami menggelar ini untuk menjaga kesenian dan kebudayaan kita. Sekaligus mengajak generasi muda untuk tetap melestarikan seni dan budaya,” ujar Pj Bupati Buleleng saat membuka acara.
Lihadnyana, yang juga sekaligus Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Provinsi Bali ini mengatakan, selain melestarikan seni dan budaya, lomba ini juga sebagai ruang berkreasi dan berinovasi, khususnya dalam bidang Baleganjur.
Dengan diberikan ruang seperti ini, katanya lagi, para generasi muda lebih bisa memanfaatkan waktunya untuk kegiatan-kegiatan yang positif.
“Sebenarnya ini ruang bagi para generasi muda kita untuk tetap berkreasi dalam hal seni dan budaya. Menghindari hal-hal negatif dalam waktu luang mereka,” kata Lihadnyana.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng I Nyoman Wisandika menyebutkan, ada beberapa kriteria dari lomba Baleganjur yang dinilai. Kriteria pertama adalah ketepatan waktu, yaitu 15 menit setiap peserta.
Dan yang kedua, kekhasan yang diambil dalam pertunjukan Baleganjur tersebut. Misalnya, ada peserta yang sudah mengambil tradisi ngoncang. “Itu semua telah disepakati oleh seluruh peserta dalam pertemuan teknik yang sudah dilakukan sebelum lomba digelar,” ujar Wisandika.[T]
Editor: Jaswanto