23 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Fyodor Dostoyevsky: Prolegomena tentang Penderitaan, Kegilaan, dan Kekonyolan

Made Ferry KurniawanbyMade Ferry Kurniawan
October 11, 2023
inEsai
Fyodor Dostoyevsky: Prolegomena tentang Penderitaan, Kegilaan, dan Kekonyolan

Fyodor Dostoyevsky

MEMPELAJARI Fyodor Dostoyevsky, seorang novelis terkenal asal Rusia, memerlukan ketekunan mendalam. Hal ini dikarenakan gaya berbahasa dan diksi yang digunakan dalam untaian narasinya bersifat satire, aforistik, anakronistik—bahkan “berbenturan” antara wacana satu dengan wacana lainnya.

Selingkung yang dihadirkan Dostoyevsky—dengan tendensi rumit—tidak lepas dari realitas hidup yang ia alami. Mulai dari pergumulan dengan sang ayah sampai rekaman memori tentang keadaan menyedihkan Rusia di masa lalu.

Fyodor Dostoyevsky memiliki nama lengkap Fyodor Mikhailovich Dostoyevsky. Ia lahir di Moskow, pada 30 Oktober 1821. Ayahnya berprofesi sebagai dokter tentara, sementara ibunya berasal dari keluarga pengusaha kaya.

Sejak usia remaja, Dostoyevsky mengalami kegelisahan karena melihat tabiat buruk sang ayah. Sebagai seorang dokter tentara, ayah Dostoyevsky menunjukkan sifat paradoks. Ia suka mabuk, bahkan suka bermain perempuan.

Sampai pada momen akhir, ayahnya meninggal karena dibunuh oleh para pekerja perkebunannya sendiri. Peristiwa itu “menubuh” dalam kedirian Dostoyevsky, sampai pengalaman tidak menyenangkan itu, terbawa dan mengilhami setiap tulisan-tulisannya.

Dalam rangka melakukan sublimasi atas memori buruk tersebut, ia mencari “pelampiasan” di luar rumah.

Pengalihan emosi itu dimulai dengan melihat penderitaan masyarakat Rusia yang mengalami kemiskinan, buta huruf, dan beragam penderitaan—dia tergerak untuk mengubah keadaan. Langkah pertama yang dilakukan ialah bergabung dengan Petrashevsky, sebuah kelompok revolusioner berhaluan kiri dan berkiblat pada pemikiran Charles Fourier.

Antitesa Chernyshevsky

Untuk memahami jalinan berpikir dan “simpul” paradigma Fyodor Dostoyevsky, ada beberapa karya yang harus dibaca. Beruntung, setelah kematiannya, karya-karya Dostoyevsky banyak diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris. Sehingga, saya yang hanya bisa berbahasa Inggris dan tidak bisa berbahasa Rusia, bisa menikmati setiap diksi penyair Rusia itu.

Beberapa karyanya antara lain: Insulted and Injured (1860), House of the Dead (1860), Notes from Underground (1864), The Brothers Karamazov (1878-1880), Crime and Punishment (1866), The Gambler (1866) dan The Idiot (1886-1869).

Karya-karya di atas cukup sulit untuk diakses, baik melalui libgen.rs atau beberapa kanal online lainnya. Dari ketujuh novel itu, hanya bisa diakses melalui toko buku berbahasa Inggris: Periplus.

Ciri khas Dostoyevsky yang ditampilkan melalui gaya bahasanya, memiliki kecendurangan untuk melihat dunia dengan kegelisahan. Sehingga, ia dapat dikatakan sebagai pemikir Rusia yang “hidup” di era modern. Fyodor Dostoyevsky menjadi antitesa dari Chernyshevsky (1828-1889).

Chernyshevsky melalui karyanya berjudul What Is Be Done? (1863) membangun argumentasi serta melakukan glorifikasi rasionalitas Eropa Barat, juga mentotalisasi mengenai karakter perfectibility manusia modern. Manusia modern yang berakal dan memaksimalisasi rasionalitasnya, dianggap sebagai “manusia ugahari dan ajeg”.

Untuk menggugat Chernyshevsky, Dostoyevsky menulis karya lain berjudul ‘The Dream of a Ridiculous Man, isinya berkaitan tentang falsifikasi, atau cara berpikir alternatif untuk menegasi glorifikasi rasioalitas.

Ia (Dostoyevsky) menawarkan cara berpikir untuk kembali pada knowledge tradition of Russia—tradisi berpikir yang mengarah pada anggapan bahwa rasionalitas tidak selalu menjadi jalan keluar atas suatu masalah, tetapi masalah dan penderitaan harus diafirmasi, karena melalui itu setiap manusia menjadi entitas reflektif.

Memaknai Penderitaan, Kegilaan, dan Kekonyolan

Fyodor Dostoyevsky melalui selingkung knowledge tradition of Russia, menekankan tentang arti penting penderitaan dan kegilaan. Baginya, penderitaan atau kegilaan bukanlah entitas yang harus dihindari. Entitas itu hadir, melekat dan inheren dalam realitas sosial manusia. Bahkan, term tentang suffering memiliki esensi edukatif.

Dostoyevsky menekankan bahwa untuk membangun “manusia yang ajeg”, bukan diawali dari sisi rasionalitasnya (kritik atas egoisme rasionalis Chernyshevsky), tetapi dari dimensi resiliensi. Bagaimana setiap individu mampu memaknai, menginterpretasi, dan menginternalisasikan kesulitan hidup.

Kemampuan berpikir atau akal sehat tidak selalu membuat manusia bahagia, justru rasionalitas menyebabkan penderitaan/keputusasaan. Daya tahan banting serta pembiasaan akan penderitaan atau kegilaan lebih bermakna—karena menciptakan kesadaran reflektif atas sesuatu yang terletak di jantung penderitaan.

Dengan menderita, kita mendekatkan diri pada realitas utuh, kompleksitas dan hakikat memanusiakan diri. Memahami derita atau kondisi gila menjadi jalan purgatorio dalam merekonfigurasi makna kemanusiaan diri, karena kondisi tidak menyenangkan memberikan pembelajaran seumur hidup, tidak peduli seberapa banyak hinaan, kesepiaan atau keterlemparan pada titik terendah.

Jalan purgatorio tidak diajarkan oleh egosime rasionalis, terutama pada era neoliberalisme. Hal ini disebabkan karena egoisme rasionalis mengajarkan manusia untuk bahagia dan “mencicipi” sedikit penderitaan. Menyecap derita dilakukan agar seolah-olah mereka merasa benar-benar hidup. Bagi Dostoyevsky ini adalah kekonyolan.

Penderitaan dan kegilaan adalah realitas enigmatik. Tetapi, kenyataan itu “menampar” manusia bahwa kehidupan yang sedang dijalani adalah perjalanan fana (tidak abadi) (Ivanists, 2008). “Tamparan” tersebut membawa manusia pada dimensi pencarian. Pencarian akan makna inilah membuat mereka menjadi mengetahui—mengetahui tentang naluri serta cara memelihara diri. Sekalipun enigma dari hasil perenungan tentang penderitaan atau kegilaan dapat merusak hidup dan ekspektasi.

Namun, kemampuan berpikir reflektif tersebut mengantarkan individu pada beragam probabilitas, kemungkinan baru tentang keberadaan dirinya dengan dunia sekitar. Manusia yang reflektif akan terus mengalami ketidaknyamanan, terombang-ambing, ketidakpastian serta sepenuhnya tidak akan pernah puas.

Definisi tentang “manusia ajeg” tidak lagi mengandalkan kemampuan bernalar, tetapi terus-menerus mencari makna dalam hidup, sekaligus memertimbangkan different voice intuisinya (Roberts, 2005).

Dostoyevsky menyadari bahwa kesadaran mendalam tidak hadir melalui kebahagiaan. Kesadaran itu hadir dari penderitaan dan tersandungnya manusia ketika mereka belajar untuk hidup. Kita harus sadar diri dalam keputusasaan, sadar akan kekurangan juga dengan kegagalan.

Dari hal di atas bisa dipahami tentang linieritas berpikir Dostoyevsky bahwa manusia pada dasarnya adalah entitas yang kesepian, mereka tidak mampu melarikan diri dari fakta bahwa antara individu dan kebenaran selalu berdiri di tengah masyarakat, sehingga terjadi relasi dialektis dalam kehidupan.

Dengan menderita, setiap individu mengalami kemunduran, demi mendapatkan kemendalaman hidup yang melangkah maju. Penderitaan mengandung arti proses formasi (bildung), membutuhkan interpretasi ulang dengan perspektif yang mencerahkan.

Selain itu, mengalami ketersiksaan menjadikan kita menerima liminalitas diri dalam memahami sesuatu yang unexplainable (Herbillon, 2020; Jones, 1971). Karena dengan merasakan ketidaknyamanan atau kegilaan, manusia mampu mencapai kemendalaman dan membentuk jenis “pertobatan baru”—memanipulasi emosi negatif ke dalam penerimaan, mendegradasi hasrat impulsif sekaligus persisten dalam mendeterminasi diri dengan keterpasrahan (Dostoevsky, 1958; Mitchell, 1975). Di sinilah untaian kebermaknaan penderitaan menurut Dostoyevsky.[T]

  • Daftar Pustaka
  • Dostoevsky, F. (1958). Fyodor Dostoevsky: Notes From Underground. American Behavioral Scientist, 1(6), 41–42. https://doi.org/10.1177/000276425800100614
  • Herbillon, M. (2020). Rewriting Dostoevsky: J. M. Coetzee’s The Master of Petersburg and The Perverted Truths of Biographical Fiction. Journal of Commonwealth Literature, 55(3), 391–405. https://doi.org/10.1177/0021989418823829
  • Ivanists, L. (2008). Dostoevsky and The Russian People (I (ed.)). Cambridge University Press.
  • Jones, M. (1971). Dostoevsky’ s Notebooks. Journal of European Studies, 2(3), 277–284. https://doi.org/10.1177/004724417200200305
  • Mitchell, J. (1975). Dostoevsky’s Image of Christ. The Expository Times, 86(7), 210–214. https://doi.org/10.1177/001452467508600710
  • Roberts, P. (2005). Freire and Dostoevsky: Uncertainty, Dialogue and Transformation. Journal of Transformative Education, 3(2), 126–139. https://doi.org/10.1177/1541344604273424
Sisi Lain D.N. Aidit: Tokoh PKI dan Aktivis Literasi
Jon Fosse, Nobel Sastra, dan Karya Minimalismenya
Pemikiran Soedjatmoko tentang Pendidikan Abad ke-21 dan Masa yang akan Datang
Siasat Filsafat “Tractatus Logico Philosophicus” dalam Hidup Wittgenstein
Aristokrasi Übermensch: Nietzsche Vs Politik Haus Kekuasaan
Filsafat Pendidikan Emansipatif Jacques Ranciére
Tags: filsafatRusiasastra
Previous Post

Sisi Lain D.N. Aidit: Tokoh PKI dan Aktivis Literasi

Next Post

Belajar dari Seorang Sopir: Jalanan Adalah Sekolah Terbaik

Made Ferry Kurniawan

Made Ferry Kurniawan

Mahasiswa S2 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Next Post
Belajar dari Seorang Sopir: Jalanan Adalah Sekolah Terbaik

Belajar dari Seorang Sopir: Jalanan Adalah Sekolah Terbaik

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Sujiwo Tejo, Kim Nam Joon, dan Najwa Shihab: Siapa yang Didengar, Siapa yang Ditiru?

by Stebby Julionatan
May 23, 2025
0
Sujiwo Tejo, Kim Nam Joon, dan Najwa Shihab: Siapa yang Didengar, Siapa yang Ditiru?

DALAM dunia pendidikan, kemampuan berbicara bukan hanya tentang menyampaikan kata-kata, melainkan juga menyangkut kepercayaan diri, daya pikir kritis, dan keterampilan...

Read more

HP Android dan Antisipasi Malapetaka Moral di Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 21, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

DALAM beberapa tulisan yang pernah saya publikasikan, kurang lebih sepuluh tahun lalu saya sudah memperkirakan bahwa seketat dan setegas apa...

Read more

Mari Kita Jaga Nusantara Tenteram Kerta Raharja

by Ahmad Sihabudin
May 20, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

Lestari alamku, lestari desaku, Di mana Tuhanku menitipkan aku. Nyanyi bocah-bocah di kala purnama. Nyanyikan pujaan untuk nusa, Damai saudaraku,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Membaca Taiwan, Merenungi Indonesia
Tualang

Membaca Taiwan, Merenungi Indonesia

PERTENGAHAN April 2025 lalu untuk pertama kalinya saya mendarat di Formosa, nama lain dari Taiwan. Selasa (15/04/25), Bandara Taoyuan menyambut...

by Arif Wibowo
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co