SEBANYAK 46 mahasiswa inbound pertukaran mahasiswa merdaka 3, Universitas Udayana, Bali, tahun 2023 melaksanakan kegiatan modul kebhinekaan di kawasan Pura Besakih, Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Sabtu (9/9/2023).
Mahasiswa inbound tersebut terdiri dari 2 kelompok, yakni Sandya Abhirama dengan dosen modul Dr. I Made Sarjana, S.P., M.Sc. bersama mentor Jhordi Pratama dan Kelompok Chanakya Balakosa didampingi dosen modul Agus Muriawan Putra, STTPar., M.Par bersama mentor Reginaldus Sandra Randung.
Mahasiswa tersebut, dipandu pemandu lokal, keliling menjelajah areal palemahan Pura Besakih sekitar 2 jam. Tak sekadar menjelajah, mahasiswa nusantara itu juga mendapat penjelasan terkait asal-usul, fungsi, maupun kebiasaan umat Hindu jika melakukan perjalanan spiritual ke kawasan tersebut.
Dr. I Made Sarjana menjelaskan, tujuannya mengajak mahasiswa dari berbagai PT di Indonesia itu supaya mereka memahami kebhinekaan di Indonesia secara nyata. Bali, katanya, wilayah yang unik dengan mayoritas warganya beragama Hindu tentu berbeda dengan daerah asal mereka yang penduduknya mayoritas memeluk agama Islam ataupun Kristen.
“Pura Besakih adalah pusat peradaban masyarakat Hindu Indonesia, terutama yang bermukim di Bali. Faktanya, setiap umat Hindu di Indonesia pasti ada keinginan untuk sembahyang ke sini. Hadir di sini, mengagumi kemegahan Pura Besakih dan landskap kaki Gunung Agung, menjadi kebahagiaan dan kebanggaan bagi siapa pun yang sempat bertandang kesini,” papar dosen Prodi Agribisnis FP Unud.
Pernyataan mantan jurnalis itu disetujui sejumlah mahasiswa dari Kelompok Sandya Abhirama yang mengaku sangat senang datang ke Besakih dan mendapat penjelasan tentang sejarah pura, serta menikmati pemandangan alam yang indah. Hanya saja, mahasiswa merasakan sedikit ketakutan karena jalannya sempit dan berbelok-belok.
Sementara itu, Agus Muriawan Putra, M.Par juga menuturkan alasan mengajak mahasiswa ke Besakih. Selain alasan memperkenalkan pusat peradaban, kata akademisi yang juga berstatus pemangku (rohaniawan Hindu) di kampungnya itu, juga mengajak mahasiswa merasakan jadi “orang Bali” seutuhnya.
Mahasiswa nusantara diajak ke Pura Besakih dengan pakaian adat, untuk merasakan vibrasi bagaimana orang Bali ke Pura.
“Ini adalah kegiatan modul nusantara yang pertama di kelompok yang saya bimbing. Jadi, orang Bali itu sebelum memulai kegiatan biasanya mepiuning ke pura untuk memohon anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Walau mahasiswa tak bersembahyang ke sini, setidaknya mereka mengenal bagaimana kebiasaan orang Bali. Itu pesan yang ingin saya sampaikan,” kata Dosen Prodi D4 Pariwisata Unud itu.
Mahasiswa nusantara juga mendapat kesempatan diskusi dengan pengelola DTW Pura Besakih terkait kawasan tersebut yang juga difungsikan sebagai destinasi wisata di Bali.
Salah seorang manajemen DTW Besakih, Ngurah Ema Putra, menyambut kedatangan mahasiswa dengan antusias. Ngurah Ema bersama tim menyiapkan fasilitas kunjungan sehingga mahasiswa nusantara merasakan hospitaliti (kenyamanan) untuk belajar kebhinekaan di kawasan tersebut.
Ngurah Ema juga menyebutkan jumlah pura yang ada di kawasan tersebut dan fungsinya sebagai tempat pemujaan.
Dijelaskan, sejumlah pura di kawasan tersebut tempat persembahyangan seluruh lapisan umat Hindu, namun ada juga pura yang hanya tempat persembahyangan kalangan tertentu saja. Pura jenis ini, katanya, berkaitan erat terhadap pemujaan lelulur orang Bali, di mana leluhur itu berkaitan dengan silsilah keluarga atau klan.[T][Jas/*]