3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Monolog “Kartini” dan “Guru” pada Malam Sehabis Hujan di SMAN 1 Banjar

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
February 2, 2018
inUlasan

Rima Febriana memainkan naskah Kartini di SMAN 1 Banjar. /Foto-foto: Kardian Narayana

335
SHARES

BEGITU masuk Desa Banyuatis di Kecamatan Banjar, Buleleng, pada malam Sabtu, 22 April 2017, hati kami (saya, istri dan dua anak) merasa lega. Akhirnya, setelah menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam dari Kota Singaraja, melewati Seririt, pada malam yang dingin sehabis hujan, kami tiba di dekat lokasi pementasan monolog serangkaian “Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya” di SMAN 1 Banjar, sebuah tempat di punggung perbukitan.

Kami masuk jalan agak kecil menuju sekolah. Di sebuah tikungan kami melihat sejumlah pecalang dan orang lalu lalang, amat ramai. Setengah jalan dipenuhi parkir mobil dan sepeda motor. Kami kesulitan untuk lewat.

“Wah, hebat. Segini banyak orang nonton monolog?” pikirku.

Kami berpikir, kami sudah tiba di lokasi pementasan. Ternyata belum. Keramaian yang kami temui itu ternyata turnamen bola voli antar kampung. Kepada pecalang kami bertanya, di mana SMAN 1 Banjar, dan pecalang memberi tahu: “Lurus, Pak. Terus saja ke bawah, nanti ada jalan kecil belok kanan menuju sekolah!”

Kami terus. Setelah melalui tikungan yang menurun kutemui plang nama sekolah. Kami belok kanan, masuk jalan lurus di kanan-kiri mungkin sawah, mungkin kebun, mungkin hanya tanah kosong. Tak jelas terlihat pada malam itu.

Kami parkir, dan langsung menuju halaman sekolah. Di situ ada sebuah stage terbuka dengan backdrop gambar mencolok lambang sekolah. Sungguh, kami disergap perasaan aneh: tiba di sebuah sekolah di sebuah desa, pada malam hari, sehabis hujan. Bukan untuk belajar, bukan untuk mengajar, tapi menonton pementasan monolog. Halaman masih terasa basah.

Di panggung terbuka seorang siswa perempuan, seorang guru perempuan, dan seorang guru laki-laki, secara bergiliran mementaskan monolog yang semuanya karya Putu Wijaya. Di halaman kursi berjajar. Abak-anak sekolah duduk di atasnya, memandang dengan setia, seperti memandang guru yang sedang mengajar di depan kelas. Mereka kadang tertawa, bisik-bisik, kadang di bagian belakang ada ribut kecil.

Intan Purnama Dewi, siswa perempuan itu, memainkan naskah monolog Kartini 1. Di sela udara dingin ia begitu percaya diri memainkan peran seorang ayah, ibu dan anak perempuan bernama Ana. Kisahnya tak jauh-jauh dari tradisi sekolahan, perayaan Hari Kartini.

Intan Purnama Dewi memainkan naskah monolog Kartini

Saat perayaan, Ayah melarang anaknya ikut-ikutan merayakan Hari Kartini. Dengan dibantu topeng untuk peran Ibu dan Ana, Intan Purnama Dewi terlihat menguasai cerita, permainan kata-kata, dan karakter tokoh dengan baik. Meski tata lampunya sederhana, kostum pun amat sederhana, siswa perempuan yang pentas pertama itu tampak berhasil membuat penonton (yang sebagian besar teman-temannya sendiri) kehilangan rasa dingin sehabis hujan.

Suasana terasa makin hangat ketika seorang guru Rima Febriana, S.Sn., naik panggung dengan naskah Kartini 2. Guru pengajar kesenian itu memakai pola akting gerak tari, karena ia memang seorang penari yang baik. Rima memainkan dengan apik tokoh anak, ayah dan ibu.

Setiap tokoh diberikan gerak berbeda oleh Rima. Sesekali ia membuat gerakan pose mimik beberapa detik sehingga kelucuan ekspresi tokohnya memberi hiburan komikal pada penonton. Penonton beberapa kali tertawa, sehingga hujan yang sempat mengguyur halaman asri sekolah itu pun sudah terlupakan.

Monolog ketiga naik panggunglah Gde Seen, seorang guru yang selama ini dikenals ebagai filmmasker. Ia memainkan naskah “Guru”. Dibantu figuran anak dan ibu, Gde Seen berhasil dengan baik memerankan tokoh ayah yang menghasut anaknya agar jangan bercita-cita jadi guru.

Gde Seen memainkan monolog Guru

Gde Seen tanpaknya tak banyak mengolah akting. Ia seakan bermaian seperti dirinya sendiri dengan apa adanya. Justru karena itu, karakter ayah yang dimainkan menjadi sangat wajar, orisinal, dan alami.

Dengan gaya yang sungguh tak dibuat-buat ia dengan logat khas seorang ayah melontarkan ejekan-ejekan terhadap guru yang tak akan pernah kaya. Kata-kata yang meluncur secara natural itu cukup membuat penonton hanyut dalam pementasan, tergelitik dan kadang tertawa ngakak.

Putu Satria Kusuma, dramawan penggagas festival itu, mengatakan penampilan tiga monolog dari SMAN 1 Banjar ini patut dipuji habis. Kesungguhan penyelenggaraan, kehadiran penonton yang cukup banyak, dan dukungan guru-guru adalah awal yang bagus untuk kembali menghidupan seni teater dan apresiasi sastra sekolah yang belakangan mulai melempem. (T/bantuan data Putu Satria)

Tags: Festival Monolog Bali 100 Putu WijayaguruMonologsekolahseni pertunjukanTeater
Previous Post

Bakta dan Bakti

Next Post

Matahari, Krayon Kuning dan Krayon Orange – Dongeng Pendidikan tentang Warna

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post

Matahari, Krayon Kuning dan Krayon Orange – Dongeng Pendidikan tentang Warna

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co