AKHIR-AKHIR ini sosial media banyak dipenuhi oleh poster ajakan untuk ikut seleksi kegiataan kepemudaan. Seleksi ini biasanya mengajak anak muda untuk ikut menjadi duta. Mulai dari duta bahasa, duta pemuda, duta budaya sampai duta nasi goreng.
Untuk menjadi seorang duta, biasanya orang-orang akan ikut seleksi, memahami fokus kedutaannya dan memberanikan diri untuk menunjukkan bahwa dialah duta sesungguhnya. Ada proses belajar dan memahami, di luar proses gaya-gayaan.
Tapi yang paling aneh dari sekian banyak duta adalah duta Pancasila. Sebagian dari kita mungkin masih ingat kasus Zaskia Gotik yang menjadi duta Pancasila. Sangat aneh, dia dinobatkan menjadi duta Pancasila hanya karena untuk memberikan efek jera kepadanya karena dianggap sudah menghina Pancasila. Cobak saja ada yang menghina UUD 1945 bukan tidak mungkin, setelah ramai diberitakan di media, yang dianggap menghina dijadikan duta UUD.
Biasanya anak muda jika ingin menjadi duta dia harus berjuang gigih ikut seleksi dan membuat program pengabdian agar juri tahu kalau dialah duta sesungguhnya. Tapi bagaimana dengan si cantik Zaskia Gotik?
Nah, mumpung jadi duta Pancasila, mungkin sekalian Zaskia Gotik bisa menjadi duta megibung. Apa itu megibung atau megibung?
Mengibung merupakan kegiatan makan bersama orang Bali yang sudah menjadi tradisi. Biasanya dilakukan saat hari-hari tertentu. Megibung atau biasa juga disebut megibungan bisa dilakukan dalam lingkaran kecil dan besar. Lingkaran kecil biasanya terdiri atas 4 atau 5 orang. Lingkaran besar lebih dari 5 orang bahkan sampai puluhan orang.
Makan bersama di sini adalah makan dengan satu alas atau wadah, biasanya alasnya daun pisang. Nasi ditaruh dalam satu wadah bersama lauk-pauknya. Orang lalu mengililinginya, dan makan bersama-sama.
Lalu apa hubungannya duta Pancasila dengan duta Megibungan? Wah ini nih. Ternyata memiliki nilai-nilai yang hampir sama dengan nilai-nilai dalam Pancasila.
Sila satu: Ketuhanan Yang Maha Esa
Sebelum warga megibungan ini, mereka akan ngejot atau menghaturkan sesajen sebagai simbol rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Asyik karena sudah diberikan rejeki sehingga telah dapat melakukan kegiatan megibungan pada hari itu, dan berharap kegiatan megibungan ini lancer, tidak ada halanganmasalah seperti adonan lawar kurang lalah atau hambar, jukut ares sing nyak lemuh atau tersendak saat makan.
Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab
Tidak ada perbedaan strata sosial dalam megibung. Kaya raya, melarat, miskin, tua, muda, kulit putih, kulit hitam, tamat dengan IPK 2,5 dan tamat kuliah dengan predikat cumlaude semua duduk bersama. Adil.
Sila ketiga: Persatuan Indonesia
Bukan tidak mungkin mempersatukan Indonesia dengan cara megibung. Mungkin dulu sebelum diculik ke Rengas Dengklok, Soekarno berniat mempersatukan Indonesia dengan cara megibungan. Karena keburu diculik jadi Soekarno belum sempat membagi tugas, siapa yang membeli bungkak, siapa yang mencari gedebong atau siapa yang membeli lakar base. Mungkin saja he he he.
Tapi jika dilihat dalam megibung, persatuan itu pasti ada. Orang-orang akan membuat makanan, menghidangkan makanan bersama dan menikmatinya bersama. Persatuan sudah pasti terlihat. Coba jika tidak ada persatuan, tukang yang sebenarnya mendapat tugas ngadonang lawar memilih tidak bersatu dan walkout meninggalkan balai banjar, bisa parah. Lawar tak selesai dan semua tidak jadi makan. Ah tidak, persatuan itu harus ada.
Di Bali, megibungan bukan hanya dilakukan warga Hindu, melainkan juga warga Muslim dalam acara-acara tertentu. Tak jarang juga warga Muslim dan Hindu megibung secara bersama-sama. Mereka tak diragukan lagi toleransi dan persatuannya.
Seperti yang dilakukan warga Muslim di Kampung Singaraja, Buleleng. Dalam setiap Hari Idul Fitri mereka merayakan dengan menggelar tradisi megibung atau makan bersama-sama secara ramai. Tradisi Megibung ini tradisi leluhur warga setempat dan telah dilaksanakan secara turun-temurun. Warga setempat mempercayai tradisi yang diturunkan oleh nenek moyang mereka untuk memupuk rasa silaturahmi dan mempererat persaudaraan antar sesama tanpa membedakan status sosial.
Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Di dalam megibung semua warga dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan. Dalam hal megibungan ini ada yang dituakan oleh mereka menurut umurnya yang dihormati lebih oleh para peserta megibungan. Biasanya setelah makan/megibungan itu orang yang paling muda akan mengambil daun dan membereskannya.
Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Kata adil, beradab dan sejahtera biasa kita lihat di baliho baliho saat pemilu dan kegiatan coblas coblos pemimpin lainnya. Dengan kata “adil” itu biasanya para calon pemimpin pemerintahan berharap kalau orang-orang akan memilihnya.
Tapi bagaimana dengan megibungan? Di sini adil tak perlu diucapkan, apalagi dibuatkan tulisan baliho berukuran 4×6 meter, tidak perlu. Megibungan sudah adil dari dulu. Bahkan seperti kata Pramoedya Ananta Toer, “adil sejak dalam pikiran”. Dalam megibung, keadilan itu sudah pasti ada.
Dalam megibungan semua adil, jumlah makananya juga sama. Jika tiap kelompok mendapat 4 jenis lawar, 3 mangkuk kuah ares misi balung, dan 12 tusuk sate, maka kelompok lain akan mendapat jatah yang sama. Adil.
Nah, itulah dia, ternyata makna megibungan ada dalam setiap sila kita. Jadi, dengan begitu, Zaskia Gotik bisa juga menjadi duta megibungan?
Coba kita bayangkan jika Pemerintah, Penggiat Megibungan, pemuda yang mempunyai fokus dengan kajian megibungan, hingga mahasiswa yang setiap hari harus megibungan karena uang bulanan habis, bersatu padu meminta si cantik Zaskia Gotik jadi dutanya. Pastilah asyik.
Setiap ada banjaran yang megibungan, duta megibungan diundang untuk mencicipi lawar, bukan tidak mungkin komentar seperti “mantap”, “maknyos”, top pool” dan sejenisnya, akan muncul, bukan hanya di TV dengan gambar restoran-restoran besar, tapi juga dib alai banjar.
Setelah itu duta megibungan bisa membuat channel youtube dan mengunggah VLOG-nya saat megibungan. Dengan cara itu anak-anak muda yang sudah subscribed akan mulai mengenal megibungan dengan baik, dan selanjutnya ikut melestraikan tradisi dan budaya megibungan. Semakin banyak anak muda yang tertarik dan semua jadi ikut, maka semua akan bersatu.
Karena sudah bersatu, Indonesia bisa menangkal isu-isu rasis, hoax, perang agama dan politik adu domba. Wah akan keren sekali, negara Indonesia yang mulai dirasa intoleran dengan isu agama ini dapat disatukan kembali oleh duta megibung. Maju terus duta megibung! (T)