SEKEHA TERUNA (ST) Udyana adalah salah satu organinasi kepemudaan di bawah lingkup Banjar Taman Kelod, Keluruhan Ubud, Desa Pakraman Peliatan, Kecamatan Ubud. Pada penghujung tahun tepatnya tanggal 28 Desember 2022 mereka merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 45 serta pelantikan pengurus pemuda periode masa bhakti 2023 sampai dengan 2024.
Adapun sebagai pucuk kordinasi yang disebut dengan kelihan pemuda anyar (baru) yaitu Gusti Putu Ary Wedangga meneruskan pengabdian yang telah berlalu dari Gusti Ngurah Pala Sentana Yoga.
Acara puncak HUT dan pelantikan pengurus baru dari ST Udyana dikemas dengan penyajian yang dapat dikatakan tidak biasa. Melampaui tradisi dan ritus tumpengan atau potong kue. Bahkan sangat jauh dari hingar bingar kebiasan perayaan HUT era ini seperti meletupkan kembang api. Jika kita masih membawa ekspektasi sensional perayaan pada umumnya, maka kita sudah berhasil dikecoh. Dikecoh dengan sebuah tawaran yang sangat unik, tidak terduga dan bernilai yang dalam.
Mereka menyajikan sebuah suguhan yang diberi tajuk “Ngupapira” yang bermakna merawat — merawat sebuah warisan dan kemudian dikembangkan sesuai dengan kontekstual sezamannya. Warisan berupa semangat berkreativitas tanpa henti dalam mendayagunakan energi dan spirit kepemudaan yang berkobar selayaknya api yang membara.
Tema Ngupapira sebagai sebuah pemaknaan perawatan juga digunakan sebagai pijakan dalam mengkemas acara inagurasi pelantikan pengurus ST Udyana yang baru. Prosesi pemilihan petugas spiritual yang disebut dengan nyanjan di Desa Batur mereka gunakan sebagai pijakan.

Perayaan HUT Sekeha Teruna Udyana, Ubud
Gusti Ngurah Dika Pratama selaku konseptor penyajian inagurasi ini mengatakan bahwa, prosesi nyanjan petugas spiritual seperti halnya dilakukan di desa-desa tua di Bali digunakan sebagai dasar pijakan. Prosesi nyanjan yang dalam kaidah aslinya adalah sebuah pemilihan dengan metode melantukan puja permohonan kepada Hyang Maha Esa untuk diberikan tanda-tanda alam berupa munculnya energi supranatural yang merasuki subyek yang dikehendaki oleh langit.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan legitimasi yang kuat sebagai titah langit dalam mengemban dan mempimpin segala kegiatan yang bersifat spiritual. Ngurah Dika melihat prosesi nyanjan ini sangat menarik untuk dikemas dalam bentuk pertunjukan inagurasi pemilihan kelihan pemuda dan pengurus barunya.
Selain untuk mendapatkan penyajian yang dalam, Dika juga berharap akan dianugrahi tuah langit dari Ida Betara-Betari yang melingga stana di Banjar Taman Kelod sehingga dapat melaksanakan masa bhakti dengan penuh kreativitas dan inovasi.
Kemudian gagasan nyanjan tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk pertunjukan dramatikal Lelintihan Negara Udyana dengan menggunakan tembang kekidungan gubahan baru, tembangn sesanghyangan dan lantunan gending Selonding sebagai media ungkapnya.
Lelintihan Negara Udyana
Mendengar “Lelintihan Negara Udyana” yang digunakan judul pada inagurasi pelantikan kelihan dan pengurus baru ST Udyana, penulis sudah digerakkan pada penelurusan dari akar katanya. Lelintihan ialah tatanan dan Negara Udyana yang dimaksud adalah ruang lingkup ST Udyana sendiri. Maka dalam dramatikalnya mereka akan menyuguhkan kita tatanan mengenai sistem tata kelola “masyarakat” pemuda yang bernaung di dalamnya.
Benar saja, mereka memulai dengan sebuah suguhan tarian dari para wanita yang sudah berusia sepuh namun masih enerjik nan gemulai menimpali tarian lincah para bocah. Sampai bagian ini mereka sudah membentangkan sebuah siklus waktu yang tak pernah berhenti yang tua berganti muda, serta yang muda meneruskan yang tua. Hal inilah yang penulis lihat terdapat sebuah konsep pengembangan tradisi yang ingin disampaikan sebagai frame dari pergerakan nyata organisasi kepemudaan ini.

Perayaan HUT Sekeha Teruna Udyana, Ubud
Setelah itu panggung mendadak dikerubungi oleh kepulan asap beraroma kemenyan dan pandan harum yang semerbak. Nuansa wingit hadir disertai dengan kedatangan para pemuda pemudi dengan berpakaian adat era Bali Kuno nuansa hitam putih, sekilas ikatan udeng para pemuda mengingatkan saya dengan gaya udeng ‘saet mingmang’ khas Desa Adat Manukaya Let Tampaksiring.
Begitu juga busana para pemudi yang dibalut kain pepledoan dari Tenganan, Karangasem mempertegas kesan lawas yang sangat mendukung imajinasi menuju kesan dalam. Pemuda-pemudi tersebut kemudian bersila dan bersimpuh seakan memohon restu langit agar dianugrahi pengurus pemuda yang mampu mengayomi mereka kelak. Lantunan kekidungan dilantunkan sebagai tanda permohonan yang disebut dengan penuwur telah dimulai. Khidmat juga sangat artistik.
Melaui lantungan kidung yang ditembangkan disertai dengan dentingan gamelan Selonding sebagai medium komunikasi antara dimensi imanen dan transenden coba dihadirkan. Calon pengurus pemuda dihadirkan tepat dibelakang kepulan asap dupa pasepan untuk menunggu hadirnya wangsit langit.
Tanda dan petanda diolah secara apik untuk mengesankan para pengurus nantinya terpilih oleh legitimasi spiritual. Bagian ini kemudian dinamakan bagian ‘nyanjan’. Memohon keputusan spiritual langit dengan tanda-tanda alam berupa energi supranatural. Masih menggunakan idiom syair yang disajikan dalam bentuk tembang sesanghyangan.
Tembang sesanghyangan dilantunkan secara terus menerus hingga kemudian muncul sebuah tanda, seorang pemuda seolah dirasuki energi supranatural seraya menyebut-nyebut nama salah seorang kandidat pengurus pemuda yang telah bersila sebelumnya menghadap pasepan. Nama yang disebut itu kemudian dinobatkan sebagai kelihan pemuda untuk masa bhakti selanjutnya. Setelah berhasil dinobatkan maka kemudian ditutup dengan bagian penuntun yang bermakna menuntun agar nantinya pengurus pemuda ini dapat menjalankan tugasnya sebagai pengayom dari pemuda-pemudi.
Rangkaian ritual tersebut kemudian mereka sebut dengan Lelintihan Negara Udyana yang bermaksud tata cara pengaturan sistem tata pamong organisasi kepemudaan yang berlandaskan spirit agama dan adat sebagai pijakan untuk berkreativitas, berinovasi dan berkembang sesuai dengan situasi dan jiwa zaman.
Perayaan yang Tidak Biasa
Ritual yang penulis jelaskan pada sub tulisan sebelumnya adalah sebuah pertunjukan dramatikal. Pertunjukan dramatikal yang terinspirasi dari proses penuwuran dan penyanjan tokoh pemimpin, pemangku dan pemegang wewenang spiritual di desa-desa kuno di Bali. Disublimasi dalam bentuk musik-teatrikal untuk menyajikan inagurasi pelantikan pengurus pemuda yang baru.
Inagurasi ini digarap apik oleh I Kadek Janurangga yang merangkai syair dan melodi tembang, sedangkan koreografinya ditata oleh Gede Krisna Dwipayana. Mempelajari warisan pendahulu, mempelajari, memahami kemudian digarap dalam bentuk yang lebih baru.
Sekeha Teruna (ST) Udyana Banjar Taman Kelod boleh dikatakan memilih jalan lain dalam memaknai hari jadinya. Memilih jalan lain selayaknya perayaan popular lainnya seperti menggelar konser atau mendatangkan artis lokal maupun nasional. ST Udyana lebih memilih makna dan nilai. Tidak banyak yang berani dan mengambil jalan seperti ini.

Perayaan HUT Sekeha Teruna Udyana, Ubud
Tidak terlihat kue, apalagi sampai memotong kue. Tidak terlihat pula nampan yang berisi tumpeng, namum yang terlihat adalah akar kebudayaan Bali yang dipindahkan ke tanah yang lain, kemudian ditanaman serta dirawat dengan cara pandang baru mereka. Inilah yang kemudian mereka maksud dengan “Ngupapira”.
Ngupapira adalah sebuah tindakan tidak hanya merawat secara konvensional, melainkan merawat sembari mengembangkan. Mereka seakan sadar tumbuh berkembang dengan genetik bhisama (titah) sebagai pengabih Puri Peliatan dan Puri Ubud secara kebudayaan. Bertulang legenda atas pencapain maestro I Gusti Nyoman Lempad sebagai seniman dan undagi tersohor di Bali. Berdarah keberlanjutan untuk tetap berkreativitas sesuai dengan zaman yang dilalui.
Sungguh perayaan yang tidak biasa. Perayaan yang mengajak kita tenggelam menyelami makna mengapa ada organisasi kepemudaan?. Organisasi kepemudaan di Bali tidak saja hanya berkutat untuk membantu kebijakan dinas dalam sekup banjar, namun juga berperan sebagai pengayom agama dan adat Bali yang begitu adi luhung.
Selain itu juga pada acara HUT ST Udyana yang ke 44 tahun juga diserahkan Surat Pencatatan Hak Cipta atau Produk Hak Banyumili yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kemenkumham RI atas ciptaan karya Banyumili produksi dari ST Udyana, Banjar Taman Kelod oleh Yayasan Janahita Mandala Ubud.
Sertifikat Haki ini diserahkan oleh Ketua Umum Yayasan Janahita Mandala Ubud yaitu Tjokorda Gde Agung Ichiro Sukawati didampingi oleh Sekretaris Umum Yayasan Janahita Mandala Ubud Cokorda Gde Bayu Putra. [T]