BULELENG | TATKALA.CO — Ugrawakia adalah sebutan untuk MC (Master of ceremony) berbahasa Bali. Tugas ugrawakia secara umum memandu jalannya acara yang meliputi pamungkah (pembukaan), pamargin (pelaksanaan), dan pamuput (penutup) dengan tugas khusus seperti menginformasikan atau memberikan pengumuman, mengatur, menarik perhatian para peserta dalam sebuah acara.
Demikian pemaparan awal I Kadek Mustika, S.Pd.,M.Pd., saat menjadi narasumber dalam acara Pembinaan Master of Ceremony (MC) Berbahasa Bali atau Penuntunan Ugrawakya kepada Yowana desa adat se-kabupaten Buleleng. Kegiatan ini berlangsung secara hybrid (tatap muka dan dalam jaringan) di Aula Gedung Majelis Desa Adat Buleleng, Kamis, 1 Desember 2022.
Mustika mengatakan, dalam menulis teks ugrawakia ada struktur secara umum meliputi pamahbah (pendahuluan), daging (isi) dan pamuput (penutup).
Dalam pemahbah ada pangastungkara, panyembrama, pangayubagia, dan penyampaian dudonan acara atau susunan acara.
Dalam daging atau isi, meliputi nudonang acara atau memandu jalannya acara sesuai susunan acara
Dalam pamuput berisi ucapan pamuput atau penutup seperti ucapan terima kasih atau matur suksma, nunas ampura (permintaan maaf)dan parama santih.
“Dalam semua bagian tersebut terdapat variasi-vari yang perlu diketahui mana yang tepat digunakan pada saat dan waktu atau tempat tertentu,” kata Mustika.
Contohnya dalam panyembrama, penghormatan bahasa Bali itu banyak jenisnya, sehingga MC atau ugrawakia diharapkan tahu kapan menggunakan kata suciang, murdayang, singgihang, kusumayang, wangiang, mustikayang, baktinin, tresna asihin dan bentuk penghormatan lainnya.
Dalam menulis teks, perlu memerhatikan anggah-ungguhing basa atau tatanan bahasa Bali. “Di samping itu juga memperhatikan aturan-aturan seperti morfologis kata, sistem bahasa, penulisan, tanda baca, dan lain-lain,” kata Mustika.
Menjadi Ugrawakia yang Baik
Ketua Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Buleleng, Putu Pertama Yasa mengatakan, acara Penuntutan Ugrawakya atau pelatihan MC berbahasa Bali itu dilakukan karena selama ini, berdasarkan pengamatan langsung di lapangan banyak dijumpai para yowana (anak-anak muda Bali) kurang mampu menjadi Ugrawakya, baik itu dari segi kode etik maupun tata bahasa Bali.
Pertama Yasa menyampaikan bahwasanya penuntutan Ugrawakya kali ini merupakan program akhir tahun 2022 yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum, memberikan pemahaman kode etik dan tata bahasa dalam Ugrawakya.
“Tujuan akhir dari keseluruhan program penuntunan tahun ini adalah untuk mencetak generasi baru Ugrawakya tingkat remaja pada masing-masing desa adat di Kabupaten Buleleng,” kata Pertama Yasa.
Selain menghadirkan narasumber I Kadek Mustika, S.Pd.,M.Pd., kegiatan itu juga menghadirkan narasumber Ni Wayan Putriani, S.Pd. [T][Ado]