“Jangan stress!”
Kalimat semacam itu sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Entah dari orang tua, dari saudara, dari teman dan dari orang yang tak kita kenal.
Sebagian besar masyarakat menganggap stres itu tidak baik dan sering dianggap sebagai sumber kondisi yang tidak baik, bahkan sebagai sumber beberapa penyakit, dan memperberat kondisi sakit itu. Di satu sisi anggapan itu benar. Namun kalau kita memandang stres secara utuh ternyata stres itu bermanfaat juga untuk kita.
Stres dalam hidup sangat diperlukan. Stres dikatakan bisa meningkatkan kinerja otak. Ini karena stres bisa memperkuat hubungan antar neuron di otak, meningkatkan daya ingat dan rentang perhatian. Juga dikatakan stres dapat meningkatkan kemampuan diri.
Reaksi stres memang bermacam-macam. Secara umum reaksinya ada positif dan negatif. Contoh yang positif, seperti latihan fisik serta olahraga dapat menimbulkan kesegaran dan juga prestasi. Kegagalan yang dialami memacu orang untuk berusaha lebih giat demi hasil yang lebih baik tentunya. Stres dalam hal itu mendorong kita untuk meningkatkan kemampuan diri.
Reaksi negatif dari stres yang sering kita lihat antara lain frustrasi dan emosi, gangguan kesehatan jasmani, jantung berdebar, sakit perut, sakit kulit atau eksim, sulit memusatkan pikiran, gangguan kesehatan jiwa, bahkan sampai terjadi depresi hingga bunuh diri.
Stres dalam batas wajar akan menjadi stimulus bagi seseorang ketika menghadapi masalah. Ketika stres, maka akan dikeluarkan hormon adrenalin yang dapat membantu kita untuk lebih sigap dan waspada, sehingga kita siap menghadapi masalah.
BACA JUGA:
Pada dasarnya setiap individu pasti pernah mengalami dan merasakan stress. Begitu juga dengan ibu hamil. Namun stres kronis atau berkepanjangan memang bisa berdampak negatif bagi ibu dan bayinya.
Meski demikian, stres dalam batasan wajar malah berdampak positif. Dan ini telah dibuktikan oleh riset dari Johns Hopkins (2006). Riset tersebut membuktikan bayi yang lahir dari wanita yang mengalami stres ringan di masa kehamilannya memiliki ketrampilan perkembangan awal yang lebih baik pada usia dua tahun dibandingkan bayi yang lahir dari ibu yang tidak mengalami stres.
Jadi yang akan menimbulkan dampak tidak baik adalah ketika stres yang terus menerus terjadi dalam jangka waktu lama (lebih dari 2 minggu). Saat seperti itu maka tubuh tidak lagi memproduksi adrenalin tapi hormon kortisol yang sifatnya merusak dan lama-kelamaan tubuh akan kelelahan (exhausted).
Dalam kondisi stress berkepanjangan, adrenalin tidak bekerja lagi dan diambil alih oleh kortisol yang menyebabkan radikal bebas yang sifatnya merusak dan menghancurkan sistem tubuh kita, yang akan menyebabkan sejumlah hal tidak baik seperti gangguan irama jantung atau jantung berdebar, tensi tinggi, gula darah naik, asam lambung dan gerakan lambung meningkat sehingga terjadi gastritis atau mag.
Untuk itulah kita perlu mengendalikan stres dengan mengendalikan atau melawan efek buruk dari hormon stres yang merusak itu. Salah satunya dengan melakukan rekreasi atau melakukan sesuatu yang kita senangi. Pada saat rekreasi akan diproduksi endorphine yang sejatinya melawan efek buruk dari hormon stres itu.
Orang berhasil atau orang sukses yang kita lihat selama ini sudah pasti lahir dari tempaan ratusan bahkan ribuan stresor yang membuat orang tersebut seperti sekarang ini.
Saya tutup tulisan dengan mengutip ungkapan seperti ini:
“Jangan terlena pada zona nyaman, keluarlah dari zona nyaman karena ketika kita keluar dari zona nyaman maka potensi-potensi kita yang terpendam atau tertidur akan keluar dan terbangun, karena sejatinya potensi manusia itu tak terbatas!” [T]
- Baca esai-esai lain dari Dr. dr. Ketut Putra Sedana, Sp.OG