SMAN Bali Mandara dikenal sebagai salah satu sekolah yang eksklusif. Karena tidak sembarang orang yang bisa diterima di sekolah ini. Sistem penerimaan yang eksklusif itu akan berubah pada tahun ajaran 2022/2023.
Perubahan sistem itu menuai pro dan kontra di masyarakat. Utamanya di jagat media sosial. Pertarungan opini dan pendapat antara kubu pro dan kontra, terus mengerucut. Setidaknya sepanjang bulan Mei 2022.
Maka jelang peralihan sistem itu diberlakukan, saya mengumpulkan sejumlah fakta yang terkait SMAN Bali Mandara. Fakta ini saya gali lewat observasi langsung, maupun wawancara pada narasumber primer yang terkait langsung dengan sekolah ini.
Berikut sejumlah fakta yang berhasil dirangkum:
1. Didirikan Tahun 2011
SMAN Bali Mandara didirikan pada tahun 2011. Sekolah didirikan Pemerintah Provinsi Bali. Saat itu yang menjabat gubernur adalah Made Mangku Pastika.
Gubernur Pastika pernah menyatakan bahwa salah satu pemicu kemiskinan di Bali adalah kemiskinan struktural. Orang yang kini hidup miskin, akan melahirkan anak-anak yang kelak menjadi orang miskin baru. Karena akses mereka terhadap pendidikan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, sangat terbatas. Sehingga masalah kemiskinan di Bali tak kunjung usai.
Dulunya pemerintah menggandeng Yayasan Putra Sampoerna untuk pengembangan sekolah. Saat awal pengembangan, pemerintah juga berencana mengembangkan SMKN Bali Mandara dan Politeknik Bali Mandara.
Namun proses kerjasama dengan yayasan mendadak terhenti. Sehingga proses pengelolaan dan pengembangan sepenuhnya menjadi tanggungjawab Pemprov Bali. Saat ini pengembangan baru mencapai SMKN Bali Mandara yang beroperasi mulai tahun 2015.
2. Gunakan Lahan Eks Latihan Perang
SMAN Bali Mandara berdiri di atas lahan gersang. Dulunya lahan tersebut difungsikan sebagai Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA). Namun sekolah itu bubar pada tahun 2002.
Selama bertahun-tahun bangunan eks SPMA dibiarkan terbengkalai. Karena kosong, gedung-gedung itu sering digunakan sebagai lokasi latihan penanggulangan terror dan pembebasan sandera oleh prajurit TNI.
3. Sekolah Dimulai Tanpa Gedung Permanen
Saat sekolah dimulai pada tahun 2011 lalu, sekolah tidak memiliki gedung permanen. Hanya ada sebuah gedung berupa bangunan aula serta sebuah kamar mandi. Kini bangunan itu berupa hall yang digunakan sebagai titik kumpul siswa.
Sejak awal, sekolah ini dirancang sebagai sekolah berasrama. Sehingga saat awal beroperasi, bangunan aula difungsikan sebagai asrama siswa dan guru. Tempat tidur siswa putra dan putri, hanya dibatasi lemari. Sementara guru tidur di panggung aula, sambil mengawasi siswa pada malam hari.
Biasanya aktivitas pagi dimulai pada pukul 05.00 pagi. Tapi pada masa itu, siswa bangun pada pukul 03.00 pagi. Karena harus antre di kamar mandi.
Sedangkan kegiatan belajar mengajar, dilakukan di bawah pohon bila cuaca sedang cerah. Bila hujan, proses belajar dilakukan di aula. Gedung untuk asrama dan ruang belajar baru didapat setahun kemudian. Hingga kini, sekolah masih kekurangan 5 ruang kelas untuk kegiatan belajar dan mengajar.
4. Hanya Menerima Siswa Miskin
Proses penerimaan siswa baru di sekolah ini eksklusif. Tidak sembarang orang yang bisa diterima. Syarat utama agar diterima, harus berstatus sebagai warga miskin. Tidak ada syarat agar anak-anak pintar atau berprestasi. Dulu, warga miskin dari seluruh Bali, bisa mendaftarkan anaknya ke sekolah ini.
Semakin miskin keluarga calon siswa, maka semakin besar peluangnya diterima. Proses seleksi dan perangkingan biasanya memakan waktu hingga 15 hari. Mulai dari pendaftaran berkas, home visit, boot camp, hingga penentuan calon terpilih. Hanya 150 orang anak yang mendapat kuota di sekolah ini.
Proses yang krusial adalah home visit dan boot camp. Saat proses home visit, tim akan mengunjungi rumah calon siswa. Guna melakukan proses verifikasi kelayakan. Sementara saat proses boot camp, calon siswa akan menjalani simulasi kehidupan berasrama selama 3 hari di SMAN Bali Mandara. Selama proses itu, mereka juga harus mengikuti proses wawancara yang melibatkan elemen masyarakat non pendidikan.
Cerita soal boot camp di SMKN Bali Mandara dapat anda baca lewat tulisan berjudul “Siswa Seperti Apa Masuk SMKN Bali Mandara? – Inilah Ceritanya…”.
5. Siswanya Menggunakan Seragam Dinas
Siswa di sekolah ini menggunakan seragam khusus seperti seragam ikatan dinas. Salah satu ciri khas yakni baret berwarna biru. Seragam ini hanya digunakan sewaktu-waktu. Seperti acara pengukuhan, kelulusan, penerimaan kunjungan, serta kegiatan di luar sekolah. Sementara pada hari-hari biasa, siswa tetap menggunakan seragam putih-abu, batik, pakaian adat, dan pramuka.
Seragam dinas itu ternyata punya makna sendiri. Seperti dijelaskan pada poin sebelumnya, siswa yang diterima di sekolah ini adalah siswa miskin. Rasa percaya diri mereka sangat rendah. Saat diberi seragam dinas, rasa percaya diri mereka muncul. Orang tua mereka pun bangga saat melihat anaknya dikukuhkan sebagai siswa di sekolah itu.
6. Berasal dari Siswa Bodoh
Judul poin ini mungkin terkesan ekstrem, frontal, atau menjelek-jelekkan. Tapi begitu faktanya. Siswa yang bersekolah di SMAN Bali Mandara, sebagian besar adalah siswa bodoh.
Fakta itu saya temukan dari hasil tes psikologi terhadap siswa baru tahun ajaran 2019/2020. Saya tidak menemukan data-data terkait pada tahun ajaran sebelumnya maupun sesudahnya.
Berkaca dari data tersebut, dari 150 orang siswa, hanya ada 12 orang siswa yang IQ-nya berada pada batas standar normal. Kemudian ada 4 orang dalam kondisi normal bagian atas, 5 orang IQ-nya di atas normal, dan hanya 1 orang saja yang masuk dalam IQ cerdas.
Sedangkan 128 orang siswa lain, IQ-nya di bawah rata-rata normal. Rinciannya, 24 orang normal bagian bawah, 31 orang di bawah normal, 50 orang IQ-nya lambat, dan 23 orang lain IQ-nya sangat lamban.
Kenapa mereka bisa bodoh? Penjelasannya begini. Mereka terlahir di keluarga miskin. Sehingga makanan bergizi menjadi barang mewah. Karena tidak mendapat asupan gizi yang layak, praktis perkembangan intelegensia mereka tidak sempurna. Sebab makanan yang didapat lebih banyak diserap untuk pertumbuhan fisik.
7. Wajib Lalui Kelas Dasar
Karena kemampuannya di bawah rata-rata, sekolah harus menyiapkan kelas fondasi atau foundation class. Jangankan mengenal bilangan integral. Mereka yang IQ-nya di bawah rata-rata tidak fasih dengan perkalian dan pembagian. Beberapa siswa bahkan membutuhkan kelas khusus untuk penambangan, pengurangan, dan Bahasa Indonesia sehari-hari.
Kelas fondasi biasanya dibuka selama sebulan penuh. Selama kelas ini, guru memastikan peserta didik memiliki pengetahuan dasar. Supaya mereka siap dengan proses pembelajaran di SMAN Bali Mandara.
8. Membangun Mimpi
Seperti yang dijelaskan pada beberapa poin sebelumnya. Siswa di SMAN Bali Mandara adalah siswa miskin. Selain miskin, IQ mereka juga di bawah rata-rata. Gara-gara miskin dan bodoh, mereka tidak berani bermimpi dan tidak pernah punya cita-cita.
Di sekolah ini, setiap siswa baru wajib mengikuti program The Calling. Lewat program ini, siswa dibantu membangun cita-cita. Cita-cita itu dituliskan pada selembar kertas dan disimpan dalam sebuah botol kaca. Selanjutnya botol itu disimpan di ruang perpustakaan.
Selama menempuh pendidikan, siswa akan menjadikan cita-cita mereka sebagai acuan dalam mengenyam pelajaran. Guru juga menjadikan program itu sebagai acuan dalam memberikan pelajaran tambahan. Disamping melihat minat dan bakat dari siswa masing-masing.
9. Evaluasi Pembelajaran Dilakukan Siswa
Proses evaluasi pembelajaran di sekolah ini unik. Biasanya kepala sekolah akan mengevaluasi proses pembelajaran pada guru. Tapi di sekolah ini, kepala sekolah akan mengevaluasi pembelajaran pada siswa.
Kepala SMAN Bali Mandara, Nyoman Darta menceritakan, setiap jam pelajaran berakhir, ia akan bertanya pada para siswa. Apakah sudah memahami materi yang diberikan? Apakah merasa nyaman dengan proses pembelajaran?
Bila ada yang kurang, Darta akan memberikan perhatian khusus pada guru bersangkutan. Ia berpendapat guru harus mampu memberikan materi yang dipahami siswa. Apalagi ada berbagai metode pembelajaran yang digunakan.
Alhasil guru pun berusaha menghadirkan pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa. Hal itu disesuaikan dengan kemampuan kognitif siswa. Bila mengacu pada kurikulum merdeka, prose situ disebut dengan “menghamba pada siswa”.
10. Asrama Mendorong Siswa Jadi Kompetitif
Kehidupan berasrama ternyata berpengaruh pada iklim kompetisi di sekolah. Bukan hanya pada siswa, tapi juga pada guru. Aktivitas siswa dalam kehidupan berasrama sangat padat. Usai pembelajaran di ruang kelas, mereka biasanya akan sibuk dengan aktivitas lain. Ada yang sibuk dengan kegiatan ekstra kurikuler, berkebun, maupun beternak lele.
Usai makan malam, siswa biasanya akan belajar bersama. Paling tidak mereka membaca buku yang disiapkan di perpustakaan asrama. Proses pembelajaran akan selesai pada pukul 20.45.
Biasanya beberapa siswa diberi kelonggaran belajar hingga pukul 23.00 malam. Dengan catatan siswa itu tengah menyiapkan diri mengikuti lomba. Itu pun harus didampingi guru yang bersangkutan.
Kebiasaan itu dilakukan sedemikian rupa. Sehingga menjadi budaya. Saat ada perlombaan, siswa dan guru selalu didorong ikut serta. Meski tak selalu berhasil menjadi juara. Ketika ada yang berhasil menjadi juara, maka dia berbagi tips pada rekan-rekannya. Hal itu mendorong siswa dan guru lain terus bergerak maju.
11. Sekolah Berbasis Riset
SMAN Bali Mandara mendeklarasikan diri sebagai sekolah berbasis riset. Riset yang dimaksud bukan melulu soal sains. Tapi juga soal karya ilmiah. Siswa di jurusan Ilmu Alam dan Ilmu Sosial mendapat kesempatan yang sama terkait riset.
Setiap tahun sekolah ini telah melahirkan berbagai alat. Salah satu yang tersohor adalah alat pendeteksi cuaca bernama “Digital Smart Psychometer”. Alat itu berhasil meraih medali emas pada ajang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI). Siswa yang terlibat dalam riset alat tersebut, yakni I Dewa Gede Wicaksana Prabaswara dan Yuan Dwi Kurniawan sempat melakukan presentasi alat tersebut di Los Angeles, Amerika Serikat, pada 2018. Mereka berhasil menjadi finalis pada ajang tersebut.
Hingga kini sekolah telah memiliki 11 buah hak paten dan pencatatan ciptaan dari Kementerian Hukum dan HAM.
Saking tingginya animo riset, dewan guru kewalahan memeriksa makalah siswa. Pada tahun ajaran 2021/2022, ada 70 buah makalah riset yang masuk. Menjelang akhir tahun ajaran, belum semua makalah bisa dituntaskan.
12. Dijatah Rp. 6.500 Sekali Makan
Sebagai sekolah berasrama, sekolah tentu wajib menyiapkan makan bagi siswa. Baik makan pagi, siang, maupun malam. Tapi tahukah anda bila jatah makan di sekolah tersebut sangat minim?
Setiap siswa hanya dijatah Rp 6.500 untuk sekali makan. Bila dihitung, biaya untuk makan-minum siswa saja mencapai Rp 3,15 miliar setahun. Karena nilainya di atas Rp 200 juta, maka proses pengadaan makan-minum wajib dilakukan melalui tender dibuka. Sudah jatahnya kecil, eh ditawar pula saat tender.
Dengan biaya sebesar itu, bisakah mendapat makanan dengan gizi layak? Dalam kondisi normal, barangkali tidak. Tapi di SMAN Bali Mandara, mereka mampu melakukan itu.
Siswa mendapat nasi, sayur mayur, daging ayam atau ikan, tahu atau tempe, buah, serta sambal. Siswa bahkan masih boleh tambah nasi, sayur, dan sambal.
Rupanya sekolah ini memiliki alumni yang sudah menyelesaikan kuliah di jurusan gizi. Alumni itu memberikan menu makanan yang murah meriah, tanpa mengesampingkan gizi dan nutrisi. Sehingga siswa tetap mendapatkan makanan yang layak, meski jatahnya hanya Rp 6.500 sekali makan.
13. Wajib Membaca
Siswa di sekolah ini, wajib membaca. Setiap hari mereka harus menyisihkan waktu untuk membaca buku, minimal 15 menit sebelum masuk kelas. Buku yang dimaksud adalah buku selain buku pelajaran. Bisa berupa novel, kumpulan cerpen, antologi puisi, biografi, atau buku-buku yang berkaitan dengan pemikiran tokoh bangsa.
Hasil pembacaan itu kemudian diceritakan di depan kelas dan guru. Maka jangan heran bila siswa di sekolah itu kebanyakan suntuk dengan buku. Mereka selalu mengisi waktu luang dengan belajar, membaca, olahraga, berkebun, atau beternak. Sangat jarang ada siswa yang menghabiskan waktu hanya untuk mengobrol, apalagi bengong.
14. Bisa Lulus Lebih Cepat
Sejumlah siswa di SMAN Bali Mandara bisa lulus lebih cepat. Sebab sekolah ini menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan sistem SKS. Dengan sistem ini, siswa bisa menuntaskan pendidikan selama 2 tahun, 3 tahun, bahkan 4 tahun. Tergantung dari bakat, minat, kecerdasaran, dan kecepatan belajar masing-masing siswa.
Mengacu data di SMAN Bali Mandara, sejak 2013-2019 ada 22 orang siswa yang lulus setelah menempuh pendidikan selama 2 tahun. Namun ada pula 7 orang siswa yang baru lulus setelah 4 tahun menempuh pendidikan di sekolah itu.
15. Hanya 55 Orang yang Dapat Kerja
Jangan emosi. Judul poin ini click-bite belaka. Hingga kini SMAN Bali Mandara telah meluluskan 750 orang siswa.
Dari ratusan siswa itu, hanya 55 orang saja yang langsung bekerja. Itu hanya mencakup 7,3 persen dari total lulusan. Sisanya? Mereka melanjutkan pendidikan.
Sebanyak 334 orang atau 44,5 persen diterima di Perguruan Tinggi Negeri, 314 orang atau 41,9 persen diterima di Perguruan Tinggi Swasta, 37 orang atau 4,9 persen diterima di sekolah ikatan dinas maupun akademi militer atau kepolisian, serta 10 orang lainnya diterima di perguruan tinggi luar negeri.
Bagi siswa di sekolah ini, perguruan tinggi swasta menjadi salah satu alternatif. Sebab mereka bisa menerima beasiswa ganda di sana. Selain beasiswa dari lembaga, mereka juga berpeluang mendapat beasiswa dari alumni. Beasiswa lembaga digunakan untuk membiayai pendidikan, seperti SPP, SKS, dan lain sebagainya. Sedangkan beasiswa alumni digunakan untuk membiayai hidup sehari-hari.
Salah satu PTS favorit siswa sekolah ini adalah Sekolah Tinggi Prasetiya Mulya. Saat ini ada puluhan alumni SMAN Bali Mandara yang menempuh pendidikan sarjana di sekolah itu. Mereka tidak lagi dipusingkan dengan biaya pendidikan dan biaya hidup di tanah rantau.
Secara grafik, alumni yang berhasil mendapat kerja selepas menempuh pendidikan di SMAN Bali Mandara memang kecil. Biasanya mereka baru bekerja setelah menyelesaikan pendidikan mereka di PTN/PTS/maupun di sekolah ikatan dinas.
Rata-rata, setelah 3 tahun hingga 4 tahun bekerja, alumni bisa mengangkat taraf kehidupan keluarganya. Sehingga tidak miskin lagi. Bahkan ada juga yang mampu meningkatkan taraf hidup keluarga, kurang dari setahun. Sehingga masalah kemiskinan struktural, bisa dituntaskan.
***
Kini mulai tahun ajaran 2022/2023 mendatang, proses penerimaan siswa baru yang dilakukan secara eksklusif, akan dicabut. Privilege bagi siswa miskin mendapat pendidikan di SMAN Bali Mandara akan berkurang.
Proses penerimaan siswa yang tadinya 100 persen untuk siswa miskin, kini akan berubah. Pada tahun ajaran ini, penerimaan siswa baru akan diubah menjadi 50 persen jalur zonasi (untuk Kecamatan Sawan, Kubutambahan dan Tejakula), 15 persen jalur afirmasi/miskin, 5 persen jalur perpindaha orang tua, 10 persen rangking rapor, dan 20 persen jalur sertifikat prestasi.
Bagi saya, kekurangan sekolah ini hanya satu. Yakni namanya. Nama “Bali Mandara” sangat identik dengan visi-misi Gubernur Bali sebelumnya.
Andai saja namanya diubah menjadi SMAN Jana Kerthi. Yang artinya membangun manusia yang utuh lahir dan batin sehingga menjadi manusia Bali yang unggul dan berkarakter. Tentu akan lebih selaras dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. [T]