Malam minggu pukul 21.40 WITA setelah kontrol dari dokter kepercayaan kami, kami putuskan untuk mengenang masa kecil di pedesaan, yaitu minum kuud (buah kelapa muda).
Setelah berkeliling akhirnya kami menemukan tempat untuk membeli kuud. Tempatnya di pinggir Jalan Ahmad Yani Singaraja. Saat sampai telah ada 6 keranjang yang berisi kulit kuud telah dibelah. Orang-orang juga saya amati menikmati baik air kuud atau dagingnya. Sekitar 5 orang di meja masing-masing dan 2 motor antre untuk membeli. Hmm, tempat ini laris manis dan tidak ada raut penyesalan dari konsumen yang membeli kelapa muda disini.
Tiba giliran kami, disapa dengan ramah sambil tersenyum kepada kami. Walau menggunakan masker, tentu bisa kita lihat jika pedagang ini tersenyum dengan kami. Kami katakana ingin kuud yang ada dagingnya tidak terlalu tebal. Dengan teknik melakukan perkusi/pukulan kepada kuud pedagang ini bisa mengetahui mana kuud yang lebih muda dan pas sesuai dengan selera kami.
Sebenarnya ilmu ini bukan imu hitam atau putih. Ilmu ini adalah berbasis ilmiah dan dapat dijelaskan. Bahkan para dokter maupun tenaga kesehatan terlatih sering menggunkan untuk mendiagnosa kelainan yang ada dalam tubuh manusia.
Istilah di kedokteran namanya adalah pemeriksaan perkusi. Sebagai contoh saat pasien mengalami Pneumothorax (udara berlebih dalam dada pasien) biasanya setelah mengaami kecelakaan akan terdengar tung tung (hipersonor: suara bergaung; bunyi resonansi dengan tinggi nada rendah) karena banyak udaranya.
Sedangkan saat ada cairan berlebih pada salah satu bagian dada paru atau keduanya akan terdengan deb deb (pekak); mirip saat melakukan perkusi di paha. Teknik ini juga sering digunakan pemetik mangga ketika ingin memetik mangga menggunakan sumbul (alat yang biasanya berbentuk bulat dengan jarring mengelilinginya pada salah satu sisinya, lalu dihubungkan dengan kayu atau bambu sehingga saat mangga ditarik, jatuh di jarring tersebut). Perkusi juga ada di dunia musik juga lho.
Apa yang spesial dari senyuman? Bukan ternyata lagi, bahwa senyum dapat meningkatkan kepuasan/satisfaction pelanggan. Kepuasan berasal dari bahasa latin yaitu ‘satic’: cukup baik/memadai dan ‘facion’: melakukan/membuat.
Menurut Mowen dan Michael (2002), interaksi pegawai/pelayan mempengaruhi kepuasan pelanggan seperti keramahan, sikap hormat, dan empati yang ditunjukkan oleh pemberi jasa. Bahkan penelitian Singh (2006) pelayanan yang baik meningkatkan loyalitas konsumen. Ternyata senyum mampu mempengaruhi pelanggan melalui penjelasan Hatfield yaitu penularan emosi primitif melalui umpan balik dan mimikri karena suasana hati yang positif dan individu yang ditiru senyumnya merasa bahagia pada saat oksigen meningkat.
Saya sendiri ikut tersenyum ketika penjual kuud itu tersenyum bahkan hingga menyerahkan susuk (dalam Bahasa Bali, susuk berarti uang kembalian). Dengan puasnya pelanggan maka reward yang didapat penjual/pelayan adalah loyalitas dari pelanggannya. Loyalitas ini dibuktikan dengan kemungkinan besar pelanggan akan datang lagi memberi produknya.
Kurang lebih setiap orang memiliki 250 orang potensial yang ia kenali, baik itu keluarganya, teman sekolahan dari SD hingga tingkatan lebih lanjut, rekan kerja, dan lain-lain. Dengan puasnya pelanggan, maka otomatis pelanggan akan menceritakan kepada orang ia kenali bahwa membeli kuud yang enak dan ramah penjualnya adalah seperti yang saya tulis di atas.
Bahkan secara tidak langsung saya terketuk mempromosikan penjual kuud di atas. Semua bermula dari senyuman yang merekah. Mampukah kita lakukan di pelayanan publik lainnya seperti di rumah sakit, kantor-kantor pelayanan masyarakat, dan lain-lain? Mari tersenyum yang merekah, yakinlah jadi berkah. Namun jangan senyum terus menerus sendiri juga ya, RSJ Bangli menanti, hehe. [T]