28 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Lingga

Wulan Dewi SaraswatibyWulan Dewi Saraswati
February 2, 2018
inCerpen

Ilustrasi: IB Pandit Parastu

58
SHARES

Cerpen: Wulan Dewi Saraswati

SEBELUM tengah malam meme menghubungiku, suaranya lelah, tak bergairah. Aku pikir tidak ada yang tidak dapat ia hadapi kecuali kemalasan bapa. Setiap menerima panggilan dari meme malam hari, aku hanya diam. Aku gemetar. Seperti mengingat kejadian puluhan tahun, saat aku tidak diizinkan ke luar rumah.

“Berbahaya main di luar! Kamu harus diam di rumah. Kamu dengar?!” Suara bapa memekik telinga. Matanya melotot tajam. Aku diam. Hanya tersungkur di balik tirai sambil mengintip dari jendela anak-anak yang bebas main sepeda.

“Berbahaya?” tanyaku lirih. Air mataku berjatuhan sambil menggigit bibirku. Dia mendekat lalu membuka tirai, menarik rambutku agar aku bangkit dari persembunyian.

“Tidak semua pertanyaan perlu jawaban. Aku pun tidak pernah mendapat jawaban atas pertanyaanku. Mengapa kau lahir sebagai perempuan? Apakah Tuhan menjawab doaku? Tidak! Biar jadi misteri. Seperti misteri kelahiranmu,” gertaknya sambil meremas rambutku.

Aku bodoh. Hal yang harus kulakukan adalah teriak, menangis lantang agar tetangga menolongku dari siksaan ini. Aku tidak mengerti mengapa bapa membenciku. Apa karena aku perempuan?

“Bapa, Luh. Bapa hilang! Sejak seminggu lalu ia hilang. Polisi dan keluarga juga sudah mencarinya. Luh, bapa hilang!”kata meme membuyarkan lamunanku.

Meme kerap menghubungiku bila terjadi sesuatu di rumah. Sebagai anak tertua, aku berkewajiban lebih besar mengurus meme dan bapa. Selain itu, tidak ada penerus keturunan di keluarga kami. Penerus keluarga haruslah laki-laki. Tidak boleh perempuan mengambil hak atas warisan ataupun nama keluarga. Setelah aku dan adikku bekerja di Zwolle, meme dan bapa hanya berdua. Semenjak itulah bapa jadi berbeda. Banyak orang menuduh bahwa ini akibat keluarga kami yang dikutuk leluhur.

“Luh, Bapa sudah gila! Kamu tanyakan pada orang pintar, mungkin ada yang perlu ditebus. Sepertinya leluhur mengutuk keluargamu,” kata Mbok Rai adik Bapa sewaktu aku menjenguk meme dan bapa.

“Kadang dia berjalan sendiri ke pasar ikan sambil bernyanyi Juru Pencar!” imbuh Mbok Sri tetangga seberang.

“Kamu nanti bukan keluarga ini lagi, lebih baik Putu Suta yang mengurus masalah ini. Dia sepupu lelaki tertuamu dan pantas menjadi ahli waris,” sambungnya.

Semenjak kepergianku ke Zwolle , orang-orang selalu membahas ahli waris. Aku jenuh mendengar ocehan mulut api seperti mereka. Aku pun geram.

“Lin! Sampai kapan kau tidak menjelaskan ini kepada orang tuamu? Kau tidak bisa lagi menyembunyikan identitasmu,” tiba-tiba Kylie menyahut dari belakang. Ia nampaknya tahu aku mendapat telepon dari meme.

“Kalau kau ada waktu, kembalilah. Ini semua bukan salahmu. Bukan salah siapa. Memang sudah takdir keluarga kita tidak diberikan penerus. Sudahlah, tidak usah jadi beban. Kamu tidak perlu sampai melarikan diri ke negeri orang. Pulang saja, Luh. Lelah sudah meme mengurusi bapa. Warga desa juga sudah putus asa. Sia-sia saja,” kata meme yang kudengar isak tangisnya.

Hingga kini aku masih memanggilnya meme. Begitupun meme selalu menyebutku dengan Luh. Yah, aku Luh Lin. Semenjak usaha rumput lautku berhasil, bahkan sampai ke negeri Belanda, aku dan keluargaku tidak lagi jadi bahan olok-olokan. Paman dan bibi tidak lagi merampas hak kami, termasuk jatah beras dari sawah kakek. Orang-orang desa tidak lagi menghina meme yang tidak pernah bisa melahirkan anak laki-laki. Selain itu, bapa tetap saja malas tidak mau bekerja.

Tidak pernah kulihat bapa bekerja. Ia hanya sibuk menjual tanah-tanahnya kepada orang kota. Semakin laku, semakin tinggi nafsunya mencari gadis-gadis dekat terminal. Setelah itu, bapa punya utang. Kalau tidak segera dilunasi, bapa mengancam bunuh diri.

Akhirnya hasil penjualan ayam potong meme, diberikan padanya. Kesal sekali. Lelaki macam apa yang malas dan lemah seperti itu. Apa karena ia terlahir sebagai lelaki ia mampu meneruskan keluarga kemudian mendapat warisan? Toh nanti juga dijual. Tidak menjamin pewaris keluarga itu adi luhur sikapnya. Aku benci bila mengingat kejadian itu.

Semenjak aku di Zwolle bersama Kylie, aku lebih tenang. Aku jarang mengingat kejadian itu kecuali pada saat meme menghubungiku seperti saat ini. Isak tangis yang terdengar seperti lagu tidur malam saat masa kanakku dulu. Meme selalu menyimpan rasa kecewa lewat air matanya.

“Kalau aku pulang, apa meme akan tetap menerimaku?” tanyaku usai menenangkan diri.

“Mengapa tidak, Luh? Meme sangat merindukanmu dan Ris, adikmu. Namun sayang, adikmu sudah meninggal,” sahutnya semakin melemah. Aku meneguk wine, menenangkan diri. Udara sejuk Zwolle di akhir tahun sungguh membantuku menenangkan diri. Aku terdiam.

“Kalau saja bapa punya anak laki-laki pasti sudah hebat dia. Bisa main tajen, main di terminal, ngurusi bapa. Kalau kamu dan adikmu? Cuman bisa di rumah,” kata bapa ketika ia mabuk usai judi di bale banjar. Aku ingat benar, hanya aku yang dapat melawan bapa. Malam itu juga, selagi ia tidak sadar penuh. Aku siram kemaluannya dengan air hangat. Tidak ada yang berani membelaku sejak itu.

Malam itu adalah malam terakhir bapa merasakan nikmatnya menjadi lelaki. Kelaminnya terkelupas dan mengkerut. Ia hanya bisa tersungkur menahan kobaran panas. Setelah itu, tidak pernah kudengar kabar bapa ke terminal atau bale banjar satu-satunya yang ia tahu adalah kasur dan kamar mandi. Kakinya tidak berfungsi baik. Bila buang air kecil hanya tetes demi setetes. Bapa hanya menggerutu. Sepertinya ia mengutukku dalam hati. Aku tidak peduli. Kutukannya tidak akan didengar leluhur.

Bagiku, lebih baik bapa bermalas di rumah ketimbang keluyuran mencari orang-orang malas yang lainnya di luar. Aku sudah membantu leluhurku. Membantu mereka menyadarkan bapa sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab mengurus rumah. Ah, kejadian itu benar-benar membuat aku muntah. Cepat-cepat kuteguk sisa wine berharap kenangan itu segera tertelan.

“Besok aku pulang bersama temanku,” sahutku tenang.

“Terima kasih, Luh. Mungkin kehadiranmu dapat membuat bapa pulang. Meme harus ke kantor polisi, semoga sudah ada perkembangan tentang ini.”

“Apa benar meme ingin mencari bapa? Bukannya lebih baik ia tidak ada?”

“Luh!”

“Lelah, Me!”

“Tidak ada yang lebih pantas kau sebut bapa selain dia. Apa pernah dia menjualmu?”

“Mungkin saja. Kalau utangnya belum lunas!”

“Jangan lagi kau berbicara begitu. Kamu harus mengerti kondisi.”

“Kondisi bahwa kita menyerah pada takdir? Takdir bisa diubah.”

“Kamu anak perempuan yang selalu berbicara kasar tentang dia.”

“Aku tidak seperti yang meme bayangkan lagi.”

“Apa maksudmu, Luh?”

“Sudahlah. Takdir adalah perjuangan, Me. Aku sudah berjuang melawan takdirku!” Aku makin geram. Sloki ditangan kubantai, hampir terkena lengan Kylie. Untung saja, remah gelas itu tidak menusuk Kylie yang sedang menidurkan North.

“Kalau saja meme ditakdirkan untuk memilih sebagai ibu atau ayah. Tentu meme akan memilih sebagai ibu. Jadi ibu untukmu. Sudahlah, sampai jumpa. Meme tunggu.” Telepon ditutup. Isak tangis itu tidak lagi kudengar. Tapi North menangis sejadi-jadinya. Kylie panik dan memberikannya padaku. Aku mengayun North agar tidur lelap untuk beberapa waktu.

“Mengapa tak kau ceritakan semua?” tanya Kylie sembari membetulkan selimut.

“Nanti, setelah kita tiba di sana,” jawabku sekadar. Tengah malam kami pun berkemas. Beberapa perlengkapan yang benar-benar perlu saja dibawa. Perjalanan panjang yang memakan waktu 16 jam tentu melelahkan. Lebih baik North diamankan. Lebih baik ia ditaruh di koper agar tidak merepotkan. Robot bayi yang kubeli di Amerika itu memang cukup merepotkan.

“Me, perkenalkan temanku Kylie. Calon istriku,” itulah kata pertama yang kuberi buat meme yang tidak kunjung menemukan bapa.

“Duh, ratuuuuuu! Meme pikir kau akan membantu!” sahutnya gemetar memendam amarah.

“Ini takdirku, Me! Takdir yang kuperjuangkan dari dulu! Ini semua untuk keluarga! Beginilah bentuk bantuanku, Me.”

“Tersiksa menjadi perempuan bukan berarti kau harus menjadi orang lain!”

“Me! Demi operasi, susah payah kukumpulkan uang, sampai pergi ke negeri luar hanya untuk menjawab keresahan keluarga ini!”

Di tengah perselisihan, muncul seseorang. Ia membuka pagar dengan menggeser engsel perlahan hingga decit besi tua itu terdengar. Kami diam. Tak saling menatap. Perlahan mataku melihat lelaki tua dengan gincu di bibirnya. Ia berjalan sambil bernyanyi Juru Pencar! Ya itu bapa!

“Siapa kamu? Mengapa di rumahku?” tanyanya.

“Perkenalkan aku Lingga, purusa di keluarga ini,” sahutku tegas.

“Lin?”

Keadaan semakin dingin. Aku ragu, apa benar ini bapa yang selalu punya tenaga untuk melawanku? Kali ini aku lihat benar gincu itu. Bapa ternyata hilang untuk kembali lagi ke terminal tempat perempuan malam berkubang! Aku geram, aku geram!

“Aku tidak lagi Lin!”

“Kau anak perempuanku.”

“Tidak lagi!”

“Ke mana saja bapa selama ini? Tidak hentinya meme mencari dan menangis karena bapa! Aku sudah jadi apa yang kalian ingin. Sekarang mari buat perayaan pernikahanku,” gertakku.

“Maaf. Aku pergi ke terminal. Menjadi perempuan binal.”

Kami hening. Tak saling menatap. Tak saling berpeluk. Mungkin juga leluhur membisu. Ternyata takdir adalah kutukan. (T)

Tags: Cerpen
Previous Post

Hati Perempuan Bukan Rumah Bordil – Curhat Klise pada Suatu Senja

Next Post

Naik Delman Lebih Istimewa – Renungan dari Upanishad hingga Ibu Sud

Wulan Dewi Saraswati

Wulan Dewi Saraswati

Penulis, sutradara, dan pengajar. Saat ini tengah mendalami praktik kesenian berdasarkan tarot dengan pendekatan terapiutik partisipatoris

Next Post

Naik Delman Lebih Istimewa - Renungan dari Upanishad hingga Ibu Sud

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more

Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

by Hartanto
May 28, 2025
0
Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

SALAH satu penggayaan dalam seni rupa yang menarik bagi saya adalah gaya Abstraksionisme. Gaya ini bukan sekadar penolakan terhadap gambaran...

Read more

Waktu Terbaik Mengasuh dan Mengasah Kemampuan Anak: Catatan dari Kakawin Nītiśāstra

by Putu Eka Guna Yasa
May 28, 2025
0
Pawisik Durga, Galungan, dan Cinta Kasih

DI mata orang tua, seorang anak tetaplah anak kecil yang akan disayanginya sepanjang usia. Dalam kondisi apa pun, orang tua...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space
Pameran

Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space

ANAK-ANAK muda, utamanya pecinta seni yang masih berstatus mahasiswa seni sudah tak sabar menunggu pembukaan pameran bertajuk “Secret Energy Xchange”...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co