4 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Polemik Tentang Sains, Agama dan Filsafat antara GM dan AS Laksana – Sebuah Perbandingan

dr. Ketut Suantarabydr. Ketut Suantara
June 15, 2020
inEsai
Si Perantau Tanggung: Asal Tabanan, Lahir di Buleleng, Domisili Negaroa
44
SHARES

Mengapa judul tulisan ini saya isi dengan kata perbandingan?

Begini. Hari hari ini dunia medis sedang dalam tekanan. Di satu sisi pandemi Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda menyurut, sisi lainnya kepercayaan masyarakat terhadap kami, petugas medis, dalam menangani situasi ini juga mulai tergerogoti. Banyak faktor yang mungkin bisa jadi penyebabnya. Kelesuan ekonomi, ketidakpastian hari esok apalagi masa depan adalah beberapa diantaranya.

Tapi yang sangat disayangkan adalah adanya pihak pihak yang bersuara miring tentang situasi ini, termasuk  atas kinerja kami dalam usaha ikut menanggulangi pandemi ini. Mulai dari tudingan konspirasi global, hingga usaha mencari keuntungan dari pihak rumah sakit termasuk dokter dengan menunggangi kesulitan yang tengah dihadapi masyarakat.

Dan saat yang menyuarakan itu adalah tokoh “publik” dengan penggemar yang cukup banyak, maka hal ini terasa mengganggu, seperti sebuah kampanye negatif terhadap usaha kita bersama untuk bisa segera lepas dari situasi ini. Wacana konspirasi global yang didengungkan sang tokoh, sepintas mengingatkan saya akan ide yang nyaris sejenis. “Indonesia bubar di tahun sekian”, kata tokoh lain  saat hangatnya persaingan kursi presiden di pilpres kemarin. Yang setelah ditelusuri, ide itu didapat dari sebuah cerita fiksi karangan orang asing, yang menyinggung negara kita.

Ide konspirasi ini pun saya dengar, termuat di sebuah novel karya penulis Eropa Timur yang kemungkinan dibaca sang tokoh, dan disandingkan dengan situasi  saat ini, yang mungkin menurut imajinasi liarnya adalah sesuatu yang sebangun. Kesimpulannya saat sebuah wacana didasarkan pada sebuah imajinasi ataupun cerita fiksi, mestikah kita membuang banyak energi untuk membahasnya, hingga kita melupakan apa yang semestinya kita lakukan sebagai sebuah bangsa?

Saya tak ingin membahas lebih lama tentang polemik itu. Pemakaian bahasa yang kasar, argumentasi yang dangkal tak berdasar. Seakan mengejek kewarasan kita sebagai orang yang berpendidikan.

Untungnya, pada saat-saat yang sama kita disibukkan dengan adu pikiran yang berwibawa antara dua tokoh yang kita kenal produktif berkarya di kancah penulisan tanah air. Goenawan mohhamad sang penulis catatan pinggir dan mantan pemimpin redaksi majalah Tempo, beradu pendapat secara elegan dengan sang penulis muda dari Jawa timur AS Laksana, seorang penulis cerpen dan esai yang juga terkenal di Indonesia.

Polemik ini diawali oleh AS Laksana, dengan mengkritisi pilihan sikap GM terkait peran sains dalam kehidupan sehari hari kita yang disampaikan GM dalam sebuah seminar, dipadupadankan dengan yang beliau tulis di media selama masa pandemi ini. Saya menangkap sikap GM ini dilandasi oleh kegemasan beliau melihat perkembangan penanganan pandemi Covid 19 ini oleh pihak pihak yang berwenang, dalam hal ini bidang kesehatan, yang notabene adalah bagian tak terpisahkan dari sains.

GM sampai merasa perlu menunjukkan kepada kita  kisah penanganan pandemi dimasa lalu , saat dr Cipto Mangunkusumo mengatasi pandemi Pes di sebuah kota di Jawa. Polemik yang diawali oleh kedua tokoh tadi, dalam perjalanannya kemudian di ramaikan oleh beberapa penulis lainnya, yang merasa tertantang untuk ikut unjuk pengetahuan mereka. Hingga kemudian kita bisa melihat dua kutub yang terbentuk. GM dan Ullil Absar Abdalla di satu sisi , sisi lainnya Sulak dan Nirwan Ahmad Arsuka. Kemudian beberapa nama yang ikut menyemangati mereka, antara lain Budi Hardiman, Taufiqurrahman, Saut Situmorang dan lainnya.

Saya tak ingin masuk ke materi, ataupun essensi dari perdebatan mereka. Karena saya merasa tak  mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal ini. Sains, agama apalagi filsafat memang selama ini adalah domain beberapa orang atau kelompok saja yang berkhidmat disana. Sebuah dunia yang menantang, menggairahkan, namun tak cukup dekat untuk bisa kita jangkau. Saya hanya ingin menunjukkkan apa yang pernah saya baca dan saya ingat tentang hubungan unik dan menarik diantara para pelaku polemik ini.

Goenawan Mohhamad kita kenal adalah salah satu penulis produktif di tanah air. Dia menulis sejak usia dini. Saat terjadi polemik kebudayaan di tahun 65 antara sastrawan kiri yang tergabung dengan lekra melawan para penentangnya. Dia adalah salah satu sastrawan yang ikut menandatangani Manifest Kebudayaan (Manikebu ) sebagai tandingan ide sastra sebagai panglima yang diajukan oleh Lekra.

Dalam Catatan Pinggir yang dia tulis, dia sering menyinggung tentang polemik sastra yang terjadi lebih awal, saat STA berpolemik dengan beberapa sastrawan terkait sastra Indonesia modern. Jadi tak diragukan lagi kemampuan dan kedewasaan beliau dalam menghadapi perbedaan pemahaman yang diajukan oleh lawannnya saat  berpolemik. AS Laksana bukanlah penulis kemarin sore. Banyak tulisannya menginspirasi para penulis muda.

Satu yang unik, kumpulan cerita Sulak pernah terpilih sebagai karya terbaik pilihan majalah Tempo beberapa tahun silam. Dimana kita ketahui, majalah Tempo identik dengan nama GM sebagai pendiri awal dan pemimpin redaksi yang cukup lama. Perseteruan antara kedua tokoh ini terendus media saat Indonesia terpilih sebagai negara tamu dalam ajang pameran buku terbesar di dunia yang diadakan di kota Frankfurt Jeman kira-kira 6 tahun yang lalu.

Kebetulan GM terpilih sebagai ketua kurator karya sastra Indonesia yang bisa ditampilkan di ajang itu. Sulak mempertanyakan alasan GM memilih tema buku yang dibawa kesana, dan penulis mana yang bukunya dipamerkan disana. “Kenapa mesti memilih tema 65, dan menunjukkan aib kita kepada orang lain? tak adakah tema yang lebih menarik dari negeri dengan 13 ribu pulau ini?” begitu protes Sulak sengit.

Jawaban GM seminggu berikutnya di kolom yang sama kurang lebih seperti ini. Ide tentang peristiwa 65 datang dari publik Jerman selaku tuan rumah, artinya bagi mereka issue tersebut masih merupakan sesuatu yang sexy dan memancing rasa ingin tahu yang dalam. Dan kebetulan ada karya yang mewakili zaman itu  baru saja dipublikasikan. Tanpa beliau sebut, kita tahu ada novel Amba dan Pulang yang masing masing ditulis oleh dua penulis wanita kita. Laksmi Pamuncak dan Leila Ch Chudori. Jadi kalau peristiwa ini yang kemungkinan masih menjadi residu diantara hubungan mereka berdua, hanya mereka yang tahu.

Dua nama yang juga terlibat dalam polemik ini adalah Nirwan Arsuka dan Fx Budi Hardiman. Kebetulan saya mempunyai banyak buku GM, jadi saya tahu bahwa kedua orang ini pernah membuat endorsement, kata pengantar untuk kumpulan tulisan GM. Jadi terdengar aneh saat mereka yang dulunya memuji GM (kata pembuka biasanya bersifat subyektif, tapi secara umum isinya hal yang baik atau pujian) sekarang terlihat berseberangan pendapat dengannya. Apakah ini sebuah pengkhianatan intelektual? Mungkin itu yang terbersit di benak kita. Tapi saat membaca tulisan panjang lebar mereka berdua yang jernih, runut dengan argumentasi yang mumpuni. Kita tak pantas menganggapnya begitu. Disinilah kepiawaian mereka, orang orang yang kepalanya telah dipenuhi kebijaksanaan. Saat mereka berbeda pendapatpun, itu ditunjukkan dengan bermartabat. Hal yang tak kita temui dalam polemik tentang konspirasi global yang dilancarkan dengan protes terhadap penanganan Covid-19, yang terkesan menyerang membabi buta, miskin argumentasi dan menihilkan empati.

Satu yang perlu kita syukuri adalah polemik ini melibatkan orang orang dari hampir seluruh penjuru negeri. GM yang orang Jawa Tengah, Sulak Jawa Timur, Budi Hardiman yang mungkin dari Sunda, Nirwan Arsuka orang Makassar, Saut Situmorang orang Batak. Itu artinya keinginan untuk berpolemik secara kesatria sudah menyebar ke seantero negeri. Kasarnya, mereka yang pintar sudah ada dimana mana, bukan hanya di Jawa saja. Satu yang perlu ditunggu adalah , tulisan jernih sosiolog kita dari Kupang Ignas Kleden. Dan yang cukup membuat saya bergairah barangkali ada satu nama dari daerah asal saya Bali yang akan  turun gunung ke kancah ini, siapa tahu.

Kembali sedikit ke tema polemik ini. Mempertentangkan antara sains, agama dan filsafat di hari hari ini, terutama dalam situasi pandemi  dan ditengah usaha kita keluar dari krisis , mungkin tak cukup efektif. Tapi sebagai penyeimbang ditengah ujaran tak mengenakkan yang miskin harapan tadi, ini seperti oase penyejuk, tempat kita menarik nafas panjang sejenak di tengah  polusi pemikiran yang bersiponggang.

Terkait wabah seperti ini, suara agama (yang dulu diwakili gereja) sudah lama kita lupakan. Dan untuk filsafat, saya rasa juga belum waktunya, kita butuh sesuatu yang segera, terarah dan bisa kita nilai keberhasilan maupun kegagalannya. Satu satunya tempat kita bersandar saat ini mungkin hanya Sains. Tak ada salahnya kita mengingat pernyataan tak terbantahkan Wiston Churchill, mantan perdana menteri Inggris yang legendaris itu. Mungkin Demokrasi bukanlah pilihan yang paling sempurna untuk Dunia. Tetapi sampai detik ini, adakah yang lebih baik dari itu?

Kita tinggal mengganti kata demokrasi dengan sains.

Tags: covid 19pandemipolemiksains
Previous Post

Ketika Tim Kreatif Tak Lagi Kreatif

Next Post

IGB Sugriwa, Pengalir Mata Air Sastra ke Berbagai Telaga Zaman

dr. Ketut Suantara

dr. Ketut Suantara

Dokter. Lahir di Tista, Busungbiu, Buleleng. Kini bertugas di Puskesmas Busungbiu 2 dan buka praktek di Desa Dapdaputih, Busungbiu

Next Post
IGB Sugriwa, Pengalir Mata Air Sastra ke Berbagai Telaga Zaman

IGB Sugriwa, Pengalir Mata Air Sastra ke Berbagai Telaga Zaman

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara
Panggung

Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara

ADA enam flm pendek produksi devisi film Mahima Institute Indonesia (Komunitas Mahima) diputar di Kedai Kopi Dekakiang dengan tema “BERTUMBUH”,...

by Sonhaji Abdullah
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co