KRISIS kualitas kepemimpinan nasional sedang terjadi dan melanda secara dahsyat, moralitas dan tingkat keamanahan seorang pemimpin yang terpilih menunjukan kurva menurun. Tanda yang tidak terbantahkan adalah tingkat korupsi yang dilakukan para pejabat makin meningkat dan rasa malu makin sirna dari raut wajah ketika mereka tampil menjadi tersangka korupsi.
Rasa tanggung jawab sebagai pemimpin demi rakyat dijadikan urutan terakhir, mereka lebih mendahulukan demi uang, harta kekayaan dan kroni. Penyalahgunaan kekuasaan makin terang-terangan diperlihatkan. Mengapa kepemimpinan mereka menjadi seperti itu, apa yang salah? Cara rekruitmenkah atau karena kelemahan regulasi, atau memang karena penyakit bawaan?
Kisi kisi Pemimpin dan Kepemimpinan.
Keajegan, kekonsistenan, keberhasilan dan adanya perubahan kemajuan di suatu komunitas fakta di lapangan menunjukkan sangat dipengaruhi oleh andil seorang tokoh adat atau tokoh masyarakat. Di tingkatan negara atau pemerintahan namanya seorang pemimpin atau pejabat, di sebuah organisasi atau perusahan diistilahkan direktur atau manajer, dan di suatu kesatuan disebut komandan.
Walau adanya perbedaan dalam penyebutan, istilah mana pun tidak harus dipermasalahkan, tapi yang jelas siapa pun yang menduduki posisi tersebut adalah seorang manusia yang memiliki karakter lebih. Tidak sedikit di kelembagaan negara atau kelembagaan lain di dunia ini keberhasilan untuk mencapai kemajuan pembangunan bukan semata-mata didasari oleh berhasilnya membangun sistem organisasi yang baik, akan tetapi lebih karena kepiawaian peran sang pemimpin dan pengurusnya.
Akan sangat bermasalah suatu lembaga apabila dipimpin oleh seorang yang memaksakan jadi pemimpin namun tidak memiliki potensi dan kompetensi serta karakteristik maupun jiwa kepemimpinan, pun demikan akan sangat tidak maju suatu lembaga apabila menghambat atau menjegal seorang yang memiliki kapasitas memimpin karena faktor interest tertentu yang kurang sehat. Sisi pandangan di atas menginspirasi penulis untuk mengajak mengasah kembali diri kita sebagai elemen masyarakat dan calon pemimpin umat tentang sekitar dan seputar pemimpin dan kepemimpinan.
Pemimpin adalah peribadi yang unik, di setiap kelompok, organisasi , lembaga, perusahan, badan, kongregasi atau suatu komunitas keberadaan pemimpin mutlak dibutuhkan. Pemimpin adalah motoris dan pionir dalam mencarikan peluang untuk melakukan inovasi, pertumbuhan dan melakukan perbaikan atau pembaharuan. Pemimpin adalah pablik figur atau sosok percontohan (example) bagi para pengikutnya. Pemimpin adalah inspirator bagi pengembangan diri pengikut untuk melihat kemungkinan prospek kehidupan masa depannya. Pemimpin adalah engineering (pemicu dan pemacu) semangat bagi pengikut untuk mengekspresikan antusiasmenya, pemimpin harus selalu berusaha dan berupaya dan selalu berada di semua tempat dan kondisi.
Pemimpin adalah seniman yang memungkinkan atau merangsang orang lain untuk bertindak dan mengerjakan pekerjaan dengan baik tanpa keterpaksaan, semakin halus dan tinggi rasa seni yang dimiliki pemimpin maka akan semakin kuat daya tarik untuk mempengaruhi sekaligus membangun kepercayaan pengikutnya untuk melakukan suatu visi , proyek ketahap berhasil atau sukses
Terlepas dari pandangan (teori-teori) bagaimana muncul atau lahirnya seorang pemimpin apakah karena Teori Bakat (Trait theory), Teori Kejadian Besar (The Great events theory) atau Teori Transformasi (The Transformational Leadership) namun yang jelas bahwa sang pemimpin harus memiliki daya ikat yang kuat, daya juang yang kuat , komitmen yang terukur, daya provokasi dan promosi yang kuat, serta harus memiliki kompetensi yang kuat untuk mendapatkan pangsa kepercayaan.
Ketika seorang pemimpin sudah dapat merebut k,epercayaan maka dengan sendirinya akan memiliki banyak keleluasaan, otoritas yang lebih besar , kewenangan yang lebar dan situasi tersebut memungkinkan bagi pemimpin untuk menciptakan hal-hal serta hasil-hasil yang luar biasa dalam situasi yang luar biasa. Dan jika itu semua menjadi realita maka penghargaan “Pemimpin Sukses”, “Pemimpin Kharismatik”, “Pemimpin Berwibawa“, adalah menjadi haknya tanpa harus diminta.
Kemampuan seorang pemimpin untuk memungkinkan pengikutnya melakukan tindakan sangatlah penting. Para pengikut tidak akan memberikan kinerja terbaik mereka atau akan tetap setia dalam jangka waktu yang lama apabila pemimpin mereka membuat mereka merasa lemah, ketergantungan dan terasingkan. Sebaliknya ketika seorang pemimpin membuat pengikut merasa kuat dan mampu, maka mereka akan dapat berbuat lebih dari apa yang selama ini mereka pikirkan serta memungkinkan mereka akan memberikan yang terbaik bahkan melebihi ekspektasi mereka sendiri.
Ketika kepemimpinan menjadi sebuh hubungan harmonis yang dibangun atas dasar rasa saling percaya diri, orang akan berani mengambil suatu risiko, membuat perubahan, terus menjaga organisasi sehingga keberadaan dan pergerakannya tetap hidup. Melalui hubungan tersebut , para pemimpin mengubah para pengikutnya menjadi pemimpin pula dan pada akhirnya terciptalah jaringan kerja (network) yang kuat antarpemimpin.
Kepemimpinan merupakan dialog bukan monolog (take and give), maka untuk mendapatkan dukungan dan apresiasi penuh para pemimpin harus memiliki pengetahuan yang lengkap mengenai mimpi, harapan, aspirasi, visi dan nilai orang-orang. Pemimpin harus mampu meniupkan kehidupan ke dalam harapan dan mimpi orang sehingga memungkinkan mereka untuk melihat kemungkinan menggairahkan yang ada di masa depan.
Pemimpin harus mampu membentuk kesatuan tujuan, menyalakan api semangat dalam diri orang dengan mengekpresikan antusiame pada visi kelompok yang menakjubkan. Pemimpin harus mengkomunikasikan kegairahan mereka melalui bahasa yang jelas dan gaya yang ekpresif. Pemimpin juga harus memiliki kepekaan sosial dan rasa kemanusiaan plus dari para calon pengikutnya.
Kepemimpinan merupakan proses check and balance antara mereka yang ingin memimpin dengan mereka yang memilih untuk dipimpin. Pembahasan apa pun mengenai kepemimpinn harus memasukan dinamika dari hubungan ini. Strategi, taktik, keahlian dan praktik akan menjadi tidak berarti atau bermakna tanpa adanya pemahaman yang seimbang mengenai dasar-dasar aspirasi dan kebutuhan manusia yang menghubungkan pemimpin dengan pengikutnya.
Pemimpin yang baik adalah yang mengutamakan memilih memandirikan ketimbang membuat pengikutnya ketergantungan, memilih memberdayakan ketimbang mengontrol dan memilih proaktif daripada reaktif. Pemimpin harus dapat dipercaya dan mampu mengkomunikasikan visinya. Pemimpin harus memegang teguh prinsip kepemimpinan minimal 3 prinsip yaitu to be (bangun terus kemampuan diri), to know (pahami permasalahan yang dihadapi secara teori maupun praktik) dan to do (segera kerjakan apa yang dirasa tepat).
Pemimpin Yang Melekat Dihati Pengikutnya
Gambaran fungsi pemimpin di atas menunjukkan bahwa kesuksesan pemimpin sepenuhnya bergantung pada kapasitas yang dimiliki untuk membangun dan mempertahankan hubungan manusia yang memungkinkan orang untuk mewujudkan hal-hal yang luar biasa (excellence) secara terus-menerus (regular) dan berkesinambungan…Tanpa kompetensi dan kapasitas maka pemimpin akan gugur dengan sendirinya di hadapan pengikutnya. Pemimpin akan tetap melekat pada hati pengkutnya dan selalu dicintai bahkan dibutuhkan oleh semua lapisan dan berlaku disetiap zaman apabila mampu menerapkan 5 ketauladanan kepemimpinan yang berkualitas yaitu mampu :
1. Mencontohkan caranya (memberi contoh)
2. Menginspirasikan visi bersama (memberi inspirasi)
3. Menantang proses (memberi tantangan)
4. Memungkinkan orang lain bertindak (memberi kesempatan bertindak)
5. Menyemangati jiwa (memberi semangat)
(sumber : buku The Leadership Challenge)
Kelima ranah kajian secara ilmiah tentang syarat pemimpin mumpuni yang dibutuhkan dan berlaku di setiap zaman di atas sangat senapas dengan filosofi atau kriteria dan syarat-syarat sosok pemimpin yang diberlakukan di kesukuan Baduy yaitu ‘Pamimpin mah kudu hade Gogog hade Tagog, ulah seperti tukang bobok tukang tarok, kudu caang fikir caang hate, mung gawe merele, mun ngalampah tarapti, pasifatan cageur , pinter, bageur, singer, calingeur barijeung bener, mun titindakan Ulah nyaur teu di ukur, Ulah nyabla teu di ungang, Ulah ngomong sageto-geto, ulah lemek sadaek-daek, nu enya di enyakeun, nu ulah diulahkeun. ulah gorok ulah linyok, tapi jadi pamimpin mah kudu Landung tali ayunan, kudu laer tali aisan, kudu nulung kanu butuh, nalang kanu susah, kudu nganteur kanu sieun, ngoboran kanu peokeun, ngiteukan kanu leueureun. Kalakuan mere maweh nyaah kanu leutik ngariksa kanu boga, mutuskeun perkara ulah cuweut kanu hideung, ulah monteng kanu koneng, ulah ngilik kanu putih, ulah neuleu tandingan nenjo paroman ,nerapkeun hukum ulah kancra kancas”.
Terjemahaan: “Pemimpin harus memiliki face (kesemaptaan jasmani) yang baik, jangan seperti wajah perampok (preman), harus jernih pikiran dan bersih hati (kesemaptaan rohani), jika bekerja runtut (sistematis), kalau bertindak dan melangkah penuh kewaspadaan, memiliki sifat atau karakteristik sehat rohani, cerdas berpikir, bertindak sesuai dengan peraturan (dermawan), terampil atau produktif, cekatan atau trengginas disertai memiliki sifat kebenaran.
Jika bertindak jangan asal ngomong, jika berbicara harus terukur, jangan bicara tanpa dipikir terlebih dahulu, jangan berkata seenaknya, yang benar katakan benar, yang dilarang katakan dilarang, jangan menipu dan membohong, tapi jadi pemimpin itu harus bijaksana dalam memutuskan, harus memiliki sifat toleran, harus menolong kepada yang membutuhkan, memberi kepada yang kesusahan, harus memandu kepada yang ketakutan, menerangi kepada yang kebingungan (kegelapan), memberi petunjuk kepada yang menyimpang. Perilaku memberi dan menolong kepada si kecil dan memeriksa (memberi saran) kepada yang kaya , mengambil keputusan harus adil jangan melihat kepada yang kaya atau miskin dekat atau tidak, jangan melihat jabatan maupun wajah (silau karena kekayaan), menerapkan hukum jangan pandang bulu”.
Seluruh indikator syarat pemimpin yang dicari dan dikagumi oleh rakyatnya serta 25 standar baku syarat Kepemimpinan Komunitas Adat Baduy di atas ternyata sesuai pula dengan jiwa dan sosok pemimpin dunia kelas wahid yang diakui oleh semua pihak, yaitu Nabi Muhamad SAW yang memiliki 4 sifat terpuji yaitu Sidik, Amanat, Tablig dan Fatonah.
Pertanyaan menggelitiknya, apakah saat ini para pemimpin di negeri Indonesia tercinta ini hasil dari pemilu serentak memiliki dan menerapkan kisi-kisi pemimpin dan kepemimpinan di atas serta sedang menerapkan 5 ketauladan kepemimpinan yang berkualitas? Silahkan diamati dan disimpulkan oleh masing masing pembaca. Semoga tulisan sederhana ini menginspirasi para pemimpin dan calon pemimpin. [T]
- Ditulis di Padepokan Sisi Leuit Perbatasan Baduy, 2025
Penulis: Asep Kurnia
Editor: Adnyana Ole
- BACA esai-esai tentangBADUY
- BACA esai-esai lain dari penulisASEP KURNIA