3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

Dr. Geofakta RazalibyDr. Geofakta Razali
June 1, 2025
inEsai
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

Dr. Geofakta Razali

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya di dalamnya.”

Apakah mungkin manusia merasa kehilangan sesuatu yang bahkan belum sempat ia miliki secara utuh?

Di era ketika algoritma mengenali wajah kita lebih baik daripada pasangan sendiri, rasa percaya bukan lagi pondasi relasi, tapi komoditas yang terus diuji. Google baru saja meluncurkan Veo, sistem AI generatif yang mampu menciptakan video utuh hanya dari teks dan imajinasi buatan. Ini bukan sekadar inovasi, ini adalah pergeseran ontologis dalam relasi manusia dengan representasi. Dalam kerangka simulacrum ala Baudrillard, Veo bukan lagi meniru realitas, melainkan menciptakan realitas tandingan yang seringkali lebih meyakinkan dari yang nyata. Analoginya seperti cermin bengkok yang perlahan membuat kita meragukan bentuk asli wajah kita. Dan jika kepercayaan lahir dari perjumpaan yang jujur, maka apa yang tersisa saat perjumpaan itu digantikan oleh sintesis yang terlalu sempurna?

Trust issue adalah terminologi psikologis yang awalnya merujuk pada trauma relasional. Namun dalam masyarakat postmodern, ia menjelma menjadi struktur budaya—sebuah affective atmosphere (Anderson, 2009) yang mengendap dalam interaksi daring kita. Ketika representasi menjadi lebih penting daripada pengalaman, kepercayaan pun menjadi rapuh karena fondasinya bergeser dari tubuh ke layar. Silogismenya begini: jika rasa percaya dibentuk oleh kehadiran , dan kehadiran kini dimediasi oleh teknologi, maka kepercayaan pun menjadi tawanan dari infrastruktur digital. Ini adalah ketegangan antara keintiman dan performativitas, antara being dan appearing. Dan dalam logika ini, keintiman yang terlalu sering direkam bisa kehilangan makna; bukan karena tidak tulus, tapi karena terlalu disiapkan untuk disaksikan. Kita tidak lagi berbagi rahasia—kita menayangkannya.

Veo adalah manifestasi dari technological sublime, pesona atas kecanggihan yang membuat kita merasa kecil sekaligus tergantikan. Ia membawa kita pada dunia di mana narasi dapat dibentuk tanpa luka, wajah dapat diciptakan tanpa tubuh, dan cerita dapat mengalir tanpa pengalaman emosional. Jika dulu kisah-kisah dibangun dari keterbatasan dan kerentanan, kini ia diproduksi dari kalkulasi dan keindahan yang steril. Ini seperti taman yang indah tapi tak pernah ditumbuhi lumut: sempurna, tapi tidak hidup. Dalam teori psikologi eksistensial, pengalaman otentik mengharuskan kehadiran emosi mentah dan ambiguitas. Maka, ketika semua bisa dibuat instan dan presisi, manusia justru kehilangan satu hal yang paling primitif dan esensial—kesadaran akan dirinya sebagai makhluk yang terbatas.

Postmodernisme, seperti diungkap Lyotard, adalah kondisi di mana narasi besar kehilangan kekuatan untuk mengatur makna. Dan dalam konteks ini, Veo bisa dilihat sebagai produk dari dunia yang sudah tidak lagi percaya pada otoritas tunggal—bahkan terhadap kenyataan itu sendiri. Analogi yang paling tepat mungkin seperti ini: jika dahulu kita berjalan dengan kompas, kini kita melaju dengan GPS yang bisa mengubah tujuan tergantung siapa yang membayarnya. Kebenaran menjadi fluktuatif, tergantung narasi mana yang mendapat jangkauan lebih luas. Ini menimbulkan semacam kelelahan interpretatif (interpretive fatigue), di mana manusia tidak tahu lagi harus mempercayai apa, dan kepada siapa ia seharusnya menambatkan makna. Maka, trust issue bukan bentuk kelemahan psikologis, tetapi bentuk perlawanan bawah sadar terhadap dunia yang terlalu cepat berubah arah.

Dari sudut pandang antropologi digital, manusia postmodern tak lagi hidup di desa, tapi di jaringan. Kita tidak duduk di api unggun, tapi di ruang obrolan; tidak menatap mata, tapi menatap notifikasi. Dan dalam ruang itu, kepercayaan bukan dibangun oleh tatapan, tapi oleh ritme balasan pesan. Veo hadir sebagai juru cerita tanpa tubuh, menciptakan narasi tanpa beban sejarah atau trauma. Tapi bukankah narasi yang paling kuat adalah yang lahir dari luka? Bukankah kita mempercayai seseorang bukan karena ia sempurna, tapi karena kita melihat bagaimana ia merawat kekurangannya? Maka ketika cerita-cerita mulai dibuat tanpa derita, kita justru kehilangan resonansi yang membuat manusia bisa memahami manusia.

Silogisme baru terbentuk di benak generasi ini: jika teknologi mampu menyajikan semua, dan manusia menyukai yang mudah,  maka kerentanan tidak lagi dianggap berharga. Namun justru dalam kerentanan, manusia belajar membangun kepercayaan. Teori attachment dari Bowlby menyebutkan bahwa rasa aman tumbuh dari kehadiran konsisten, bukan dari performa impresif. Tapi bagaimana membangun kehadiran jika semua komunikasi sekarang bersifat sinkron, tapi tidak betul-betul menyentuh? Dalam komunikasi polivagal (Porges, 2011), tubuh membaca keselamatan dari ekspresi wajah, nada suara, dan ritme pernapasan. Semua itu tak bisa direkayasa oleh Veo, karena kepercayaan bukanlah produk desain, melainkan hasil dari keberanian untuk tampil apa adanya. Dan dalam dunia yang terus mengkurasi diri, tampil “apa adanya” bisa jadi adalah bentuk paling radikal dari kepercayaan.

Veo adalah cermin: ia memantulkan kemegahan masa depan sekaligus menyimpan retakan identitas di dalamnya. Seperti Narcissus yang jatuh cinta pada bayangannya sendiri, kita mungkin tengah terpukau oleh kemampuan kita menciptakan versi digital dari dunia. Tapi pada akhirnya, refleksi tidak akan pernah menggantikan relasi. Teori komunikasi interpersonal menekankan pentingnya mutual recognition, pengakuan timbal balik yang tidak bisa dilakukan oleh sistem otomatis. Dan ketika semua hal bisa dihasilkan oleh sistem tanpa emosi, kita kehilangan rasa takjub terhadap ketidaksempurnaan. Karena justru dalam kesalahan, dalam jeda, dalam kegugupan yang manusiawi—di sanalah lahir keterhubungan. Bukan dari hasil edit sempurna, tapi dari keberanian untuk tidak menyunting luka.

Trust issue adalah logika emosional yang muncul dari struktur sosial yang terus bergeser. Ia bukan bentuk kegagalan, melainkan bentuk adaptasi terhadap dunia yang memaksa kita terus berjaga-jaga. Di sinilah kita berada: manusia yang ingin disayangi tapi takut dikhianati, ingin dimengerti tapi takut dibedah, ingin terkoneksi tapi takut kehilangan kontrol. Teknologi seperti Veo menjanjikan cerita tanpa luka, tapi juga memisahkan kita dari alasan mengapa cerita itu harus diceritakan. Kita butuh dunia yang lambat, yang memberi ruang bagi rasa percaya untuk tumbuh, bukan sekadar respons instan. Karena dalam dunia yang terus menuntut efisiensi, mungkin satu-satunya hal yang benar-benar revolusioner adalah bersedia hadir dengan hati yang tidak siap. Dan dalam kehadiran itu, kepercayaan—meski rapuh—bisa mulai berakar kembali.

Maka mari kita bertanya ulang: apakah kepercayaan masih punya tempat di dunia yang bisa menciptakan segalanya tanpa menyentuh apa pun? Kita tidak sedang kehilangan teknologi. Kita kehilangan titik temu antara representasi dan kejujuran. Google launching Veo adalah penanda zaman, tapi juga penanda jeda—saat manusia harus menengok ke dalam dirinya sebelum terseret lebih jauh ke dalam jaringan. Karena jika manusia tak lagi percaya pada manusia, maka narasi apa pun—seindah apa pun tampilannya, hanya akan menjadi gema kosong dalam ruang tak bergaung. Jika kepercayaan membutuhkan waktu, dan dunia menolak waktu, maka mungkin yang kita butuhkan bukan upgrade… tapi pulang. Pulang, sebelum sunyi menjadi satu-satunya bahasa yang kita pahami. [T]

Penulis: Dr. Geofakta Razali
Editor: Adnyana Ole

Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia
Elphaba-Glinda (Wicked 2024): Cermin Kontras Psikologi Identitas dalam Komunikasi Antarbudaya
Di Antara Teks dan Konteks: Re-interpretasi Agama dalam Perspektif Postmodernisme — Forbidden Questions: Dialog Eksploratif Edisi Kumaila Hakimah
Tags: Google
Previous Post

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

Next Post

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

Dr. Geofakta Razali

Dr. Geofakta Razali

Pakar komunikasi di bidang psikologi komunikasi yang punya pandangan tajam soal perilaku masyarakat urban, media, dan pemasaran. Dengan latar belakang double degree di komunikasi dan psikologi, ia memulai karier sebagai praktisi Public Relations hingga menjadi Direktur Marketing, sebelum akhirnya melangkah sebagai Associate Professor di bidang komunikasi. Berbekal sertifikasi di bidang produser TV, digital marketing, dan hipnoterapi, ia juga aktif sebagai pembicara dan terapis well-being, mengemas ilmu komunikasi dan psikologi dengan cara yang mudah dipahami dan relevan untuk kehidupan sehari-hari.

Next Post
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis -- Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co