29 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Budaya Kolektif dalam Duka

Kim Al Ghozali AMbyKim Al Ghozali AM
May 28, 2025
inEsai
Budaya Kolektif dalam Duka

Sumber gambar: Google

DI banyak tempat di negeri ini, kematian bukan hanya urusan keluarga. Ia adalah milik kampung, urusan RT, urusan tetangga, urusan siapa saja yang merasa mengenal, meski hanya sekilas sapa dan jumpa. Kematian, dengan segala perih dan sedihnya, dibagi. Bukan untuk dikurangi, tapi untuk dirayakan sebagai bentuk kebersamaan terakhir.

Di desa-desa, ketika kabar duka tersebar, orang-orang datang. Tanpa aba-aba, tanpa “undangan”. Mereka datang dengan tangan yang siap mengaduk kopi, meminjamkan karpet, memberi tenaga lewat kaki yang rela bolak-balik mengambil piring, atau sekadar dengan kehadiran yang tak ingin membiarkan keluarga duka duduk sendiri. Dan di tengah suasana yang remuk, ada keteguhan: bahwa duka tidak seharusnya ditanggung sendirian.

Budaya kolektif dalam duka barangkali adalah satu dari sedikit kebiasaan sosial yang masih bertahan dari serbuan individualisme. Ia bukan ritual semata, tapi semacam kesadaran sosial, bahwa kehilangan satu jiwa adalah kehilangan bersama. Bukan hanya karena kekerabatan, tetapi karena di banyak lingkungan, relasi manusia ditenun bukan oleh ikatan darah, melainkan oleh perjumpaan sehari-hari: di warung, di masjid, di jalan, di sawah, di majelis, di gardu, dll.

Tentu, bentuknya bisa berbeda-beda. Di Jawa, kita kenal istilah “layat”. Di Madura “labet”. Orang-orang kampung tidak sekadar setor muka, mereka gotong royong sampai si mati selesai dikubur. Bahkan di beberapa tempat seusai melakukan tahlil, ada tradisi melekan atau begadang sampai menjelang pagi. Semua itu dilakukan untuk meminimalisir kesedihan keluarga si mati, terutama supaya rumah sohibul musibah tak terasa sepi. Di Bali, upacara ngaben melibatkan komunitas dalam jumlah besar. Bahkan di kota, meski lebih sunyi, masih ada sebagian orang yang merasa perlu datang, meski hanya untuk menyalami dan mengucap, “turut berduka cita”.

Namun, kehidupan urban yang padat dan terburu-buru mulai menggerus budaya ini. Waktu duka di kota sering kali dibatasi: hanya beberapa jam, hanya malam ini, hanya teman dekat. Ucapan belasungkawa berpindah ke layar ponsel, diketik cepat dan dibaca lebih cepat lagi. Kadang bahkan tidak sempat diketik: cukup tanda emoji atau kiriman karangan bunga yang dipesan daring. Mungkin ini bukan bentuk kurang empati, tapi hasil dari kelelahan kolektif. Kita terlalu lelah untuk hadir, terlalu sibuk untuk menyentuh duka secara fisik. Sistem telah menggilas waktu kita tanpa ampun.

Padahal, duka bukan hanya soal kehilangan, tapi soal bagaimana manusia memeluk kehilangan itu bersama-sama. Dalam budaya kolektif, tangis menjadi ruang terbuka. Ia tidak ditahan, tidak disembunyikan, karena tahu bahwa di sebelah ada bahu lain yang ikut basah. Bahkan kadang, tangis datang dari orang yang tak punya hubungan langsung dengan almarhum, tapi punya hubungan erat dengan gagasan bahwa hidup itu rapuh dan tak bisa dihadapi sendirian.

Yang menarik, dalam budaya kolektif ini, duka menjadi pelatuk solidaritas. Dari memasak untuk para tamu yang menghadiri rumah duka, hingga mengatur kursi untuk dikeluarkan dari ruang tamu atau tenda dipasang di halaman, semua punya peran. Dan semua merasa perlu menjalankan peran itu. Tidak ada kompensasi, tidak ada pamrih. Ada keyakinan diam-diam bahwa apa yang kita lakukan hari ini, suatu saat akan kembali pada kita. Semacam gotong-royong dalam kehilangan.

Tentu saja, seperti semua tradisi, budaya ini juga menghadapi tantangannya. Ada kalanya kehadiran kolektif berubah menjadi beban. Keluarga duka merasa harus menyambut tamu, menyajikan makanan dan minuman, menjaga citra. Duka pun berubah jadi semacam hajatan. Tapi di sinilah perlu kebijaksanaan: untuk membedakan antara solidaritas dan formalitas, antara kehadiran yang tulus dan tuntutan yang tak perlu.

Pada akhirnya, budaya kolektif dalam duka adalah cermin dari nilai yang kita pegang tentang hidup bersama. Ia mengingatkan bahwa manusia, pada batas paling personalnya, membutuhkan yang lain. Bukan untuk diselamatkan, tapi untuk tidak merasa sendirian. Dan mungkin, di tengah dunia yang semakin memaksa orang untuk kuat dan mandiri, budaya ini adalah salah satu pengingat bahwa kadang kekuatan sejati justru lahir dari kesediaan untuk lemah bersama.

Mungkin itulah sebabnya, di kampung-kampung, suara tangis terdengar lebih jernih. Karena ia tak perlu ditahan. Karena ia tahu, ia tidak sendiri. [T]

Penulis: Kim Al Ghozali
Editor: Adnyana Ole

BACA ARTIKEL LAIN DARI KIM AL GHOZALI

Ucapan Terima Kasih sebagai Cerminan Peradaban dan Kehalusan Budi
Pasar Tradisional dengan Segala Kebaikannya
Ilusi Waktu dan Realitas Kemiskinan
Guyon dan Relasi Kuasa dalam Pergaulan: Antara Keakraban dan Penghinaan
Bertemu Kawan Lama: Menemukan Orang Baru
Tags: Budayabudaya kolektif
Previous Post

Modifikasi dan Pembangunan Modern di Tanah Ulayat Baduy

Next Post

Waktu Terbaik Mengasuh dan Mengasah Kemampuan Anak: Catatan dari Kakawin Nītiśāstra

Kim Al Ghozali AM

Kim Al Ghozali AM

Penulis puisi, prosa, dan esai. Ia memulai proses kreatifnya di Denpasar, dan kini mukim di Surabaya.

Next Post
Pawisik Durga, Galungan, dan Cinta Kasih

Waktu Terbaik Mengasuh dan Mengasah Kemampuan Anak: Catatan dari Kakawin Nītiśāstra

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more

Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

by Hartanto
May 28, 2025
0
Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

SALAH satu penggayaan dalam seni rupa yang menarik bagi saya adalah gaya Abstraksionisme. Gaya ini bukan sekadar penolakan terhadap gambaran...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space
Pameran

Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space

ANAK-ANAK muda, utamanya pecinta seni yang masih berstatus mahasiswa seni sudah tak sabar menunggu pembukaan pameran bertajuk “Secret Energy Xchange”...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co