19 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

Dewa RhadeabyDewa Rhadea
May 19, 2025
inEsai
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

Dewa Rhadea

PAGI ini, saya membaca sebuah berita yang membuat dada saya sesak: sekelompok siswa Sekolah Dasar (SD) di Cilangkap, Depok, terlibat tawuran. Anak-anak yang seharusnya masih sibuk bermain dan belajar, kini saling menyerang seperti musuh di medan perang, bahkan sudah terpikirkan oleh mereka untuk menggunakan senjata tajam berupa parang.

Saya terdiam, lalu merenung panjang—dan dari perenungan itulah saya menuliskan artikel ini

Beberapa tahun terakhir, kita dikejutkan oleh maraknya kasus tawuran pelajar. Namun yang lebih mencengangkan, sebagaimana berita tawuran siswa SD di Cilangkap, Depok, yang saya baca tersebut, fenomena ini kini kebanyakan menyasar anak-anak usia SD, sebagian bahkan berujung pada kehilangan nyawa, seperti yang pernah terjadi di Binjai (Juni 2022); Medan (Juni, 2023); dan Lamongan (Maret, 2024). Ini bukan lagi sekadar catatan kriminalitas biasa, tapi tanda seru besar atas kegagalan sistem pendidikan nasional yang selama ini terlalu teknokratik dan kurang menyentuh akar persoalan manusiawi dalam diri anak.

Ada apa dengan anak-anak kita?

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat bahwa faktor lingkungan dan pola asuh yang keras sering kali menjadi penyebab utama munculnya kekerasan pada anak. Di sisi lain, Komnas Perlindungan Anak juga menyoroti minimnya pendidikan moral dan lemahnya kontrol sosial. Tawuran bukan sekadar soal bentrokan fisik—ia adalah ekspresi dari krisis identitas, kekosongan makna, dan kurangnya ruang aman bagi anak untuk tumbuh dan merasa didengar.

Sayangnya, sekolah yang semestinya menjadi ruang pembentukan karakter justru kerap terjebak pada penekanan capaian akademik semata. Kita menuntut anak-anak menjadi “pintar”, tetapi lupa mengajarkan bagaimana menjadi “manusia”. Kita memaksa mereka berlomba dalam angka, tapi gagal memberi mereka makna.

Pendidikan karakter selama ini lebih banyak menjadi slogan daripada praktik nyata. Padahal, anak usia SD adalah masa emas pembentukan perilaku sosial dan emosi. Ketika sekolah gagal memberi ruang untuk empati, toleransi, dan resolusi konflik, anak akan mencari validasi melalui kelompok atau geng yang memberinya rasa “kuasa” dan “eksistensi”—meski lewat cara yang destruktif.

Di sisi lain, tanggung jawab pendidikan tak bisa hanya dibebankan pada sekolah atau guru. Lemahnya sinergi antara pemerintah, orang tua dan lingkungan sosial masyarakat dalam membentuk ekosistem pendidikan yang utuh dan suportif menjadi persoalan krusial. Banyak orang tua menyerahkan total pendidikan anak pada sekolah, sementara pemerintah daerah pun kerap menunggu komando pusat dalam membenahi sistem yang seharusnya bisa disesuaikan dengan konteks lokal.

Apa yang dapat kita lakukan?

Pertama, pendidikan karakter harus benar-benar diintegrasikan dalam kurikulum secara aplikatif, tidak sekadar menjadi mata pelajaran teoritis. Peran orang tua pun penting di rumah, begitu juga guru di sekolah untuk mengajarkan nilai-nilai seperti toleransi, saling menghargai, dan penyelesaian konflik secara damai sejak dini, tidak hanya secara lisan namun juga orang tua dan guru harus dapat menjadi teladan dalam pengamalan perilaku sehari-harinya. Pendidikan karakter yang baik dapat membentuk kepribadian anak yang bijak dalam menghadapi masalah.

Beberapa negara, seperti Finlandia, Singapura, Kanada, Jepang, Australia, dan Brasil, telah berhasil mengurangi kekerasan di sekolah melalui pendekatan yang mengutamakan pendidikan karakter, penyelesaian konflik secara damai, dan kerjasama erat antara sekolah dan orang tua. Program-program seperti KiVa (Finlandia); Character and Citizenship Education (Singapura); Safe Schools Framework (Australia); Zero Tolerance (Jepang); Restorative Justice (Kanada); Escola da Paz (Brasil) dapat di-adaptasi oleh Indonesia untuk prinsip-prinsip tersebut dapat dituangkan dalam kebijakan pendidikan dan program-program di sekolah untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan harmonis bagi anak-anak.

Kedua, pelatihan psikososial untuk guru dan orang tua menjadi sangat penting agar mereka siap mendeteksi dan menangani potensi kekerasan sejak dini. Di era digital seperti saat ini, perhatian khusus juga perlu diberikan pada pengaruh media sosial. Konten kekerasan yang tersebar luas dapat memicu konflik dan menormalisasi perilaku agresif di kalangan anak. Oleh karena itu, selain membangun karakter dan kedisiplinan, literasi digital serta pengawasan orang tua bersama-sama dengan sekolah atau guru atas aktivitas daring anak menjadi kunci penting dalam membentuk generasi yang damai dan beradab.

Ketiga, sekolah harus diperkuat sebagai ekosistem inklusif. Sekolah sebagai ekosistem inklusif berperan penting mencegah tawuran sejak dini dengan menciptakan lingkungan yang menghargai perbedaan, menanamkan nilai empati, dan membangun budaya damai. Melalui penguatan pendidikan karakter, pelatihan guru sebagai mediator, ruang ekspresi yang aman, serta keterlibatan aktif orang tua dan komunitas, anak-anak diajak tumbuh dalam suasana kolaboratif, bukan kompetitif atau penuh kekerasan. Kebijakan anti-kekerasan yang edukatif, didukung layanan konseling, menjadikan sekolah bukan hanya tempat belajar, tapi juga ruang tumbuh bagi anak menjadi pribadi yang bijak dalam menyelesaikan konflik secara damai.

Lebih jauh, perlu terobosan kebijakan yang menghubungkan sektor pendidikan dengan kementerian/lembaga lain: sosial, komunikasi dan informatika, hingga budaya. Sebab pendidikan anak bukan hanya soal sekolah—tetapi soal ruang hidup mereka sehari-hari: rumah, layar digital, dan masyarakat.

Jika kita masih menutup mata atas gejala ini, maka jangan heran bila pada tahun 2045 nanti—saat kita bermimpi menjadi negara maju dalam bingkai “Indonesia Emas”—kita justru menghadapi generasi yang rapuh, agresif, dan kehilangan arah.

Tawuran pelajar SD bukan soal anak-anak yang salah jalan. Ini alarm keras bagi sistem yang terlalu lama krisis karena berjalan di jalan yang salah. Untuk mengatasi krisis ini, kita harus sadar dan menekankan kembali satu hal mendasar yang sempat saya singgung di atas : sekolah bukan laundry bagi anak-anak kita. Pendidikan tidak cukup hanya dengan menitipkan mereka pagi-pagi, berharap pulang dalam keadaan “bersih”, pintar, dan berakhlak. Ini kerja kolektif yang menuntut keterlibatan pemerintah bersama orang tua (keluarga), sekolah, dan lingkungan sosial masyarakat luas. [T]

Penulis: Dewa Rhadea
Editor: Adnyana Ole

  • BACA JUGA:
Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan
Pendidikan Bermartabat untuk Mengatasi Trauma Sosial
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?
Tags: Pendidikansekolah
Previous Post

Aktualisasi Seni Tradisi dalam Pusaran Era Kontemporer

Next Post

Manusia Tersekolah Belum Tentu Menjadi Terdidik

Dewa Rhadea

Dewa Rhadea

Penulis tinggal di Singaraja

Next Post
Manusia Tersekolah Belum Tentu Menjadi Terdidik

Manusia Tersekolah Belum Tentu Menjadi Terdidik

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Manusia Tersekolah Belum Tentu Menjadi Terdidik

by I Nyoman Tingkat
May 19, 2025
0
Manusia Tersekolah Belum Tentu Menjadi Terdidik

PADA 2009, Prof. Winarno Surakhmad, M.Sc.Ed. menerbitkan buku berjudul “Pendidikan Nasional : Strategi dan Tragedi”.  Buku setebal 496 halamanitu diberikan...

Read more

Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

by Dewa Rhadea
May 19, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

PAGI ini, saya membaca sebuah berita yang membuat dada saya sesak: sekelompok siswa Sekolah Dasar (SD) di Cilangkap, Depok, terlibat...

Read more

Aktualisasi Seni Tradisi dalam Pusaran Era Kontemporer

by Made Chandra
May 19, 2025
0
Aktualisasi Seni Tradisi dalam Pusaran Era Kontemporer

Upaya Membaca yang Dianggap Lalu, untuk Membaca Masa Kini serta Menerka Masa Depan KADANG kala selalu terbersit dalam pikiran, apa...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Mujri, Si Penjaja Koran: Sejak 22 Tahun Tetap Setia Berkeliling di Seririt
Persona

Mujri, Si Penjaja Koran: Sejak 22 Tahun Tetap Setia Berkeliling di Seririt

TERSELIPLAH sosok lelaki bertopi di antara sahut-riuh pedagang dan deru kendaraan di jalanan sekitar Pasar Seririt, Buleleng, Bali, pada satu...

by Komang Puja Savitri
May 19, 2025
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa 
Kuliner

Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa

ADA beberapa buah tangan yang bisa kalian bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Singaraja Bali. Salah satunya adalah...

by I Gede Teddy Setiadi
May 16, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co