14 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

Dewa RhadeabyDewa Rhadea
May 19, 2025
inEsai
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

Dewa Rhadea

PAGI ini, saya membaca sebuah berita yang membuat dada saya sesak: sekelompok siswa Sekolah Dasar (SD) di Cilangkap, Depok, terlibat tawuran. Anak-anak yang seharusnya masih sibuk bermain dan belajar, kini saling menyerang seperti musuh di medan perang, bahkan sudah terpikirkan oleh mereka untuk menggunakan senjata tajam berupa parang.

Saya terdiam, lalu merenung panjang—dan dari perenungan itulah saya menuliskan artikel ini

Beberapa tahun terakhir, kita dikejutkan oleh maraknya kasus tawuran pelajar. Namun yang lebih mencengangkan, sebagaimana berita tawuran siswa SD di Cilangkap, Depok, yang saya baca tersebut, fenomena ini kini kebanyakan menyasar anak-anak usia SD, sebagian bahkan berujung pada kehilangan nyawa, seperti yang pernah terjadi di Binjai (Juni 2022); Medan (Juni, 2023); dan Lamongan (Maret, 2024). Ini bukan lagi sekadar catatan kriminalitas biasa, tapi tanda seru besar atas kegagalan sistem pendidikan nasional yang selama ini terlalu teknokratik dan kurang menyentuh akar persoalan manusiawi dalam diri anak.

Ada apa dengan anak-anak kita?

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat bahwa faktor lingkungan dan pola asuh yang keras sering kali menjadi penyebab utama munculnya kekerasan pada anak. Di sisi lain, Komnas Perlindungan Anak juga menyoroti minimnya pendidikan moral dan lemahnya kontrol sosial. Tawuran bukan sekadar soal bentrokan fisik—ia adalah ekspresi dari krisis identitas, kekosongan makna, dan kurangnya ruang aman bagi anak untuk tumbuh dan merasa didengar.

Sayangnya, sekolah yang semestinya menjadi ruang pembentukan karakter justru kerap terjebak pada penekanan capaian akademik semata. Kita menuntut anak-anak menjadi “pintar”, tetapi lupa mengajarkan bagaimana menjadi “manusia”. Kita memaksa mereka berlomba dalam angka, tapi gagal memberi mereka makna.

Pendidikan karakter selama ini lebih banyak menjadi slogan daripada praktik nyata. Padahal, anak usia SD adalah masa emas pembentukan perilaku sosial dan emosi. Ketika sekolah gagal memberi ruang untuk empati, toleransi, dan resolusi konflik, anak akan mencari validasi melalui kelompok atau geng yang memberinya rasa “kuasa” dan “eksistensi”—meski lewat cara yang destruktif.

Di sisi lain, tanggung jawab pendidikan tak bisa hanya dibebankan pada sekolah atau guru. Lemahnya sinergi antara pemerintah, orang tua dan lingkungan sosial masyarakat dalam membentuk ekosistem pendidikan yang utuh dan suportif menjadi persoalan krusial. Banyak orang tua menyerahkan total pendidikan anak pada sekolah, sementara pemerintah daerah pun kerap menunggu komando pusat dalam membenahi sistem yang seharusnya bisa disesuaikan dengan konteks lokal.

Apa yang dapat kita lakukan?

Pertama, pendidikan karakter harus benar-benar diintegrasikan dalam kurikulum secara aplikatif, tidak sekadar menjadi mata pelajaran teoritis. Peran orang tua pun penting di rumah, begitu juga guru di sekolah untuk mengajarkan nilai-nilai seperti toleransi, saling menghargai, dan penyelesaian konflik secara damai sejak dini, tidak hanya secara lisan namun juga orang tua dan guru harus dapat menjadi teladan dalam pengamalan perilaku sehari-harinya. Pendidikan karakter yang baik dapat membentuk kepribadian anak yang bijak dalam menghadapi masalah.

Beberapa negara, seperti Finlandia, Singapura, Kanada, Jepang, Australia, dan Brasil, telah berhasil mengurangi kekerasan di sekolah melalui pendekatan yang mengutamakan pendidikan karakter, penyelesaian konflik secara damai, dan kerjasama erat antara sekolah dan orang tua. Program-program seperti KiVa (Finlandia); Character and Citizenship Education (Singapura); Safe Schools Framework (Australia); Zero Tolerance (Jepang); Restorative Justice (Kanada); Escola da Paz (Brasil) dapat di-adaptasi oleh Indonesia untuk prinsip-prinsip tersebut dapat dituangkan dalam kebijakan pendidikan dan program-program di sekolah untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan harmonis bagi anak-anak.

Kedua, pelatihan psikososial untuk guru dan orang tua menjadi sangat penting agar mereka siap mendeteksi dan menangani potensi kekerasan sejak dini. Di era digital seperti saat ini, perhatian khusus juga perlu diberikan pada pengaruh media sosial. Konten kekerasan yang tersebar luas dapat memicu konflik dan menormalisasi perilaku agresif di kalangan anak. Oleh karena itu, selain membangun karakter dan kedisiplinan, literasi digital serta pengawasan orang tua bersama-sama dengan sekolah atau guru atas aktivitas daring anak menjadi kunci penting dalam membentuk generasi yang damai dan beradab.

Ketiga, sekolah harus diperkuat sebagai ekosistem inklusif. Sekolah sebagai ekosistem inklusif berperan penting mencegah tawuran sejak dini dengan menciptakan lingkungan yang menghargai perbedaan, menanamkan nilai empati, dan membangun budaya damai. Melalui penguatan pendidikan karakter, pelatihan guru sebagai mediator, ruang ekspresi yang aman, serta keterlibatan aktif orang tua dan komunitas, anak-anak diajak tumbuh dalam suasana kolaboratif, bukan kompetitif atau penuh kekerasan. Kebijakan anti-kekerasan yang edukatif, didukung layanan konseling, menjadikan sekolah bukan hanya tempat belajar, tapi juga ruang tumbuh bagi anak menjadi pribadi yang bijak dalam menyelesaikan konflik secara damai.

Lebih jauh, perlu terobosan kebijakan yang menghubungkan sektor pendidikan dengan kementerian/lembaga lain: sosial, komunikasi dan informatika, hingga budaya. Sebab pendidikan anak bukan hanya soal sekolah—tetapi soal ruang hidup mereka sehari-hari: rumah, layar digital, dan masyarakat.

Jika kita masih menutup mata atas gejala ini, maka jangan heran bila pada tahun 2045 nanti—saat kita bermimpi menjadi negara maju dalam bingkai “Indonesia Emas”—kita justru menghadapi generasi yang rapuh, agresif, dan kehilangan arah.

Tawuran pelajar SD bukan soal anak-anak yang salah jalan. Ini alarm keras bagi sistem yang terlalu lama krisis karena berjalan di jalan yang salah. Untuk mengatasi krisis ini, kita harus sadar dan menekankan kembali satu hal mendasar yang sempat saya singgung di atas : sekolah bukan laundry bagi anak-anak kita. Pendidikan tidak cukup hanya dengan menitipkan mereka pagi-pagi, berharap pulang dalam keadaan “bersih”, pintar, dan berakhlak. Ini kerja kolektif yang menuntut keterlibatan pemerintah bersama orang tua (keluarga), sekolah, dan lingkungan sosial masyarakat luas. [T]

Penulis: Dewa Rhadea
Editor: Adnyana Ole

  • BACA JUGA:
Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan
Pendidikan Bermartabat untuk Mengatasi Trauma Sosial
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?
Tags: Pendidikansekolah
Previous Post

Aktualisasi Seni Tradisi dalam Pusaran Era Kontemporer

Next Post

Manusia Tersekolah Belum Tentu Menjadi Terdidik

Dewa Rhadea

Dewa Rhadea

Penulis tinggal di Singaraja

Next Post
Manusia Tersekolah Belum Tentu Menjadi Terdidik

Manusia Tersekolah Belum Tentu Menjadi Terdidik

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

LELUHUR JAGUNG

by Sugi Lanus
June 13, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

—Catatan Harian Sugi Lanus, 13 Juni 2025 *** Ini adalah sebuah jejak “peradaban jagung”. Tampak seorang ibu berasal dari pulau...

Read more

Apa yang Sedang Disulam Gus Ade? — Sebuah Refleksi Liar Atas Karya Gusti Kade

by Vincent Chandra
June 12, 2025
0
Apa yang Sedang Disulam Gus Ade? — Sebuah Refleksi Liar Atas Karya Gusti Kade

Artikel ini adalah bagian dari tulisan pengantar pameran tunggal perupa Gusti Kade di Dinatah Art House, Singapadu, opening pada tanggal...

Read more

Tanah HGB, Kerjasama dan Jaminan Kredit

by I Made Pria Dharsana
June 10, 2025
0
Perjanjian Pengalihan dan Komersialisasi Paten dalam Teori dan Praktek

Tanah HGB, Kerjasama dan Jaminan Kredit : Pasca Putusan MK Nomot 67/PUU-XI/2013 Penulis: Dr. I Made Pria Dharsana, SH., MHumIndrasari...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Rizki Pratama dan “Perubahan Diri” pada Acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” di Singaraja
Panggung

Rizki Pratama dan “Perubahan Diri” pada Acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” di Singaraja

DI acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” itu, Rizki Pratama tampaknya energik ketika tampil sebagai opening di Café Halaman Belakang...

by Sonhaji Abdullah
June 10, 2025
New Balance Sneakers Store di Indonesia Terpercaya
Gaya

New Balance Sneakers Store di Indonesia Terpercaya

SAAT ini sneakers bukan lagi sekadar kebutuhan untuk melindungi kaki saja melainkan telah berkembang jadi bagian penting dari gaya hidup....

by tatkala
June 9, 2025
I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi
Persona

I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi

ISU apakah sastrawan di Indonesia bisa hidup dari sastra belakangan ini hangat diperbincangkan. Bermula dari laporan sebuah media besar yang...

by Angga Wijaya
June 8, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [19]: Mandi Kembang Malam Selasa Kliwon

June 12, 2025
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co