“Dauh kalih sampun ahias Ida Bhatara Tedun masolah, nunas damuh Ida Bhatara, mangda sami sida rahayu”
Demikianlah kutipan bait dari gending tari Pendet Pemendak, yang dipentaskan pada saat puncak upacara piodalan di Pura Desa lan Puseh Desa Adat Beringkit, Mengwi, Badung-Bali, pada Wrespasti Umanis Dunggulan, 24 April 2025.
Enam bulan yang lalu, kami melaksanakan pemujaan dalam kesederhanaan. Sebab lingkungan pura saat itu dalam tahap pemugaran. Kini kebaruan tampak pada Pura Desa lan Puseh, sehingga perayaan saban enam bulan kali ini dilengkapi dengan ritus napak pertiwi.
Napak pertiwi merupakan ritus penting. Sebab kami di Desa Adat Beringkit memiliki tapakan berupa barong, rangda, rarung dan celuluk dengan gelarnya masing-masing. Napak pertiwi berasal dari dua kata yakni napak dan pertiwi, napak dalam kamus bahasa Bali bermakna ‘tiba’ dan pertiwi berarti ‘tanah’.
Maka dalam hal ini napak pertiwi merupakan prosesi memohon kehadiran beliau yang berwujud sekala-niskala agar berkenan untuk turun dan memberikan anugrah kepada umat manusia khususnya warga Desa Adat Beringkit.

Sasolahan Ida Ratu Gede Napak Pertiwi | Foto: Dok. Desa Adat Beringkit
Sebagai wujud fisik (Bali:pertiwimba) Ida Bhatara yang diwujudkan dalam bentuk produk seni, maka dengan cara seni pula kami memohon anugerahnya. Melalui iringan tabuh, gerak kaki serta “kletakkan” dari tapel beliau, serasa anugerah ica tersebut mengalir dengan sempurna.
Ica dalam bahasa Bali dapat berarti ‘tertawa’ dan ‘anugerah’ maka tentu anugerah yang utama tersebut adalah tawa. Dan karena tawa dapat menimbulkan kebahagian, haru, dan suka cita.
Namun napak pertiwi kali ini hanya mementaskan pelawatan beliau dalam wujud barong ket dengan gelar Ida Ratu Gede Jagat Beringkit. Sebagai juru solah (penari) dari tarian barong ini berjumlah dua orang. Sapaan akrab dari kedua orang tersebut adalah Bli Rah Abut, dan Bli Rahde Bunter.
Mereka merupakan pemuda desa yang biasa melakukan ritus ini. Latihan pun dilakukan dalam waktu yang relatif dekat hanya berkisar 3 mingguan dari puncak acara. Mereka dilatih oleh Bli Surya, seorang penari barong yang sudah terkemuka dari Banjar Sayan Mengwi. Serta pementasan kali ini diiringi oleh Sekha Gong Cadhu Gita Sundaram Desa Adat Beringkit.


Dokumentasi latihan penari barong | Foto: Dok. Yowana Desa Adat Beringkit
Pementasan diawali dengan matur uning oleh Jero Mangku Petakapan. Dengan menghaturkan banten pejati. Dentingan genta membuat suasana hening dalam keriuhan. Tabuh Pisan Petegak Bebarongan sebagai lagu pembuka mengiringi bakti juru solah dari Ida Bhatara.
Setelah menghaturkan pejati sebagai wujud memohon petunjuk dan bimbingan, ida bhatara diturunkan dari tempat penyimpanannya (Bali:gedong). Setelah diturunkan dilanjutkan dengan menghaturkan segehan penyambleh.
Kegiatan ini berpuncak saat hewan itik disembelih dengan pusaka pajenengan ida Bhatara. Kegiatan ini menandai pementasan akan segera dimulai.

Prosesi ngaturang piuning | Foto: Dok. Pribadi
Pementasan berlangsung kira-kira 30 menit. Masyarakat begitu antusias menyaksikan sapatedun Ida Bhatara. Sebab sudah kurang lebih delapan bulan kami “berpuasa” melaksanakan acara keagamaan secara besar di Pura Desa lan Puseh Desa Adat Beringkit.
Jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, sasolahan Ida Bhatara ini merupakan sebuah sarana berinteraksi. Interaksi dilakukan oleh masyarakat desa dengan menyaksikan, sebab Ida Bhatara dalam wujud suci yang ditempatkan di tempat yang “tinggi” kini disejajarkan dengan para baktinya.
Tentu hal seperti ini menjadi sebuah hal yang mengharukan. Karena dengan ritus masolah ini limpahan anugerah beliau mengalir dengan sempurna. Semoga Desa Adat Beringkit, Mengwi, Badung senantiasa dianugrahi kebahagiaan dan keharmonisan. [T]
Beringkit, 25 April 2025
Penulis: IGP Weda Adi Wangsa
Editor: Adnyana Ole
- BACA JUGA: