15 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pura Semuhu: Ia yang Tak Pernah Meminta untuk Dipermanenkan

Made ChandrabyMade Chandra
April 24, 2025
inKhas
Pura Semuhu: Ia yang Tak Pernah Meminta untuk Dipermanenkan

Upacara di Pura Semuhu

BELAKANGAN ini kita sering mendengar perdebatan mengenai banyaknya pura yang mengalami renovasi besar-besaran, dengan mudahnya diruntuhkan lalu di bangun ulang, tanpa memikirkan aspek historical yang telah pura itu lalui. Catatan-catatan yang tergurat melalui pahatan para sangging (tukang pahat) di masa itu seakan terhapus dan tergantikan oleh blok hitam yang sering kali tampak membosankan.

Sementara para pemimpin adat berlomba-lomba merenovasi ulang pura-pura bersejarah yang ada di Bali, terdapat satu pura di ujung bukit Pulau Nusa Penida yang menolak untuk dipermanenkan, bukan tanpa alasan. Jejak sejarahnya mengakar melalui penuturan lisan dari generasi ke generasi membentuk satu tradisi yang kini diamini oleh para pengempon (pengelola pura).

Pura Semuhu

Pura tersebut bernama Semuhu, tak diketahui jelas makna dari kata Semuhu tersebut, catatan mengenai pura ini pun hampir nihil. Namun keunikan pura tersebut seakan tak ada duanya di Bali. Dari fasad hingga tata cara untuk bersembahyang di pura ini sangatlah terperinci dan khas. Pura yang terletak di Desa Kutampi ini diampu oleh dua banjar adat, yaitu Banjar Jurangaya dan Banjar Pulagan, dua banjar ini secara bergantian membagi tugas untuk membantu pelaksaan upacara di Pura Semuhu.

Tak seperti kebanyakan pura yang berdinding batu padas, sebaliknya fasad dan struktur pura ini hanya bermaterialkan bambu saja, yang tiap tahun diganti secara berkala untuk menjaga ketahanan pura tersebut. Uniknya pura ini terletak di tengah hutan yang jauh dari pemukiman, dengan jalan setapak pura ini dapat diakses melalui tepi jalan menuju arah rimbunan hutan Nusa Penida.

Upacara di Pura Semuhu

Pada awal terbentuknya pura ini bermula dari seorang petani yang berbulan-bulan tak kunjung mendapat hujan untuk membasahi kebunnya. Mengingat daerah di perbukitan Nusa Penida yang tak memungkinkan untuk membuat sumur air akibat jenis kontur tanahnya yang sebagian besar tersusun dari lapisan batu karang, sehingga untuk menyiasati itu masyarakat hanya bisa mengandalkan air hujan untuk kemudian ditampung.

Atas dasar kegundahan tersebut, sang petani pun mesesangi (berjanji)jika dewa menurunkan hujan maka ia akan membangun sebuah pura di tengah hutan, dengan menggunakan material bambu, dan beberapa sesajen persembahan sederhana.

Upacara di Pura Semuhu

Setelah janji tersebut diutarakan, beberapa hari kemudian turunlah hujan yang sangat lebat membasahi seluruh kebun yang ia tanami. Hal itu membuat dirinya sangat bahagia. Mulai saat itulah tradisi untuk mengupacarai Pura Semuhu dimulai dan dijalani oleh penduduk sekitar yang akhirnya terbagi menjadi dua banjar yaitu Jurangaya dan Pulagan.

Tak seperti kebanyakan pura yang berada di Bali, Pura Semuhu hanya boleh dibangun dan diperbaiki dengan material berbahan dasar bambu. Selain itu, Pura Semuhu memiliki  dua jenis pura yang terbagi atas jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Hal ini menjadi satu pembeda yang cukup jelas di antara pura-pura lainnya.

Upacara di Pura Semuhu

Begitupun dengan sarana yang ditujukan kepada pura ini, sangatlah tak biasa, canang dan bebantenan yang biasa menghiasi seluruh isi upacara digantikan dengan sesaji khas. Sesaji tersebut terdiri atas beberapa komponen yang berasal dari tiap rumah, seperti pisang, ayam, daun, dan nasi timbungan sebagai salah satu sarana khusus bagi pura laki-laki, dimana nasi timbungan ini merupakan beras yang diletakan di dalam bambu dan kemudian dibakar untuk dipersembahkan bersama sarana lainnya.

Pura yang diupacarai satu tahun sekali ini jatuh pada purnama sasih kasa (bulan pertama menurut pertanggalan tradisional Bali), dengan catatan jika tidak terdapat kematian yang dialami oleh pengempon pura. Upacara di pura ini berlangsung selama kurang lebih 18 hari. Oleh karena itu, selama satu tahun itulah hutan di mana tempat Pura Semuhu berada tidak diperkenankan untuk dijamah, sehingga memberi ruang untuk hutan dapat tumbuh dengan alami.

Upacara di Pura Semuhu

Prosesi upacara lalu dimulai dengan mengambil air suci di salah satu mata air yang ada di pesisir, lalu di lanjutkan dengan membersihkan kembali jalan setapak yang telah tertutup rimbunan semak belukar, karena tak terjamah dalam kurun waktu setahun.

Selama 18 hari itulah masyarakat tidak diperbolehkan untuk mempersembahkan canang seperti biasanya, agar bisa memfokuskan dirinya pada upacara yang sedang berlangsung. Selain itu ada satu aturan yang melarang para pengempon untuk meninggalkan atau mengambil barang apapun yang ada di dalam hutan sekitar pura tersebut, bahkan jika itu hanya selembar daun sekalipun.

Upacara di Pura Semuhu

Kompleksitas dan kesakralan dalam rangkaian upacara serta larangan teritorial yang dilakukan di Pura Semuhu, justru memberikan dampak signifikan terhadap pelestarian hutan di mana pura tersebut dibangun.

Bahan-bahan organik yang dipakai dalam membangun pura ini seakan menjadi antitesis terhadap trend pembangunan ulang pura-pura yang dilakukan secara masif hanya atas dasar ego semata. Mengingatkan bahawa satu pemujaan dapat dilakukan dengan hal yang sederhana sekalipun, yang tentu menjadi sebuah mekanisme pelestarian terhadap alam yang berkelanjutan, satu hal yang sering kali kita abai dengannya.

Oleh karena itu adat dan tradisi yang berakar pada pengetahuan vernakular tentu akan selalu kontekstual dengan tempat di mana tradisi itu berjalan. Di sinilah aturan serta sanksi adat sangat berperan aktif sebagai garda terdepan dalam mengkonservasi hutan-hutan kita.

Pura Semuhu dari masa lalu dan tak berubah hingga kini

Pada akhirnya kita harus sadar bahwa hutan bukanlah tanah kosong yang dapat dieksploitasi tanpa batasan, ia rumah bagi sebuah ekosistem raksasa, baik yang terlihat maupun tak terlihat. Sebuah biodiversitas yang tentu memberikan kontribusi nyata pada kestabilan alam di bumi kita berpijak. [T]

Penulis: Made Chandra
Editor: Adnyana Ole

BACA artikel lain dari penulis MADE CHANDRA

  • BACA JUGA:
Pura Segara Giri Simora Perekat 13 KK Warga Hindu Bali di Kabupaten Kaimana, Papua Barat
Pura di Tengah Hiruk-Pikuk Hotel Kawasan ITDC Nusa Dua
Meresapi Kedamaian dari Pura Bukit Mentik di Punggung Gunung Batur
Tags: hinduNusa PenidaPura Bali
Previous Post

Ketiadaan Wayang Legendaris di Pesta Kesenian Bali: Sebuah Kekosongan dalam Pelestarian Budaya

Next Post

Trimatra Galung Wiratmaja

Made Chandra

Made Chandra

Lahir di Baturaja, Sumatera Selatan, tinggal di Denopasar. Ia merupakan seorang perupa muda yang telah mengembangkan formula visual yang menarik. Ia memadukan ikonografi Kamasan Klasik dengan ekspresi abstrak dan dataran kanvas kosong yang memberikan kesan minimalis pada komposisinya, membedakan suara artistiknya di antara banyak seniman muda pendatang baru dan pionir seni Kamasan. genre Kamasan kontemporer.

Next Post
Trimatra Galung Wiratmaja

Trimatra Galung Wiratmaja

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more

Menakar Kemelekan Informasi Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 14, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

“Di era teknologi digital, siapa pun manusia yang lebih awal memiliki informasi maka dia akan jadi Raja dan siapa yang ...

Read more

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co