5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pura Semuhu: Ia yang Tak Pernah Meminta untuk Dipermanenkan

Made ChandrabyMade Chandra
April 24, 2025
inKhas
Pura Semuhu: Ia yang Tak Pernah Meminta untuk Dipermanenkan

Upacara di Pura Semuhu

BELAKANGAN ini kita sering mendengar perdebatan mengenai banyaknya pura yang mengalami renovasi besar-besaran, dengan mudahnya diruntuhkan lalu di bangun ulang, tanpa memikirkan aspek historical yang telah pura itu lalui. Catatan-catatan yang tergurat melalui pahatan para sangging (tukang pahat) di masa itu seakan terhapus dan tergantikan oleh blok hitam yang sering kali tampak membosankan.

Sementara para pemimpin adat berlomba-lomba merenovasi ulang pura-pura bersejarah yang ada di Bali, terdapat satu pura di ujung bukit Pulau Nusa Penida yang menolak untuk dipermanenkan, bukan tanpa alasan. Jejak sejarahnya mengakar melalui penuturan lisan dari generasi ke generasi membentuk satu tradisi yang kini diamini oleh para pengempon (pengelola pura).

Pura Semuhu

Pura tersebut bernama Semuhu, tak diketahui jelas makna dari kata Semuhu tersebut, catatan mengenai pura ini pun hampir nihil. Namun keunikan pura tersebut seakan tak ada duanya di Bali. Dari fasad hingga tata cara untuk bersembahyang di pura ini sangatlah terperinci dan khas. Pura yang terletak di Desa Kutampi ini diampu oleh dua banjar adat, yaitu Banjar Jurangaya dan Banjar Pulagan, dua banjar ini secara bergantian membagi tugas untuk membantu pelaksaan upacara di Pura Semuhu.

Tak seperti kebanyakan pura yang berdinding batu padas, sebaliknya fasad dan struktur pura ini hanya bermaterialkan bambu saja, yang tiap tahun diganti secara berkala untuk menjaga ketahanan pura tersebut. Uniknya pura ini terletak di tengah hutan yang jauh dari pemukiman, dengan jalan setapak pura ini dapat diakses melalui tepi jalan menuju arah rimbunan hutan Nusa Penida.

Upacara di Pura Semuhu

Pada awal terbentuknya pura ini bermula dari seorang petani yang berbulan-bulan tak kunjung mendapat hujan untuk membasahi kebunnya. Mengingat daerah di perbukitan Nusa Penida yang tak memungkinkan untuk membuat sumur air akibat jenis kontur tanahnya yang sebagian besar tersusun dari lapisan batu karang, sehingga untuk menyiasati itu masyarakat hanya bisa mengandalkan air hujan untuk kemudian ditampung.

Atas dasar kegundahan tersebut, sang petani pun mesesangi (berjanji)jika dewa menurunkan hujan maka ia akan membangun sebuah pura di tengah hutan, dengan menggunakan material bambu, dan beberapa sesajen persembahan sederhana.

Upacara di Pura Semuhu

Setelah janji tersebut diutarakan, beberapa hari kemudian turunlah hujan yang sangat lebat membasahi seluruh kebun yang ia tanami. Hal itu membuat dirinya sangat bahagia. Mulai saat itulah tradisi untuk mengupacarai Pura Semuhu dimulai dan dijalani oleh penduduk sekitar yang akhirnya terbagi menjadi dua banjar yaitu Jurangaya dan Pulagan.

Tak seperti kebanyakan pura yang berada di Bali, Pura Semuhu hanya boleh dibangun dan diperbaiki dengan material berbahan dasar bambu. Selain itu, Pura Semuhu memiliki  dua jenis pura yang terbagi atas jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Hal ini menjadi satu pembeda yang cukup jelas di antara pura-pura lainnya.

Upacara di Pura Semuhu

Begitupun dengan sarana yang ditujukan kepada pura ini, sangatlah tak biasa, canang dan bebantenan yang biasa menghiasi seluruh isi upacara digantikan dengan sesaji khas. Sesaji tersebut terdiri atas beberapa komponen yang berasal dari tiap rumah, seperti pisang, ayam, daun, dan nasi timbungan sebagai salah satu sarana khusus bagi pura laki-laki, dimana nasi timbungan ini merupakan beras yang diletakan di dalam bambu dan kemudian dibakar untuk dipersembahkan bersama sarana lainnya.

Pura yang diupacarai satu tahun sekali ini jatuh pada purnama sasih kasa (bulan pertama menurut pertanggalan tradisional Bali), dengan catatan jika tidak terdapat kematian yang dialami oleh pengempon pura. Upacara di pura ini berlangsung selama kurang lebih 18 hari. Oleh karena itu, selama satu tahun itulah hutan di mana tempat Pura Semuhu berada tidak diperkenankan untuk dijamah, sehingga memberi ruang untuk hutan dapat tumbuh dengan alami.

Upacara di Pura Semuhu

Prosesi upacara lalu dimulai dengan mengambil air suci di salah satu mata air yang ada di pesisir, lalu di lanjutkan dengan membersihkan kembali jalan setapak yang telah tertutup rimbunan semak belukar, karena tak terjamah dalam kurun waktu setahun.

Selama 18 hari itulah masyarakat tidak diperbolehkan untuk mempersembahkan canang seperti biasanya, agar bisa memfokuskan dirinya pada upacara yang sedang berlangsung. Selain itu ada satu aturan yang melarang para pengempon untuk meninggalkan atau mengambil barang apapun yang ada di dalam hutan sekitar pura tersebut, bahkan jika itu hanya selembar daun sekalipun.

Upacara di Pura Semuhu

Kompleksitas dan kesakralan dalam rangkaian upacara serta larangan teritorial yang dilakukan di Pura Semuhu, justru memberikan dampak signifikan terhadap pelestarian hutan di mana pura tersebut dibangun.

Bahan-bahan organik yang dipakai dalam membangun pura ini seakan menjadi antitesis terhadap trend pembangunan ulang pura-pura yang dilakukan secara masif hanya atas dasar ego semata. Mengingatkan bahawa satu pemujaan dapat dilakukan dengan hal yang sederhana sekalipun, yang tentu menjadi sebuah mekanisme pelestarian terhadap alam yang berkelanjutan, satu hal yang sering kali kita abai dengannya.

Oleh karena itu adat dan tradisi yang berakar pada pengetahuan vernakular tentu akan selalu kontekstual dengan tempat di mana tradisi itu berjalan. Di sinilah aturan serta sanksi adat sangat berperan aktif sebagai garda terdepan dalam mengkonservasi hutan-hutan kita.

Pura Semuhu dari masa lalu dan tak berubah hingga kini

Pada akhirnya kita harus sadar bahwa hutan bukanlah tanah kosong yang dapat dieksploitasi tanpa batasan, ia rumah bagi sebuah ekosistem raksasa, baik yang terlihat maupun tak terlihat. Sebuah biodiversitas yang tentu memberikan kontribusi nyata pada kestabilan alam di bumi kita berpijak. [T]

Penulis: Made Chandra
Editor: Adnyana Ole

BACA artikel lain dari penulis MADE CHANDRA

  • BACA JUGA:
Pura Segara Giri Simora Perekat 13 KK Warga Hindu Bali di Kabupaten Kaimana, Papua Barat
Pura di Tengah Hiruk-Pikuk Hotel Kawasan ITDC Nusa Dua
Meresapi Kedamaian dari Pura Bukit Mentik di Punggung Gunung Batur
Tags: hinduNusa PenidaPura Bali
Previous Post

Ketiadaan Wayang Legendaris di Pesta Kesenian Bali: Sebuah Kekosongan dalam Pelestarian Budaya

Next Post

Trimatra Galung Wiratmaja

Made Chandra

Made Chandra

Lahir di Baturaja, Sumatera Selatan, tinggal di Denopasar. Ia merupakan seorang perupa muda yang telah mengembangkan formula visual yang menarik. Ia memadukan ikonografi Kamasan Klasik dengan ekspresi abstrak dan dataran kanvas kosong yang memberikan kesan minimalis pada komposisinya, membedakan suara artistiknya di antara banyak seniman muda pendatang baru dan pionir seni Kamasan. genre Kamasan kontemporer.

Next Post
Trimatra Galung Wiratmaja

Trimatra Galung Wiratmaja

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co