14 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Moshing di Lagu yang Salah, Normalisasi FOMO Melucuti Esensi Musik

Arix Wahyudhi Jana PutrabyArix Wahyudhi Jana Putra
April 21, 2025
inEsai
Moshing di Lagu yang Salah, Normalisasi FOMO Melucuti Esensi Musik

Ilustrasi tatkala.co | Arix

“Tidak datang untuk validasi keren, ini caraku untuk mengekspresikan diri dan merayakan musik yang kucintai!”

Begitu ungkapan yang seringkali ada di benak saya ketika mengunjungi acara musik.

Gigs dan konser bukan sekadar mendengar dan menonton musik. Kedua hal itu bagai ruang interaksi, tempat energi kolektif dituangkan, dan ruang bagi musisi serta penikmat musik untuk saling berbagi pengalaman.

Dalam beberapa tahun terakhir, saya melihat semakin banyak anak muda yang hadir di gigs dan konser, walaupun jujur saja, saya tidak terlalu sering datang ke acara-acara musik itu. Tapi yang saya ingat ketika menonton, orang-orang membawa semangat baru sekaligus fenomena yang menarik perhatian saya, mereka yang datang banyak yang menikmati, tapi tidak sedikit juga yang hanya demi FOMO (fear of missing out), tanpa benar-benar memahami esensi musik yang dihidangkan.      

Apa Itu Gigs, Pogo, dan Moshing?

Mari kita kenali beberapa istilah yang sering muncul di dunia musik. Gigs singkatan dari “engagement” adalah pertunjukan musik skala kecil hingga menengah, biasanya digelar di bar, kafe, atau ruang komunitas.

Istilah “gig” dalam dunia musik berasal dari bahasa gaul para musisi jazz di Amerika Serikat awal abad ke-20.  Acara yang menjadi wadah bagi band lokal atau musisi independen untuk menampilkan karya mereka, dan biasanya penggemar mereka tidak terlalu banyak.

Berbeda dengan konser yang sering kali megah dan terorganisasi secara komersial, gigs memiliki suasana lebih intim, seperti di khususkan untuk para pendengar VIP, hahahaa.

Dalam beberapa skena musik, seperti punk, metal, atau hardcore, muncul bentuk ekspresi fisik unik dari penonton, pogo dan moshing. Pogo, tarian yang dipopulerkan oleh Bassis Sex Pistols Sid Vicious sekitar tahun 1976, adalah gaya menari yang sederhana namun energik, di mana orang melompat naik turun mengikuti irama musik, keringat bercucuran tanda ungkapan semangat.

Sementara itu, moshing, yang mulai berkembang pada akhir 1970-an dan awal 1980-an di California Selatan, Amerika Serikat. Saat itu, moshing disebut “slam dancing”, adalah bentuk ekspresi yang lebih agresif. Diiringi oleh musik keras dan cepat, penonton saling mendorong dan bertabrakan dalam area yang disebut mosh pit.

Meskipun terlihat kasar, dan tidak jarang memakan korban luka, moshing sebenarnya memiliki aturan tidak tertulis. Jika ada yang jatuh, mereka akan segera dibantu bangkit. Tidak ada amarah, hanya kesenangan, kesenangan, dan kesenangan.

Moshing mencerminkan semangat kebersamaan, energic, dan ungkapan perasaan yang tulus terhadap musik. Namun, aturan ini seolah tidak berlaku ketika fenomena FOMO mengambil alih.

FOMO di Gigs dan Konser

FOMO, atau rasa takut ketinggalan akan hal baru, menjadi salah satu pendorong utama tidak hanya generasi muda untuk hadir di gigs dan konser. Media sosial memperkuat fenomena ini. Unggahan di Instagram, dan cerita di TikTok menjadi alasan banyak anak muda datang ke acara musik, bukan untuk menikmati musik itu sendiri, melainkan demi dokumentasi.

Seolah menciptakan dinamika acara musik. Beberapa penonton tidak lagi datang dengan niat untuk memahami atau meresapi aliran musik tertentu. Mereka hadir dengan pakaian yang menonjol, gaya yang mencolok, dan keinginan untuk terlihat keren. Salah satu hasilnya adalah aksi pogo dan moshing yang dilakukan secara sembarangan, termasuk di lagu yang tidak sesuai.

Moshing di Lagu yang Salah

Bayangkan saja, jujur ini pasti sering terjadi, suasana gigs kecil dengan band yang memainkan lagu balada akustik. Ini kan harusnya menjadi momen untuk menikmati lirik yang menyentuh dan melodi yang menenangkan. Namun, tiba-tiba beberapa penonton mulai pogo atau bahkan mencoba moshing, menciptakan kekacauan di tengah suasana yang seharusnya damai.

Fenomena ini tidak hanya mengganggu pengalaman orang lain, tetapi juga menunjukkan ketidaktahuan akan budaya musik yang sedang dimainkan. Dan berlaku juga di konser yang boleh di kunjungi secara gratis, karena gratis juga, menyebabkan orang-orang dari kalangan mana pun bisa datang. Maka tak heran di konser gratis kalian bisa melihat orang yang mabuk.

Aksi seperti ini sering dianggap sebagai bentuk “pemberontakan gaya baru” oleh sebagian anak muda. Mereka ingin tampil beda, tetapi justru kehilangan esensi musik itu sendiri. Moshing di lagu keras sejatinya ungkapan perasaan, energi, dan kebersamaan. Namun, melakukannya di lagu yang salah justru mencerminkan kurangnya pemahaman terhadap seni dan budaya musik tersebut, menimbulkan kekacauan dan akhirnya baku pukul. Kami para penikmat musik biasa menyebutnya dengan istilah “Kampungan!!!.”

Skena Musik

Menurut saya, fenomena ini memiliki dampak positif dan negatif. Di satu sisi, meningkatnya antusiasme generasi muda terhadap gigs dan konser membantu mempopulerkan skena musik lokal. Semakin banyak orang yang datang berarti semakin besar peluang bagi musisi untuk mendapatkan dukungan, harusnya begitu kan?

Namun, di sisi lain, aksi-aksi nyeleneh ini dapat merusak suasana dan mengganggu penonton lain yang lebih serius menikmati musik. Argumen saya ini di perkuat oleh pernyataan vokalis dari salah satu band Grindcore legend di Bali, ANTIPOP.

“Sekarang banyak yang sekedar ikut-ikutan (poser) datang ke gigs ngelakuin  two step ala New York malahan jadinya  crowd killin, kalo fenomena yang sekarang saya liat malahan two step bertujuan untuk menyakiti bukan lagi sebuah ekspresi dari emosi yang dicurahkan secara positif, bahkan banyak juga yang ga tau teknik pogo, two step, stage diving itu malahan ujung-ujungnya jadi nyakitin diri sendiri dan berujung perkelahian (agak ndeso klo ini),” kata Agung Yudha (vokalis ANTIPOP).

Band atau musisi pun bisa merasa kurang dihargai ketika penonton tidak memberikan respons yang sesuai dengan suasana musik mereka. Walaupun memang, tak banyak yang tahu dan malah menghakimi bahwa bentuk ekspresi diri lewat moshing dan pogo itu salah dan tak wajar, balik lagi itu adalah bentuk ekspresi kami terhadap musik.

Mengembalikan Esensi Musik

Musik adalah bahasa universal yang menghubungkan manusia secara emosional. Konser dan gigs adalah ruang di mana seni bertemu dengan apresiasi, bukan sekadar ajang pamer. Untuk generasi muda, memahami konteks musik yang dimainkan adalah langkah awal untuk menikmati acara dengan lebih mendalam.

Bagi musisi, fenomena ini menjadi tantangan baru, bagaimana menciptakan koneksi dengan penonton yang sebagian besar hanya mengejar FOMO. Dengan memberikan edukasi ringan atau menciptakan ruang khusus bagi penonton yang ingin sekadar berdokumentasi, pengalaman musik bisa tetap terjaga tanpa kehilangan esensinya.

Pada akhirnya, musik adalah tentang merasakan, bukan sekadar terlihat merasakan. “the right music, the right gigs and the right way, sehingga tidak crowd killing, setiap genre musik memiliki cara untuk dapat dinikmati, jadi jangan sampai salah Alamat” tambah Agung Yudha (vokalis ANTIPOP). Karena sesungguhnya, gigs dan konser adalah tentang kebersamaan, bukan sekadar kehadiran. Jangan sampai esensi musik dilucuti hanya karena sekedar update story. [T]

Penulis: Arix Wahyudhi Jana Putra
Editor; Adnyana Ole

Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja yang sedang menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) di tatkala.co.

  • BACA JUGA:
Menelisik Danilla Lagi: Telisik (lagi) Tour Bali Danilla Riyadi
Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik Lagu “Guru Oemar Bakrie” Karya Iwan Fals
Catatan Amburadul Usai Menyaksikan VMO (Violent Magic Orchestra) di Bali — Serangkain Indonesia Tour VMO
Tags: FOMOGigsmoshingmusikpogo
Previous Post

Kudapan dan Kesungguhan: “Jaja” dan Bagaimana Kita Menjadi “Saja” – Renungan Hari Panyajan

Next Post

Dilema Suku Baduy [2]:Krisis Lahan Huma, Hilangnya “Bera” dan Solusinya

Arix Wahyudhi Jana Putra

Arix Wahyudhi Jana Putra

Gede Arix Wahyudhi Jana Putra. Mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Next Post
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

Dilema Suku Baduy [2]:Krisis Lahan Huma, Hilangnya “Bera” dan Solusinya

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Menakar Kemelekan Informasi Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 14, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

“Di era teknologi digital, siapa pun manusia yang lebih awal memiliki informasi maka dia akan jadi Raja dan siapa yang ...

Read more

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co