15 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pertunjukan Seni Tradisi dan Seni Modern di Satu Panggung: Mempertemukan Ego Antarseniman

Gede Angga PrasajabyGede Angga Prasaja
April 11, 2025
inEsai
Pertunjukan Seni Tradisi dan Seni Modern di Satu Panggung: Mempertemukan Ego Antarseniman

Pentas gong kebyar dan musik di Taman Bung Karno Singaraja | Foto: tatkala.co/Rusdy

DENGAN berkembangnya industri kreatif di era globalisasi ini, dunia seni terus bergerak cepat dengan penuh semangat yang membuat kolaborasi antar genre seni menjadi hal yang sudah biasa.

Panggung pertunjukan saat ini tidak lagi kaku dalam menyajikan satu jenis seni saja, melainkan lebih terbuka untuk dapat menyandingkan genre seni yang berbeda dalam satu ruang yang sama.

Salah satu kolaborasi yang sangat sering disuguhkan pada acara-acara adalah menggabungkan seni pertunjukan tradisional dengan seni pertunjukan modern, terutama pertunjukan musik, dalam satu panggung. Sesungguhnya tidak tepat disebut kolaborasi, karena tak ada penggabungan antara dua unsur kesenian itu. Tepatnya, bisa disebut tampil dalam satu acara di atas panggung secara bergiliran.

Tapi, apa pun namanya, dua jenis seni pertunjukan dari dua zaman yang berbeda itu selalu menarik untuk diperbincangkan. Sangat menarik, bagaikan bulan dan matahari bertemu, saling mengisi serta memperkaya suasana.

Namun apakah pertemuan selalu semulus konsep di atas kertas?

Seringkali, kolaborasi ini justru terhambat oleh satu hal yang paling mendasar yaitu ego antar pelaku seni.

Seni pertunjukan tradisional dan seni modern masing-masing pastinya memiliki filosofi, bentuk, hingga cara penyampaian yang berbeda. Seni tradisional bermula dari nilai-nilai adat tradisi dan budaya yang diwariskan turun-temurun. Indahnya seni tradisional tidak hanya terlihat dari ekspresi gerak atau bunyi, tetapi juga terlihat dari maknanya yang begitu dalam, serta kesakralan yang terdapat di dalamnya.

Seni modern tumbuh dari semangat kebebasan mengekspresikan diri, bebas mencoba hal-hal baru, serta sering juga bisa berani keluar dari kebiasaan , lebih cair dan lebih dapat menyesuaikan keadaan.

Ketika dua seni ini disatukan dalam satu ruang, sering muncul permasalahan. Salah satu contoh yang sering terjadi pada acara seni adalah pembagian panggung. Seniman tradisional sering merasa keberatan jika alat-alat musik modern seperti drum set, gitar, keyboard, hingga amplifier ditempatkan di atas panggung yang sama.

Mereka, seniman tradisional itu, berpendapat bahwa alat-alat tersebut mengganggu keindahan visual panggung tradisional, bahkan bisa juga dianggap mengganggu nilai kesakralan, Yang akhirnya beberapa di antaranya di setiap acara meminta agar alat-alat tersebut tidak dikeluarkan dulu (tidak diposisikan di panggung)  atau ditutup tirai sepenuhnya saat pertunjukan tradisional berlangsung.

Sebaliknya, seniman modern sering merasa permintaan itu adalah bentuk pembatasan dalam berekspresi dan juga harus menunggu lama untuk bisa memasang perlengkapan mereka, yang menurut mereka, akan mengganggu saat mereka pentas.  

Dalam beberapa kasus, ego ini menjadi konflik. Misalnya, dalam satu acara, terjadi kericuhan kecil yang membuat semangat kolaboratif berubah menjadi persaingan diam-diam antar kelompok seni.

Permasalahan ini sesungguhnya bermula pada beberapa hal.

Pertama, ketakutan hilangnya identitas budaya. Kedua, kurangnya ruang dialog kreatif yang mempertemukan antara dua seni yang berbeda tersebut. Dan, ketiga, superioritas gaya dan nilai seni.

Namun, semua permasalahan ini bisa diatasi jika semua pihak mampu membuka ruang komunikasi, saling mendengarkan, dan bersedia untuk mencari jalan tengah yang adil. Desain panggung bisa dirancang secara fleksibel dan berlapis.

Alat musik modern bisa ditempatkan di area yang bisa ditutup saat tidak digunakan, meskipun pada acara yang sama. Misalnya dalam acara menyambut Hari Sumpah Pemuda akan dilaksanakan kegiatan seni yang melibatkan pemuda-pemudi daerah, tentu saja dalam kegiatan tersebut akan ada seni tradisional dan seni modern. Nah tempatnya (venue) bisa dibedakan, seni tradisional dipentaskan di taman budaya  dan seni modern bisa dipentaskan di lapangan terbuka.

Bagaimana dengan penonton? Apakah nanti tidak terbagi? Iya jelas, yang menonton juga pasti akan memilih pertunjukan seni sesuai dengan yang mereka suka, jadi yang suka seni tradisional pastinya akan lebih memilih menjadi penonton di taman budaya, begitupun sebaliknya.

Atau bisa juga di satu lapangan atau tempat pertunjukan dibuat dua panggung yang berbeda, panggung tradisional dan panggung modern. Hal tersebut dapat terlihat indah, karena kita bersama bisa melihat penonton berbaur dalam satu lapangan meskipun dengan minat yang berbeda. Namun, dengan catatan, sound system yang dihasilkan tentu juga juga harus diperhitungkan agar tak saling menganggu.

Yang paling penting juga adalah harus ada pertemuan antara dua seni yang berbeda tersebut sejak awal proses persiapan. Setiap kelompok seni harus diberi ruang untuk menyampaikan pendapat dan harapan mereka, dari sana, panitia lebih bisa menyusun skemanya dengan rapi yang membuat kolaborasi antara dua seni tersebut indah.

Pemahaman juga sangat perlu disampaikan bahwa kolaborasi bukanlah bentuk pengkhianatan terhadap tradisi, melainkan bentuk keberlanjutan yang menyesuaikan kondisi dan situasi. Seni tradisional tidak akan kehilangan maknanya jika dikemas dengan cermat dan tetap menghormati nilai dasarnya. Seni modern pun bisa menjadi jembatan agar nilai-nilai tradisional lebih bisa diterima generasi muda.

Bulan dan Matahari pastinya tidak akan bisa bertemu namun bulan dan matahari bisa dirasakan manfaatnya oleh mahluk hidup di Bumi. Artinya seni tradisional dan seni modern tidak bisa kita samakan dari segi maknanya, namun bisa dinikmati keindahannya oleh penonton. Akhirnya, seni bisa menyatukan manusia, bukan memisahkannya. Ego antar pelaku seni hanyalah hambatan yang bisa diselesaikan dengan niat dan komunikasi yang baik. [T]

Penulis: Gede Angga Prasaja
Editor: Adnyana Ole

“Tamasya Tak Biasa”, Mengenang Kepergian Cok Sawitri dengan Pentas Seni Tak Biasa
Menuju PKB, Gong Kebyar Anglocita Suara “Sparring Partner” dengan Dwi Mekar — Keduanya Top
Oratorium Panji Sakti, Ragam Nusantara dan “Shortcut” — Catatan Malam Apresiasi Seni HUT Kota Singaraja
Konser Ake Buleleng: “Timpal Ake, Timpal Ente,” Semua Top…
“Wiranjaya Thailand” dan Ketidakkonsistenan Kita: Catatan Terkait Ribut-ribut Tari Wiranjaya Duta Buleleng di PKB
Tags: baligong kebyarmusikseni modernseni tradisional
Previous Post

Bali, Label dan Ogoh-ogoh

Next Post

Melompat ke Jurang Imajinasi: Kreativitas Tak Lagi Punya Pagar

Gede Angga Prasaja

Gede Angga Prasaja

Musisi. Kini bekerja di Pemkab Buleleng

Next Post
Melompat ke Jurang Imajinasi: Kreativitas Tak Lagi Punya Pagar

Melompat ke Jurang Imajinasi: Kreativitas Tak Lagi Punya Pagar

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

LELUHUR JAGUNG

by Sugi Lanus
June 13, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

—Catatan Harian Sugi Lanus, 13 Juni 2025 *** Ini adalah sebuah jejak “peradaban jagung”. Tampak seorang ibu berasal dari pulau...

Read more

Apa yang Sedang Disulam Gus Ade? — Sebuah Refleksi Liar Atas Karya Gusti Kade

by Vincent Chandra
June 12, 2025
0
Apa yang Sedang Disulam Gus Ade? — Sebuah Refleksi Liar Atas Karya Gusti Kade

Artikel ini adalah bagian dari tulisan pengantar pameran tunggal perupa Gusti Kade di Dinatah Art House, Singapadu, opening pada tanggal...

Read more

Tanah HGB, Kerjasama dan Jaminan Kredit

by I Made Pria Dharsana
June 10, 2025
0
Perjanjian Pengalihan dan Komersialisasi Paten dalam Teori dan Praktek

Tanah HGB, Kerjasama dan Jaminan Kredit : Pasca Putusan MK Nomot 67/PUU-XI/2013 Penulis: Dr. I Made Pria Dharsana, SH., MHumIndrasari...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Rizki Pratama dan “Perubahan Diri” pada Acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” di Singaraja
Panggung

Rizki Pratama dan “Perubahan Diri” pada Acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” di Singaraja

DI acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” itu, Rizki Pratama tampaknya energik ketika tampil sebagai opening di Café Halaman Belakang...

by Sonhaji Abdullah
June 10, 2025
New Balance Sneakers Store di Indonesia Terpercaya
Gaya

New Balance Sneakers Store di Indonesia Terpercaya

SAAT ini sneakers bukan lagi sekadar kebutuhan untuk melindungi kaki saja melainkan telah berkembang jadi bagian penting dari gaya hidup....

by tatkala
June 9, 2025
I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi
Persona

I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi

ISU apakah sastrawan di Indonesia bisa hidup dari sastra belakangan ini hangat diperbincangkan. Bermula dari laporan sebuah media besar yang...

by Angga Wijaya
June 8, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [19]: Mandi Kembang Malam Selasa Kliwon

June 12, 2025
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co