13 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mudik Tanpa Tiket: Pulang dalam Ingatan, Bukan dalam Langkah

T.H. Hari SucahyobyT.H. Hari Sucahyo
March 31, 2025
inEsai
Mudik Tanpa Tiket: Pulang dalam Ingatan, Bukan dalam Langkah

Ilustrasi: tatkala.co | Rusdy | Diolah dari Canva

SETIAP tahun, ketika musim mudik tiba, lautan manusia bergegas pulang ke kampung halaman. Mereka yang beruntung mendapatkan tiket pesawat atau kereta api berangkat lebih awal, sementara yang lain memilih perjalanan darat berjam-jam, menghadapi kemacetan yang tak terelakkan. Namun, bagi sebagian orang, terutama mereka yang tinggal di luar negeri atau berada dalam kondisi tertentu, mudik tidak lebih dari sekadar kerinduan yang terus mengendap. Tidak ada tiket di tangan, tidak ada koper yang dikemas, hanya kenangan yang menggantikan perjalanan fisik.

Fenomena ini begitu akrab bagi diaspora Indonesia yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Mereka yang tinggal di Eropa, Amerika, Timur Tengah, atau bahkan Asia Tenggara, sering kali harus merelakan kenyataan bahwa pulang kampung bukanlah sesuatu yang mudah. Ada yang terkendala biaya, ada yang terhambat urusan pekerjaan, dan ada pula yang tidak bisa kembali karena regulasi keimigrasian atau alasan lainnya. Maka, bagi mereka, mudik menjadi sesuatu yang dilakukan dalam ingatan, bukan dalam langkah.

Bagi seorang diaspora, pulang ke kampung halaman bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan sebuah peristiwa emosional yang kompleks. Rindu akan rumah, suasana Lebaran yang hangat, dan kehadiran keluarga menjadi bagian dari perasaan yang sulit diabaikan. Mereka yang tidak bisa pulang sering kali menemukan cara lain untuk mendekatkan diri dengan keluarga. Teknologi menjadi jembatan bagi mereka yang terpisah ribuan kilometer dari orang-orang tercinta.

 Video call menjadi sarana untuk menyaksikan kebahagiaan keluarga di kampung, meskipun hanya melalui layar. Suara takbir yang dikirimkan dalam rekaman suara, foto-foto hidangan khas Lebaran yang dibagikan melalui media sosial, hingga percakapan larut malam dengan keluarga di tanah air menjadi cara alternatif bagi mereka yang tidak bisa pulang.

Banyak diaspora mengakui bahwa ada rasa sepi yang menyelinap di tengah gegap gempita perayaan Lebaran. Ketika teman-teman mereka di perantauan berkumpul untuk saling menguatkan, suasana tetap terasa berbeda dibandingkan dengan merayakan Lebaran di rumah sendiri. Tak ada opor ayam yang dimasak oleh ibu, tak ada pelukan erat dari ayah, tak ada canda tawa dengan saudara-saudara di pagi hari. Mereka yang tinggal di negara yang tidak memiliki komunitas Muslim yang besar sering kali menjalani Lebaran sebagai hari biasa. Tidak ada libur nasional, tidak ada gema takbir di sudut-sudut kota, hanya mereka sendiri yang tahu bahwa hari itu seharusnya menjadi hari yang istimewa.

Di balik semua itu, ada kekuatan yang tumbuh dalam hati mereka yang tidak bisa pulang. Mereka belajar untuk menghargai arti rumah, arti keluarga, dan arti kebersamaan dengan cara yang lebih mendalam. Banyak dari mereka yang akhirnya membangun tradisi baru di tanah rantau. Beberapa komunitas diaspora mengadakan acara Lebaran bersama, di mana makanan khas Indonesia dihidangkan dan cerita-cerita masa kecil kembali dikenang. Ada pula yang memilih untuk melakukan refleksi diri, menulis surat untuk keluarga yang tak sempat dikirimkan, atau sekadar menonton film Indonesia untuk mengobati rindu.

Pulang dalam ingatan juga berarti membawa serta kenangan yang telah tertanam sejak kecil. Aroma rendang yang dimasak sehari sebelum Lebaran, suara petasan yang mewarnai malam takbiran, hingga tradisi sungkeman yang selalu membuat hati hangat. Semua itu menjadi harta yang tersimpan di dalam memori dan sesekali dikeluarkan kembali ketika rindu datang melanda. Dalam diam, mereka yang tidak bisa pulang tetap merasakan kehadiran kampung halaman dalam diri mereka.

Ada diaspora yang menjadikan ketidakhadiran mereka sebagai sebuah pelajaran hidup. Mereka menyadari bahwa rumah bukanlah sekadar tempat fisik, melainkan juga sebuah keadaan hati. Sebagian besar dari mereka mulai memahami bahwa kebersamaan sejati tidak selalu harus diukur dari jarak yang ditempuh, tetapi dari seberapa dalam mereka menghargai momen-momen kecil yang pernah mereka lalui bersama keluarga. Lebaran tidak lagi hanya tentang berkumpul di satu tempat, tetapi tentang bagaimana mereka tetap terhubung meskipun berjauhan.

Lebih jauh lagi, ada fenomena menarik di mana diaspora justru menjadi penghubung antara tradisi Lebaran Indonesia dengan budaya lokal tempat mereka tinggal. Beberapa dari mereka memperkenalkan makanan khas Lebaran kepada teman-teman mereka di luar negeri, mengundang rekan kerja untuk ikut merasakan kebersamaan, dan bahkan mengadakan acara kecil untuk menjelaskan makna Idul Fitri. Dalam hal ini, mereka tidak hanya membawa ingatan tentang kampung halaman, tetapi juga menyebarkan kebudayaan mereka ke tempat baru.

Seiring waktu, teknologi yang semakin canggih membuat pengalaman mudik virtual menjadi lebih nyata. Kini, dengan bantuan video 360 derajat atau VR (Virtual Reality), beberapa diaspora bahkan dapat merasakan suasana kampung halaman secara lebih mendalam. Beberapa keluarga di Indonesia mulai menggunakan teknologi ini untuk membawa pengalaman Lebaran lebih dekat bagi mereka yang tidak bisa pulang. Meski tetap tidak bisa menggantikan sentuhan fisik, setidaknya ini menjadi solusi kecil bagi mereka yang terpisah oleh jarak.

Mudik tanpa tiket bukan berarti kehilangan esensi pulang itu sendiri. Pulang tidak selalu harus dilakukan dengan langkah kaki, tetapi juga bisa dengan menghidupkan kembali kenangan, menjaga komunikasi dengan keluarga, dan tetap merawat tradisi meskipun di tanah rantau. Bagi mereka yang tidak bisa mudik, rindu memang selalu menjadi teman. Namun, dalam rindu itu pula ada kehangatan yang terus dijaga, ada cinta yang tetap tumbuh, dan ada rumah yang selalu ada dalam hati, meskipun tidak bisa didatangi secara fisik.

Lebaran adalah tentang kembali ke fitrah, tentang merayakan kebersamaan dalam bentuk apa pun yang memungkinkan. Mereka yang bisa pulang akan merasakan kebahagiaan yang luar biasa, sementara mereka yang tidak bisa, tetap bisa merayakan dengan cara mereka sendiri. Tidak ada tiket pesawat yang bisa mengantar mereka pulang, tetapi ada satu hal yang selalu bisa membawa mereka kembali ke kampung halaman, kenangan yang tak pernah pudar, dan kasih sayang yang selalu tersimpan di hati. Bagi diaspora, mudik sejati adalah ketika mereka tetap merasa dekat, meskipun berada di tempat yang jauh. [T]

Penulis: T.H. Hari Sucahyo
Editor: Adnyana Ole

Idulfitri ala Mahasiswa Rantau di Singaraja: Bertamu, Menelepon Ibu, dan Menangis Usai Sholat Ied
Idulfitri | Mari Mudik ke Kesejatian
Mudik ke Bali
Tags: Idul FitriIdulfitriIslammudikmudik lebaranMuslim
Previous Post

Tulus dan Pesona Lirik Puitis: Menelusuri Jiwa Remaja dalam “Tujuh Belas”

Next Post

Evolusi Ogoh-ogoh: Dampak Modernisasi Terhadap Tradisi Hindu di Bali

T.H. Hari Sucahyo

T.H. Hari Sucahyo

Peminat bidang Sosial, Budaya, dan Humaniora. Penggagas Lingkar Studi Adiluhung dan Kelompok Studi Pusaka AgroPol. IG : har1scyhebat

Next Post
Evolusi Ogoh-ogoh: Dampak Modernisasi Terhadap Tradisi Hindu di Bali

Evolusi Ogoh-ogoh: Dampak Modernisasi Terhadap Tradisi Hindu di Bali

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more

Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

by Sonhaji Abdullah
May 12, 2025
0
Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

DI Sekolah, fenomena bullying (dalam bahasa Indoneisa biasa ditulis membuli) sudah menjadi ancaman besar bagi dunia kanak-kanak, atau remaja yang...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co