29 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

Agung BawantarabyAgung Bawantara
March 30, 2025
inEsai
Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

Ogoh-ogoh Tulak Tunggul (crop) | Foto: Deck Soto, Sanur, IG @deck_sotto

Di tengah hiruk-pikuk perayaan Nyepi yang setiap tahunnya ditandai oleh parade ogoh-ogoh yang semakin gemerlap dan canggih, ada satu sosok yang mencuri perhatian—bukan karena kerlap-kerlip lampu LED atau raungan mesin hidrolik yang megah, tetapi karena ia berhasil menyalakan kembali sesuatu yang hampir padam di banyak karya belakangan ini: imajinasi.

Namanya adalah Tulak Tungggul, sebuah ogoh-ogoh karya Warmaya atau Mank Egik yang pernah menjadi pemenang kompetisi ogoh-ogoh mini di GWK. Tulak Tunggul, sebuah ogoh-ogoh yang menolak untuk sekadar menjadi tontonan mekanis. Ia bukan hanya makhluk dari dunia bayangan, melainkan pancaran utuh dari pergulatan batin, tafsir spiritual, dan kejeniusan visual. Dalam banyak hal, Tulak Tungggul bukan hanya karya seni rupa. Ia adalah pernyataan.

“Tulak” dalam bahasa Bali berarti menolak atau mengusir, sementara “Tungggul” bisa dimaknai sebagai sesuatu yang tertinggal, sisa, atau bahkan sesuatu yang membatu. Maka “Tulak Tungggul” dapat dibaca sebagai upaya spiritual untuk menolak sisa-sisa energi buruk yang mengendap dalam kehidupan manusia dan jagat. Ia bukan hanya ogoh-ogoh sebagai simbol butha kala, tetapi juga sebagai representasi dari pergulatan batin umat manusia melawan stagnasi, dendam lama, trauma, dan sisa-sisa energi yang belum tersucikan.

Ogoh-ogoh Tulak Tunggul | Foto: Deck Soto, Sanur, IG @deck_sotto

Secara visual, Tulak Tungggul menyuguhkan kesatuan ekspresi dan gestur yang luar biasa padu. Pose tubuh yang membungkuk ke depan, dengan satu jari tangan menelusup ke antara bibir dan gusi serta sorot mata yang penuh perhitungan, memberi kesan bahwa makhluk ini tengah merenung atau merencanakan sesuatu. Ekspresi wajahnya jauh dari tipikal ogoh-ogoh menyeramkan. Ia lebih mirip seorang pemikir tua dari dunia lain—sosok yang telah lama mengamati manusia, dan kini hendak menyampaikan pesan.

Tidak ada gerakan berlebihan. Tidak ada teatrikal yang hampa makna. Setiap lekuk tubuh, kerut wajah, hingga aksesori yang menempel di tubuh Tulak Tungggul tampaknya dirancang dengan pertimbangan mendalam. Bahkan jika ia tidak digerakkan, ia sudah cukup “hidup.” Dan ketika akhirnya ia bergerak, penonton tidak sekadar kagum pada teknologinya, tetapi terpesona oleh kesan bahwa makhluk ini benar-benar “ada.”

Menghidupkan Kembali Euforia Imajinasi


Berbeda dari banyak ogoh-ogoh masa kini yang terlalu menonjolkan kecanggihan mesin—hingga sering kali kehilangan ruh seninya—Tulak Tungggul justru jauh  dari mesin yang memang sejatinya harus ditempatkan sebagai pelayan imajinasi, bukan majikan. Mesin sama sekali tidak mendikte karya yang sudah sangat kuat dari sisi visual ini.

Tangan atau kepala atau bagian tubuh Tulak Tungggul yang lainnya tidak digerakkan oleh sistem mekanis yang pada banyak ogoh-ogoh terasa seperti pertunjukan sulap. Tulak Tunggul terasa seperti menyadarkan kembali bahwa gesturnya yang tanpa sentuhan sistem mekanis merupakan perwujudan kehendak batin dari sosok tersebut. Penonton tidak berkata, “Wow, mesinnya hebat,” tetapi berkata, “Ada apa dengan makhluk ini? Apa yang ingin ia sampaikan?”

Sayangnya, banyak kreator ogoh-ogoh hari ini terjebak dalam euforia mekanika. Mereka terlalu memuja teknologi—seolah-olah gerakan hidrolik otomatis sudah cukup untuk menyihir penonton. Padahal, mesin hanyalah hasil akhir dari imajinasi yang berhenti di titik presisi. Mesin berawal dari gagasan, dari keinginan untuk mengatasi keterbatasan tubuh manusia, namun ketika ia telah selesai dirakit, ia hanya akan mengulang dan mengulang gerakan yang sama, tanpa variasi rasa atau tafsir. Sementara ogoh-ogoh, seharusnya lebih dari itu. Ia bukan sekadar perayaan presisi—melainkan perayaan imajinasi, baik bagi kreatornya maupun penontonnya.

Tulak Tungggul seolah hendak menyindir karya-karya ogoh-ogoh yang terlalu percaya pada gemerincing roda dan piston, tetapi lupa pada kekuatan diam dari gestur yang mengandung makna. Sebab, imajinasi tidak pernah mati karena diam, justru ia bisa mati karena terlalu banyak bergerak tanpa arah.

Tulak Tungggul mengembalikan euforia kreator pada substansi utama dari sebuah ogoh-ogoh: imajinasi. Sebuah kata yang kini sering kalah oleh tuntutan viralitas, kompetisi, dan pertunjukan teknologis.
Ia membuat para kreator kembali berbicara tentang ide, bukan hanya eksekusi. Ia mengajak penonton untuk menebak-nebak makna, bukan hanya mengabadikan gerakan untuk diunggah di media sosial. Dengan kata lain, Tulak Tungggul adalah perayaan tafsir, bukan hanya tontonan.

Dalam dunia yang makin cepat dan instan, Tulak Tungggul datang sebagai penyeimbang. Ia memperlambat kita. Ia membuat kita duduk dan berpikir. Ia mengajak kita menyelami—bukan hanya menonton. Ia menghidupkan kembali rasa kagum yang jujur, bukan sekadar keterpukauan teknologis.

Ogoh-Ogoh Sebagai Jalan Spiritualitas


Secara filosofis, Tulak Tungggul mengingatkan bahwa ogoh-ogoh bukan sekadar karya seni jalanan. Ia adalah bagian dari ritus penyucian jagat. Ia adalah simbol perlawanan terhadap energi negatif yang bersarang dalam tubuh sosial dan spiritual manusia.

Dengan pendekatan visual yang kuat, gerakan mekanis yang subtil namun efektif, dan nama yang penuh muatan makna, Tulak Tungggul mengingatkan kita bahwa seni bisa menjadi jalan spiritual. Bahkan lebih jauh, ia menunjukkan bahwa teknologi pun bisa menjadi alat pencerahan—asal ia dipakai dengan penuh kesadaran.

Tulak Tungggul adalah contoh terbaik dari bagaimana ogoh-ogoh masa depan seharusnya berkembang. Bukan dengan meninggalkan akar filosofis dan spiritualnya, tetapi dengan menyerap teknologi sebagai instrumen pendukung, bukan pusat perhatian.

Ia adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan, antara ritual dan kreasi, antara seniman dan teknisi, antara tubuh dan jiwa. Ia membuat kita percaya bahwa ogoh-ogoh bisa tetap relevan di era modern tanpa kehilangan jati dirinya.

Dan pada akhirnya, Tulak Tungggul akan dikenang bukan hanya sebagai ogoh-ogoh hebat tahun ini, tetapi sebagai pengingat bahwa dalam setiap detik yang kita habiskan untuk mencipta, ada 86.400 kemungkinan untuk menghidupkan kembali imajinasi yang nyaris terlupakan. [T]

Penulis: Agung Bawantara
Editor: Adnyana Ole

Foto: Deck Soto, Sanur. IG @deck_sott 

  • Artikel ini disiarkan pertama kali di bekraf.id
Nyepi, Lailatul Qadar, Idulfitri, Meleburlebarkan Fitrah Umat Manusia.
Ogoh-ogoh “Ulian Manuse” di Kubutambahan, Tentang Ulah Manusia, Dibuat dari Limbah Plastik
Kemeriahan Total Menyambut Sunyi pada “Pengerupukan Festival” di Singaraja
Tags: Hari Raya Nyepiogoh-ogoh
Previous Post

Tradisi “Ngoncang” di Desa Padangbulia, Mengusir Energi Negatif, Bersama-sama Tapi Tidak Sama

Next Post

Tradisi Menyalakan Colok di Penghujung Ramadan: Menerangi Arwah Leluhur dengan Doa-doa

Agung Bawantara

Agung Bawantara

Penulis DONGENG yang juga gemar menulis esai, prosa, dan puisi. Juga aktif dalam gerakan film dokumenter di Bali. Agung adalah inisiator Denpasar Film Festival.

Next Post
Tradisi Menyalakan Colok di Penghujung Ramadan: Menerangi Arwah Leluhur dengan Doa-doa

Tradisi Menyalakan Colok di Penghujung Ramadan: Menerangi Arwah Leluhur dengan Doa-doa

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more

Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

by Hartanto
May 28, 2025
0
Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

SALAH satu penggayaan dalam seni rupa yang menarik bagi saya adalah gaya Abstraksionisme. Gaya ini bukan sekadar penolakan terhadap gambaran...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space
Pameran

Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space

ANAK-ANAK muda, utamanya pecinta seni yang masih berstatus mahasiswa seni sudah tak sabar menunggu pembukaan pameran bertajuk “Secret Energy Xchange”...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co